Berita

Tangsel punya Flood Early Warning System, Apakah Penggunaannya telah Maksimal?

Published on

Dampak banjir awal tahun 2020 di Tangerang Selatan (Tangsel) seharusnya bisa diminimalisasir dengan keberadaan Flood Early Warning System (FEWS).

Dengan adanya FEWS maka diharapkan peringatan dini naiknya ketinggian air jika terjadi hujan lebat dapat diinformasikan dengan segera.

Sebanyak 11 titik FEWS telah terpasang di kota Tangsel. Diantaranya di Kedaung Bukit Pamulang Indah, Kedaung MA, Ciputat SMAN 05, Ciputat Tm. Mangu, Cibenda Hulu, Cibenda Hilir, Ciputat Hulu, Ciputat Japos, Serua Hulu, Serua Hilir dan Cantiga.

Bahkan hasil pengetesan yang dilakukan oleh Nur Hidayat, Kepala Bagian Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana bersama dengan Sekretaris Fraksi PSI DPRD Tangsel, Aji Bromokusumo berjalan mulus dan lancar. Hanya memang di beberapa titik CCTV pemantau tidak bisa diakses dikarenakan tidak adanya kuota internet modem di CCTV tersebut.

“Bagaimana dengan alur koordinasi hasil pantauan FEWS tersebut?” tanya Aji dalam pertemuan Fraksi PSI dengan BPPT di Tangsel, Rabu (8/1) kemarin.

Lebih lanjut Aji mempertanyakan mengenai apakah ada integrasi command center terhadap alat-alat pemantau tersebut yang bisa disinergikan dengan monitoring untuk mengantisipasi bencana serta koordinasi dengan dinas-dinas terkait.

“Dalam situasi kebencanaan banjir seperti kemarin (1/1/2020), seharusnya sudah dapat termonitor karena FEWS akan mengirimkan notifikasi peringatan dini jika permukaan air sudah mulai naik, melalui sms ke nomor yang dapat ditentukan dan diprogram di dalam sistem FEWS,” ujar Aji.

Penjelasan panjang lebar Nur Hidayat tentang situasi keberadaan monitoring FEWS yang berada dalam lingkup Dinas Pekerjaan Umum (PU), ternyata belum terkoordinasi dengan baik antar dinas terkait kebencanaan.

Data yang diambil oleh Dinas PU hanya digunakan untuk dasar pembenahan saluran-saluran air, bagaimana dengan mitigasi bencana, ternyata belum terkoordinasikan dengan BPBD, demikian penjelasan Nur Hidayat.

“Kami sangat menyesalkan dan menyayangkan tersedianya sistem dan teknologi canggih karya anak bangsa yang ternyata tidak dimanfaatkan secara maksimal” tegas Aji.

Pembangunan Tangsel yang semakin melaju dengan cepat tentu akan berdampak terhadap lingkungan. Karena semakin banyaknya pemukiman, dengan konsekuensi logisnya semakin berkurangnya daerah tangkapan dan resapan air.

“Apakah tidak mungkin mengeliminasi bencana banjir atau minimal menguranginya? Sangat mungkin! Belanda sebagian wilayahnya berada di bawah permukaan air laut, bahkan Bandara Schipol yang terletak 12 meter di bawah permukaan air laut, tidak pernah terjadi banjir. Kuncinya adalah memahami sains dan teknologi secara komprehensif serta bisa memaksimalkan pengunaannya, bersinergi dengan semua stakeholders untuk bersama-sama live harmony with the disaster,” pungkas Aji menutup perbincangan dengan BPPT. (Ed)

Exit mobile version