Berita
Rektor Unhan: Negara yang Mampu Kuasai Teknologi Roket Akan Disegani Dunia
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan), Laksamana Madya TNI Dr Amarula Octavian, mengatakan, dalam sistem pertahanan negara ada lima sasaran strategis, yakni pertama menangkal segala bentuk ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan seluruh bangsa Indonesia. Kedua, menghadapi perang dari agresi militer. Ketiga, menanggulangi ancaman militer yang mengganggu eksistensi dan kepentingan NKRI.Keempat, menangani ancaman nir militer yang berimplikasi terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia. Kelima adalah mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
“Dasar membangun kekuatan pertahanan negara terdiri dari paradigma diantarannya asymetric warfare, perangkat yakni kemampuan daya gerak, teknologi dan industri yang didalamnya ada kebijakan politis, kebijakan strategis dan kebijakan bisnis,” kata Rektor Universitas Pertahanan (Unhan), Laksamana Madya TNI Dr Amarula Octavian, yang tampil sebagai keynote speeker, webinar teknologi roket, Selasa (22/9/2020) di Jakarta.
Rektor Unhan dalam webinar Kemhan, Unhan dan Kemendikbud itu mengangkat tema tentang“ Roket Sebagai Alutsista Untuk Meningkatkan Sistem Pertahanan Negara”, menyampaikan, pokok bahasan tentang sistem pertahanan negara, tujuh program prioritas teknologi pertahanan, teknologi alutsista roket, roket untuk sistem pertahanan negara dan perkembangan teknologi roket untuk pertahanan.
“Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara, baik dari luar maupun dalam negeri,” ungkap Jenderal bintang tiga angkatan laut ini.
Target rencana induk penguasaan teknologi roket sesuai Perpres No 45 Tahun 2017, kata Rektor Unhan, terlaksananya pengembangan teknologi Roket Sonda Altitude 300 km (2020-2025), beroperasinya roket sonda dan dimulainya rancang bangun teknologi roket pengorbit satelit Low Earth Orbit (2036-2040).
“Pada 2031-2035 rencananya telah tersedia prototipe roket pengorbit satelit low earth orbit dan tahun 2036-2040 terlaksananya peluncuran roket pengorbit satelit tersebut. Roket merupakan teknologi yang masihterus dikembangkan, yang mana perkembangannya ditujukan untuk membangun suatu kekuatan nasional,” ujarnya.
“Negara yang mampu menguasai teknologi roket tentunya akan disegani oleh negara lain didunia,” ucap Laksdya TNI Dr Amarula Octavian.
Teknologi roket yang dimiliki suatu negara, kata dia, menjadikan negara tersebut memiliki tingkat kemandirian dalam peluncuran satelit baik untuk keperluan sipil maupun untuk kepentingan pertahanan negara,” tambahnya.
Ia mengatakan, dengan terus diberlakukannya pengembangan teknologi roket, tentu akan berdampak dan bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak hanya pada ranah pertahanan saja.
Teknlogi roket, lanjutnya, merupakan salah satu sistem yang tepat dalam pelaksanaan pemantauan wilayah Indonesia, mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan.Pemantauan yang diperlukan tidak hanya digunakan untuk keperluan militer, namun juga berbagai aspek kehidupan seperti iklim dan pemantauan Sumber Daya Alam (SDA).
Banyak negara telah mengembangkan teknologi roket, diantaranya Amerika Serikat dengan The MGM-140 Army Tactical Missile System (AtacMS), Russia dan Cina dengan roket strategis Intercontinental Ballistic Missile (ICBM), Jepang dengan Roket Bo-Hiya, Roket Balistik India, dan Brazil dengan roket Astros II.
“Cina akan mengembangkan roket baru Long March 11A. China Aerospace Science and Technology, memprediksi pekerjaan desain roket tersebut bakal selesai tahun 2020 ini. Sedangkan roet dijadwalkan untuk memulai penerbangan perdananya pada tahun 2022, Cina pertama kali meluncurkan dua satelit yang menunjukkan teknologi baru pada pukul 04.13 pagi waktu Beijing pada 30 Mei 2020,” ungkap Rektor Unhan dalam webinar itu.
Ia menyampaikan, Indonesia melakukan kerjasama dengan beberapa negara dalam perkembangan teknologi roket.Kerjasama yang dilakukan berupa pengembangan roket jangkauan 200 km. Adapun kerjasama transfer teknologi berupa pemberian pelatihan, pengadaan material dan peralatan serta melakukan desain manufaktur.
“Termasuk uji dibawah supervisi ahli roket negara tersebut yang dilakukan dinegaranya maupun di Indonesia,” demikian dikatakan Rektor Unhan Laksdya TNI Dr Amarula Octavian.(MRZ)