Berita
Haul ke-1 Ibunda, Ketua MUI Pasarkemis Ajak Jamaah Kenang Jasa Orangtua
Haul ke-1 Hajjah Hayatun binti H Nursholeh, ibunda Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Pasarkemis, KH Sholahuddin digelar di Majelis Ta’lim Al Badariyyah, Kampung Picung, Desa Pasarkemis, Kecamatan Pasarkemis, Minggu (9/2/2020).
Ketua MUI Kecamatan Pasarkemis KH.Solahuddin menyampaikan bahwa peringatan haul, bukan berarti mengkultuskan individu. Namun upaya untuk mengenang, meneladani jasa-jasa almarhumah.
“Haul untuk mengenang jasa-jasa orang tua kita, kegiatan haul bukan untuk mengkultuskan, sebab hal itu dilarang agama,” kata KH.Solahuddin, anak bungsu almarhum hajjah Hayatun.
Peringatan haul ini, adalah upaya mencoba meningkatkan kembali, menapaktilasi jasa-jasa almarhumah mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Bukti nyatanya adalah keberhasilan anak dalam menuntut ilmu.
Berbicara mengenai peran seorang ibu, tentu yang paling membekas dalam ingatannya yaitu perjuangan saat mengandung 9 bulan lamanya, dan hampir meregang nyawa saat melahirkan sang buah hati. Belum lagi, ketika ia harus merawat, mengasuh, dan mendidiknya dengan ilmu agama dan pengetahuan yang bermanfaat, agar kelak buah hatinya mampu tumbuh menjadi generasi penerus bangsa dengan berbagai prestasi gemilang.
Ibu adalah sosok yang penuh cinta dan kasih sayang, yang menjadikan rumah tangga penuh ketentraman dan ketenangan. Petuah-petuahnya yang bermanfaat, lembut, dan mendamaikan, serta menghapus duka dan lara yang berkecamuk di hati.
Namun, sosok seorang ibu yang begitu luarbiasa ini rupanya masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Kebanyakan dari mereka beranggapan, seorang ibu yang hanya mampu mengurus anak dan berkegiatan didapur, kalah hebat dengan mereka para ibu yang bergelut dalam dunia kerja. Maka bagaimana mungkin peran pentingnya ini diremehkan hanya karena ia tidak mendapatkan hasil berupa uang?
Padahal, Islam sendiri menempatkan peran seorang ibu sangatlah mulia dengan segenap tugas-tugasnya sebagai pengatur rumah tangga, mencetak, dan mendidik generasi. Jika peran tersebut dapat dilaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang luarbiasa, tentu indahnya istana surga kelak menjadi imbalannya yang tiada tara.
Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang datang kepada Rasullullah SAW dan mengajukan beberapa pertanyaan, ‘wahai Rasullullah siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?’Rasulullah bersabda,”Ibumu”, dia bertanya, “setelah itu siapa?” Rasulullah menjawab,”Ibumu”, dia bertanya lagi, “setelah itu siapa”Rasulullah menjawab,” Bapakmu,”(HR.Bukhari-Muslim).
Untuk itu, memuliakan seorang ibu menjadi salah satu kewajiban setiap anak, mengingat betapa besar peran dan perjuangan yang selama ini dilakukannya. Allah SWT pun berfirman:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” (QS. Luqman : 14).
Melihat betapa besar kedudukan dan perjuangan seorang ibu, belum ada kata terlambat bagi setiap anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Moment Hari Ibu jatuh setiap tanggal 22 Desember menjadi saat yang tepat bagi kita untuk mewujudkan harapan-harapan yang menjadi impian selama ini, setidaknya meski hanya sekedar membuatnya tersenyum.
KH.Solahuddin mengajak jamaah untuk selalu memuliakan ibu. Ganjaran dari Allah SWT bagi orang yang memuliakan ibunya adalah surga. Sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Surga berada di bawah telapak kaki ibu.
“Perempuan adalah makhluk mulia. Perempuan adalah ibu kita. Muliakan ibumu maka sorga bagimu,” ucapnya.
Ketua MUI menyebut umat Islam yang tak mampu untuk menunaikan ibadah haji atau umroh ke Mekkah untuk mengejar sorga tak perlu bersedih. Karena sejatinya sorga itu tak jauh, yaitu ada di telapak kaki ibu.
“Senangkan hati ibumu. Kalau ibumu suka marah, cerewet, kuncinya hanya satu, diam. Jangan melawan. Karena kalau kau lawan, murka Allah untukmu,” ajaknya. (Sam)