Minimnya pengetahuan dan keterampilan petani dikarenakan tidak tersentuh dengan pendidikan. Akibatnya sebagian besar para petani di beberapa daerah menjadi degenerasi. Ditambah, pekerjaan tani juga mulai perlahan ditinggalkan oleh masyarakat karena tidak memberikan penghasilan yang cukup, sehingga membuat mereka menjual lahannya.
Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan Komunitas Usaha Pertanian Sentra Usaha Tani dan Agribisnis Nusantara (KUP Suta Nusantara) untuk menggiatkan pendidikan dan pelatihan para petani khususnya yang di desa.
“Kami sedang uji coba untuk membuat pola dan sistem diklat (Pendidikan dan Pelatihan) untuk para petani di desa, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang. Menurut Kami, akan sulit terwujud ketahanan dan kedaulatan pangan dikala para petani kita kopetensi pengetahuan dan ketrampilannya tidak ditingkatkan,” ungkap Ketum KUP Suta Nusantara Dadung Hari Setyo kepada Tangerangonline.id, Selasa (4/10/2016).
Meski diketahui di era informasi menurutnya, banyak infomasi tentang kemajuan dunia pertanian tapi tidak dapat dikonfirmasi manfaat dan kegunaan bagi para petani. Banyak petani yang mencoba menginput informasi dari berbagai media dan mengikuti secara informatif pengetahuan kemajuan pertanian dan ternyata banyak yang gagal artinya informasi kemajuan pertanian yg disajikan di media sulit ditiru dan diterapkan oleh para petani.
“Inilah permasalah utama yang harus ditemukan solusinya yakni terwujudnya penyebaran informasi perkembangan dan kemajuan dunia pertanian di kalangan petani dan masyarakat desa,” ucapnya.
Ia juga berharap informasi dengan mudah cepat dan akurat bermanfaat. Sehingga para petani dan masyarakat desa dapat meningkatkan etos kerjanya dengan baik dan dapat mengadaptasikan diri dalam proses kemanjuan dunia pertanian. Sehingga mereka juga terhindar dari informasi dan pengetahuan yang salah dan sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dari dasar itulah, KUP Suta Nusantara menyelenggarakan tranning secara berkala dan berjenjang di lingkungan petani dan masyarakat desa. Yakni tranning tentang kepemimpinan di lingkungan pertanian dan agribisnis di lingkungan pedesaan. Karena sudah menjadi kebutuhan bahwa petani harus memiliki kekuatan kerja gotong-royong, kehidupan kerja yang saling bahu-membahu dan tolong-menolong serta selalu berbagi adalah karakter yang tidak boleh dihilangkan dalam diri petani. Itulah leadership cultural yg harus dapat di tujukkan secara strategis.
Di sini lain agripreneurship secara strategis harus menjadikan semangat jiwa berusaha para petani di desa, agripreneurship harus tertanam pada generasi sejak dini, dengan memberikan keyakinan tentang konsep dan contoh program dan usaha berbasis agriprenuership dapat memberikan jaminan kesejahteraan bagi para petani di desa.
“Petani dan masyarakat di desa jangan hanya berkutat bekerja di sektor budi daya dan produksi pangan saja akan tetapi harus dikembangkan dan dikembangkan konsep usaha yg lebih maju ke depan seperti seperti konsep pengembangan manajemen permodalan dan investasi, integreted farming, wisata dan edukasi pertanian serta pengelolaan aset pertanian di desa,” tegasnya.
Ia berharap petani dan masyarakat desa mampu mandiri dan bangkit berkarya membangun desa menjadi daerah yang menarik semua pihak baik dari sosok petani yang egaliter dan kawasan yang secara ekonomi tertata dan terkelolah dengan baik, sehingga banyak pihak yang akan tertarik untuk kerjasama dengan petani di desa. (Abi)