Pedagang dipusingkan lagi dengan kenaikan harga daging sapi Rp 30 ribu perkilogramnya. Kenaikan harga yang tak lagi empuk ini menjadikan posisi pedagang dan pembeli sulit.
Bagi pedagang kondisi demikian memaksanya sulit menjual, sebaliknya para pembeli harus merogoh saku sangat dalam untuk bisa mengkonsumsi daging sapi.
Roni (45) salahsatu pedagang daging sapi di Pasar Ciputat sangat menyesali kebijakan pemerintah yang tiba-tiba menaikan harga daging. Pasalnya, dirinya yang berjual daging sapi selama 30 tahun, biasanya harga daging yang sudah naik jarang kembali turun harga.
“Iya, daging sapi mengalami lonjakan harga yang sangat drastis dari harga Rp 110.000 ke angka Rp 140.000. Jika sudah demikian maka sudah tentu harga daging tidak turun lagi. Karena selama 30 tahun saya jualan daging sapi, harga tidak akan turun setelah kenaikan,” tukas Roni.
Kenaikan harga ini menjadikan masyarakat bertanya-tanya dengan kebijakan pemerintah. Pasalnya, harga minyak dunia telah turun namun harga daging sapi mengalami lonjakan. Masyarakat khawatir akan adanya hal-hal yang tidak diinginkan dalam pemerintahan.
“Ada apa dengan pemerintah kita ini? Kami sebagai rakyat dibingungkan dengan kebijakan-kebijakan yang tidak jelas. Bagaimana tidak, harga minyak dunia telah turun tapi kenapa harga bahan pokok malah naik? Saya bersama rekan-rekan pedagang lainnya pernah melakukan demo namun tidak ada tanggapan, bahan pokok masih mahal. Bahkan saya juga pernah mogok jualan selama seminggu, pun tidak ada perubahan kebijakan,” beber Roni dengan nada bingung.
Meski demikian, masyarakat punya harapan besar kepada pemerintah agar kebijakan-kebijakannya bisa memihak rakyat. Agar masyarakat tidak sengsara dengan harga bahan pokok yang melonjak akibat kebijakan-kebijakan pemerintah.
“Saya berharap kepada pemerintah agar menurunkan harga bahan pokok yang terkesan mencekik warganya. Pemerintah diharapkan untuk meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang telah ditentukannya” harap Roni. (ulf/dwi)