News Update

Antara Relawan, Kawan dan Kemanusiaan Dalam Bencana Alam di Awal Tahun

Published on

Oleh : Muhammad Iqbal

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

 

Memasuki awal tahun 2020 ini sebagian masyarakat di Jabodetabek mengalami duka mendalam. Hujan deras yang melanda di beberapa wilayah menyebabkan bencana alam yang dapat dikatakan jarang terjadi pada musim hujan sebelumnya.

Seperti bencana banjir di wilayah Kota Tangerang dan sekitarnya. Di wilayah ini beberapa titik lokasi seperti Ciledug Indah, Pondok Bahar dan Petir terendam banjir. Ribuan keluarga harus tinggal di posko penampungan maupun menumpang di rumah kerabat mereka yang tidak terdampak.

Namun demikian dalam menyikapi banjir yang menjadi fenomena alam saat musim hujan ini Pemerintah Kota Tangerang terbillang lamban dalam menyikapinya. Di hari ke tiga banjir, fokus pemerintah maupun tim penanggulangan bencana banyak yang hanya terfokus ke wilayah Ciledug Indah yang memang menjadi objek bagi para awak media dalam pemberitaan.

Sementara itu warga di Perumahan Pondok Bahar mengeluhkan minimnya bantuan yang diberikan pemerintah saat wilayahnya terendam banjir. Tidak sedikit dari mereka yang mendapat bantuan dari pemuda sekitar maupun kerabat yang tinggal berdekatan dengan wilayah mereka.

Tentunya hal ini harus menjadi pertimbangan bagi Pemkot Tangerang dalam menyikapi musibah banjir. Sementara di wilayah Perumahan Tajur, Kecamatan Ciledug seorang relawan kemanusiaan yang terjun ke lokasi banjir mendapat cacian dari pejabat daerah atas sikapnya yang dibilang sok mengerti.

Padahal saat itu kedatangan orang tersebut murni hanya ingin menolong dan meringankan beban bagi masyarakat terdampak di wilayah tersebut. Alhasil dari kejadian tersebut Wali Kota Tangerang Arief R Wisnmansyah harus meminta maaf kepada publik atas sikap anak buahnya.

Melihat hal ini seharusnya pemerintah bisa lebih bijak dalam menerima uluran tangan dari siapapun. Pasalnya, tidak sedikit orang yang masih perduli akan kepedihan yang dialami masyarakat yang terkena bencana.

Dalam pemikirannya Carl Roger yang merupakan tokoh besar dari pendekatan – pendekatan terhadap hubungan manusia pada abad ke 20 mengatakan diri tidak dapat dipisahkan dari hubungan.

Carl Roger juga berpandangan sebuah hubungan yang saling mendukung disebut dengan hubungan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) artinya untuk dapat membantu orang yang sedang kesulitan dalam hal ini dilanda bencana tentu pemerintah tidak boleh arogansi dan melarang siapapun. Namun dalam hal ini pemerintah juga perlu melakukan pengawasan atau controlling terhadap situasi yang ada.

 

Komunikasi yang buruk di lokasi bencana Lebak Gedong

Pada lokasi yang berbeda penulis juga menemukan hal yang buruk dalam respon bencana alam yang terjadi di Lebak Gedong, Banten. Dimana dalam menanggapi bencana alam ini pemerintah tidak memiliki management yang baik dalam penyaluran distribusi bantuan.

Putusnya akses jalan dan juga birokrasi yang terbilang ribet membuat banyak relawan di Posko Lebaak Gedong enggan naik ke lokasi bencana yang terisolir di kawasan Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Padahal di titik ini ratusan orang sangat mebutuhkan bantuan untuk tetap bertahan hidup.

Beranjak dari pemikiran Carl Rogers hubungan tolong menolong (helping relationship) dapat digambarkan dengan 1. Pelaku Komunikasi saling percaya dan dapat mengandalkan satu sama lain, 2. Mereka memiliki sikap – sikap positif akan kehangatan dan perhatian untuk orang lain.

Dari dua ponint diatas seharusnya pemerintah tidak memikirkan birokrasi dan koordinasi untuk sikap mengatasi bencana di wilayah yang berbeda namun berdekatan. Meskipun menjadi perbatasan, tujuan utama adanya tim maupun badan penanggulangan bencana harus memberikan respon baik bagi seluruh korban bencana dimanapun.

Dari lokasi ini penulis banyak melihat ketidak adilan antara penanggulangan bencana. Namun beberapa kelompok maupun individu yang memiliki hubungan tolong menolong seperti disebutkan Carl Rogers rela turun ke lokasi yang jarang disentuh pemerintah maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di lokasi yang harus ditempuh dengan usaha keras.

Dari uraian ini penulis menggambarkan kelompok orang maupun individu yang terjun dan bergabung merespon bencana merupakan kelompok komunikasi yang saling percaya dan dapat saling mengandalkan. Selain itu mereka juga memiliki sikap positif akan kehangatan dan perhatian untuk orang banyak, inilah yang seharusnya dilakukan oleh badan SAR maupun BPBD yang sudah jelas memiliki anggaran untuk menanggulangi bencana di berbagai daerah.(*)

Exit mobile version