Kampung Pancasila di Kelurahan Lengkong Wetan, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sebelumnya dikenal Kampung Pendidikan. Dikenal demikian untuk menepis sebutan “Desa Berdarah” yang lebih dahulu melekat di kampung tersebut.
“Dijuluki Desa Berdarah lantaran sejarah telah mencatat telah terjadi pertempuran pada 25 Januari 1946 di tempat ini dimana gugurnya seorang Letnan Muda Daan Mogot beserta beberapa Taruna Akademi Militer Indonesia,” jelas Heri.
Pada pertempuran 25 Januari 1946, pada waktu itu Kemal Idris dan Prof Subroto yang merupakan Taruna Akademi Militer Indonesia dibantu dan ditolong oleh masyarakat Lengkong. Kemal Idris dan Prof. Subroto merasa berhutang jasa kepada masyarakat Lengkong, maka mereka bersama tokoh masyarakat yaitu Sadar Dadih (Kong Sadar) berusaha memperjuangkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak Desa Lengkong. Perjuangan mereka diwujudkan dengan mendirikan sekolah SMP dan SMK di desa tersebut.
Di Kampung Pendidikan awal berdirinya dibangun sebuah perpustakaan rumah kayu dan terdapat sekitar 400 KK di desa tersebut.
“Ada Jepang Schoool, Britis Scholl, Mentari School, Pembangunan Jaya School, Binus School dan lain lain, dan melihat keadaan tersebut diberikan nama Kampung Pendidikan oleh Almarhum Kemal Idris selaku Alumni Taruna Akademi Militer Indonesia,”jelas Heri yang berfrofesi sebagai seorang guru di SMK BLM. (Ban)