Index

Kampung Pengobat ‘Lara’ Yang Ada di Kota Tangerang

Published on

Penulis : Mila Dini Wijaya (Mahasiswi Universitas Pamulang)

Dalam setahun, dua bencana beruntun menggebuk warga RW 022 Blok I Garden City Residence di Kota Tangerang, Banten. Dari situlah tumbuh benih-benih untuk bangkit dengan kampung wisata keramba.

Saung bambu beratap baja ringan dan alang-alang berdiri di tepi danau Perumahan Garden City Residence, Kota Tangerang, Banten. Di sekelilingnya terhampar seratusan keramba jaring apung berisi nila, patin, mujair, lele, dan tanaman air. Tak terasa sudah setahun mereka berbagi ruang di danau berwarna kehijauan itu.

Selasa (21/9/2021) siang, Wahyudi (46) memeriksa kondisi air dan jaring sebelum memberi makan nila dan patin kesayangannya. Begitu jemarinya melempar pelet, seratusan ikan yang berwarna cerah naik ke permukaan. Mereka saling tubruk, memperebutkan jatah makanan.

”Sebelumnya danau ini dibiarkan begitu saja. Pandemi justru mendorong inisiatif warga di sini untuk mencari rezeki bersama-sama,” ujarnya.

Tadinya bapak dua anak itu bekerja di perusahaan mebel area Cengkareng, Jakarta Barat. Kemudian banting setir sebagai sopir perusahaan suku cadang di Kota Tangerang sebelum SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 menjegal langkahnya karena terkena pemutusan hubungan kerja dengan alasan efisiensi.

Bermodal sebagian tabungan, dia pun memesan tiga keramba jaring apung dengan harga Rp 1,5 juta per keramba. Setiap keramba berukuran 2 meter x 4 meter persegi yang terbagi dalam dua kotak.

Untuk benihnya dibeli sendiri, Rp 400 hingga Rp 700 seukuran pentol korek. Sementara harga jualnya berkisar Rp 21.000-Rp 30.000 per kilogram.

”Panennya mungkin sekitar dua bulan lagi. Saya lihat keramba ini prospek ke depannya. Kami harapkan ada pelatihan dari pemda atau ahlinya supaya cara budidaya hingga panen bisa optimal,” ujarnya.

Optimisme itu berkaca dari panen salah satu warga yang mencapai 300 kilogram pada pekan lalu. Jumlah sebanyak itu didapatkan dari menabur 700 benih ikan.

Tunggangi ombak

Perumahan Garden City Residence merupakan salah satu langganan banjir di ”Kota Benteng”. Misalnya awal tahun 2020 lalu, luapan air merendam permukiman hingga sepekan lebih. Ketinggiannya mulai dari puluhan sentimeter hingga 4 meter.

Tak berselang lama pagebluk mampir ke Tanah Air. Banyak warga, termasuk di RW 022 Blok I yang terdampak, dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja.

”Kami ingin ubah kawasan rawan banjir jadi sesuatu yang berbeda. Untuk ketahanan pangan warga di sini sekaligus menambah pemasukan,” ucap Riswanto (46), salah satu inisiator Kampung Wisata Keramba 22.

Setahun ini mereka baru mendapatkan pelatihan dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang tentang olahan ikan segar. Pelatihan lainnya berlangsung secara daring dari seorang kenalan asal Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

”Kami ingin berdaya jadi kelompok tani mandiri. Kalau sendirian saja susah, kan, minim pengalaman dan pengetahuan,” ujarnya.

Di sisi lain mereka, juga butuh perbaikan akses jalan masuk ke Kampung Wisata Keramba 22. Saat ini, kondisi memprihatinkan karena rusak, berlubang, dan berlumpur.

Belum lagi hanya ada satu toilet untuk wisawatan. Itu pun di pos keamanan setempat. Tak jarang warga meminjamkan toilet rumahnya kepada wisatawan sembari mengupayakan pembangunan toilet dengan retribusi dari Kampung Wisata Keramba 22.

”Wali Kota sempat ke sini mau bangun spot selfie. DPRD, Camat, dan Lurah juga dukung,” kata Iwan Sanjaya, Ketua Kampung Wisata Keramba.

Salah satu bentuk nyata dukungan itu ialah pembangunan tanggul banjir di sekitar danau. Di atas tanggul turut dibangun lintasan olahraga. Dengan begitu, kawasan permukiman terhindar dari banjir dan orang-orang bisa menikmati suasana Kampung Wisata Keramba 22.

Keberadaan Kampung Wisata Keramba 22 menambah destinasi wisata di Kecamatan Periuk. Sebelumnya sudah ada Kampung Lorong Anggur, Kampung Sejahtera Mandiri, Kampung Matahari, dan Kampung Lotus.

Exit mobile version