Berita
Pengamat: Pelibatan TNI/Polri Kawal “New Normal” Dibutuhkan Untuk Disiplinkan Masyarakat
Pengamat Militer dan Intelijen, Dr Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, mengatakan, pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario “new normal” dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. Sebagaimana yang telah disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, bahwa anggota Polri akan dilibatkan sebanyak 340.000 personil, karena kita harus mengamankan di 1.800 titik obyek pendisiplinan protokol kesehatan diberbagai sektor seperti sarana transportasi massal, pasar, mall, tempat pariwisata dan lain sebagainya.
“Hal ini tentu sangat dibutuhkan dalam mengawal prosedur tatanan hidup normal baru yang akan diterapkan dalam masyarakat,” ujar Dr Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (27/5/2020)
“Kita hendaknya tidak mendikotomikan perlu tidaknya peran TNI/Polri dalam penerapan New Normal. Ketertiban masyarakat adalah kunci keberhasilan penanganan Covid 19. Sebagaimana kita ketahui warga masyarakat masih banyak yang tidak paham protokol kesehatan yang sudah ditetapkan Kementerian Kesehatan,,” tambah Nuning.
Bahkan, kata Nuning, ada juga yang sudah paham, tapi malas dan tidak disiplin melaksanakannya. Hal inilah, lanjutnya, menjadi sebuah keniscayaan TNI/Polri dilibatkan untuk menjaga ketertiban umum dan kedisiplinan mandiri anggota masyarakat.
Menurutnya, keterlibatan TNI/Polri tentu saja diharapkan juga mengikuti tiga aspek yang dinilai pada indikator kesehatan masyarakat dari Gugus Tugas Covid 19 yakni gambaran epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
“Wabah Covid-19 merupakan ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter.” ungkapnya.
Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang. Apa yang dilakukan TNI ini sebagai salah satu wujud OMSP adalah penanggulangan bencana. Keterlibatan TNI dalam konteks wabah Covid-19, masuk dalam kategori penanggulangan bencana.
“Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI. Pada masa depan ancaman Nubika harus masuk dalam kewaspadaan kita,” ucapnya.
Ia menyampaikan bahwa para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer.
Sementara Polri, katanya, penting dan dibutuhkan dalam penegakkan hukum serta pengawasan aturan pemerintah di lapangan.
“TNI/Polri juga diharapkan dapat bersinergi memberikan informasi protokol kesehatan kepada masyarakat,” ujar Nuning.
“Baksos TNI/Polri yang membagikan makanan siap santap atau sembako sangat bermanfaat bagi masyarakat. Contohnya Baksos, yang dilakukan oleh Universitas Pertahanan Peduli (Unhan Peduli), Baksos beberapa Polda, Polres, Kodam, Kodim, Koarmada dan Kotama-Kotama lainnya, sangat bermanfaat dan memang dibutuhkan masyarakat yang terdampak Covid-19,” demikian dikatakan Pengamat Militer dan Intelijen, Dr Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati.(MRZ)