Program terintegrasi angkutan massal daerah penyangga ibukota DKI Jakarta sedang digarap. Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masuk dalam salah satu daerah program terintegrasi Transjakarta tersebut.
Transjakarta terintegrasi dikembangkan oleh Dinas Perhubungan Jakarta untuk daerah penyangga. Program itu telah diterapkan di Kota Depok dan Bekasi sejak dua pekan lalu.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Tangsel, Sukanta menuturkan, Tangsel termasuk menjadi program terintegrasi Transjakarta. Saat ini sedang diminta data-data terkait jalan dan keberadaan angkutan yang ada.
“Tangsel baru dimintai data oleh dishub DKI, apa yang perlu dibantu. Kami pun sedang berkordinasi dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda),” terang Sukanta, Minggu (1/5).
DKI sendiri telah menawarkan bantuan bus transjakarta sebanyak 70 unit dari total 600 se-Jabodetabek yang akan beroperasi dikoridor Tangsel-Jakarta. Namun Sukanta menolaknya mengingat infrastruktur jalan belum sepenuhnya mendukung program Transjakarta.
“Kita dibantu 70 unit transjakarta tapi tidaklah karena kita butuh infrastruktur memadai terlebih dahulu,” tambahnya.
Dari analisa, ada jalur yang sebetulnya siap diakses dalam waktu dekat pertama, Jalan Raya Ir H Juanda membentang dari perbatasan Pasar Jumat, Jakarta Selatan hingga ke Pasar Ciptuat. Dari Pasar Ciputat bisa melalui Jalan Raya Dewi Sartika hingga ke Pondok Cabe,
“Jalur Ciputat memang bisa untuk dilalui tapi karena jalurnya luas hingga ke Pondok Cabe. Sedangkan untuk Jalan Siliwangi Pamulang ini belum bisa, karena aksesnya sempit,” jelasnya.
Jalan Serpong Raya membentang dari perbatasan Kebon Nanas Kota Tangerang hingga Stasiun Serpong. Wacananya untuk Jalan Serpong Raya nanti akan dibagi dua koridor, ada yang melalui akses Kota Tangerang dan via tol Kebon Nanas.
“Selain Ciputat yang sudah siap dilalui, Jalan Serpong Raya hingga Pahlawan Seribu. Disini nanti ada dua akses, melalui kawasan Kota Tangerang serta melalui akses Tol Kebon Nanas ke Jakarta,” Sukanta merinci.
Aturannya jalur yang dapat diakses Transjakarta harus memiliki right of way (row) 24 meter. Sementara jika melihat kondisi lalu lintas sepanjang jalur Ir H Juanda begitu padat, tentunya ini akan membuka wacana publik secara luas khususnya warga yang kerap melintas pagi dan sore hari.
“Pada dasarnya tujuan daripada penerapan moda terintegrasi adalah mendekatkan akses melalui moda transportasi massal, sehingga masyarakat mengurangi pengunaan kendaraan pribadi. Jadi bukan menambah kemacetan,” tegas Sukanta.
Masyarakat diminta mendukung program pemerintah daerah dan pusat dalam mengurangi kemacetan. Tangsel telah beroperasi 5stasiun dengan kata lain cukup menggunakan angkutan massal akan lebih mudah. Transjakarta sasarannya nanti tiba di pintu stasiun sehingga kendaraan pribadi juga tidak berjubel di stasiun.
“Tangsel lima tahun kedepan agenda besarnya penanganan transportasi. Rencana ini nantinya akan di perdakan soal jalan-jalan di Tangsel guna mendukung kelancaran lalu lintas sampai nanti saling terkait akses kendaraan massal dengan stasiun
kereta,” jelas Sukanta.
Ketua Organda Tangsel Yusron Siregar mengatakan untuk Tangerang yang didalamnya ada Tangsel masih dinegosiasikan terlebih dahulu. Intruksi dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Organda Banten meminta supaya Transjakarta ditunda jangan masuk ke Tangerang.
“Pesan dari DPD Organda Banten agar negosiasi kepada badanBadan Transportasi Jabodetabek, dibawah Dirjen Perhubungan jangan diberlakukan Transjakarta. Supaya keberadaan angkutan di Tangsel tidak mati,” paparnya. (ded)