Berita

AS Jamin Indonesia Bebas Sanksi CAATSA Atas Pembelian Sukhoi dari Rusia

Published on

Dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu di Washington DC pada Selasa, 28 Agustus 2018 waktu setempat,

Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Norman Mattis menjamin Indonesia tidak akan terkena sanksi embargo atas pembelian alat utama sistem senjata dari Rusia, termasuk pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 yang akan dibeli Indonesia dari Rusia.

Menhan Mattis yang sebelumnya sudah berbicara dengan Kongres AS akan terus meyakinkan Kongres agar membebaskan beberapa mitra strategis Amerika Serikat untuk membeli senjata dari Rusia tanpa diberi sanksi terkait kebijakan Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang diberlakukan negara adidaya itu mulai tahun lalu. .

Negeri Paman Sam itu mengeluarkan kebijakan CAATSA disahkan untuk menghukum Rusia karena campur tangannya dalam pemilihan dan keterlibatannya di Ukraina. Bagian dari RUU itu akan memberikan sanksi terhadap negara-negara yang melakukan bisnis dengan Industri Pertahanan Rusia.

Menteri Pertahanan Mattis, sebelumnya telah meminta Kongres untuk memberikan keringanan sanksi pada negara-negara yang secara historis memiliki hubungan dengan Rusia tetapi kini condong ke arah Amerika untuk membeli peralatan pertahanan, yaitu India, Indonesia dan Vietnam.

Menanggapi hal tersebut Menteri Pertahanan Ryamizard menyatakan terima kasih atas upaya James Mattis untuk meyakinkan Kongres agar tidak memberikan sanksi kepada Indonesia.

Menhan Ryamizard mengatakan proses pembelian SukhoiSu-35 telah berlangsung lama sebelum CAATSA diberlakukan.

“Saya menyampaikan terima kasih karena telah bisa meyakinkan Kongres untuk membebaskan Indonesia dari sanksi atas pembelian alat utama sistem senjata dari Rusia,” ujar Menhan Ryamizard di Washington DC.

“Kedepan Indonesia berencana membeli beberapa alutsista dari AS seperti pesawat angkut C-130 Hercules dan pesawat angkut berat lainnya.” kata Ryamizard.

Dalam pertemuan tersebut, menteri pertahanan kedua negara sepakat meningkatkan hubungan serta kerja sama pertahanan dan militer kedua pihak di berbagai tingkatan mulai dari saling kunjung pejabat tinggi, pertukaran siswa sekolah staf dan komando, pendidikan intelijen, pertukaran informasi strategis hingga industri pertahanan.

“Kerja sama tersebut harus terus dijaga dan ditingkatkan dalam berbagai bentuk pembangunan kapasitas dan kapabilitas,” demikian kata Menhan.(MRZ)

Exit mobile version