Berita

Kasau Luncurkan Plan Bob Cat, Transformasi Kekuatan Udara di Era Modern

Published on

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar  Prasetyo, meluncurkan Bobcat Plan yakni sebuah pemikiran Kepala Staf Angkatan Udara mengenai konsep dasar pertahanan udara Republik Indnesia masa kini dan masa depan, dalam mengantisipasi perubahan peta kekuatan militer dan geopolitik regional dan global.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh para mahasiswa/dosen di jurusan Ilmu Politik atau Hubungan Internasional, serta tentunya menjadi referensi wajib bagi para personil TNI-AU, di pusat pendidikan (Akademi Angkatan Udara dan Seskoau), serta di lanud-lanud di seluruh Indonesia.

Kasau Marsekal TNI Fadjar  Prasetyo, menyampaikan, sekitar tujuh bulan lalu, pada akhir Maret 2021, TNI AU telah menyelenggarakan seminar air power yang mengangkat tema transformasi air power guna mewujudkan TNI Angkatan Udara yang disegani dikawasan. Dari seminar tersebut, Kasau menyaksikan diskusi yang sangat menarik dan memandang sesuatu itu sebagai hal yang positif, karena selain menjadi wujud rasa cinta terhadap kedirgantaraan Indonesia, melalui seminar tersebut banyak masukan konstruktif khususnya untuk kemajuan TNI Angkatan Udara.

“Berawal dari hal itulah, saya berkeinginan untuk mengambil sedikit dari hasil seminar tersebut yang saya padukan dengan pengetahuan dan pengalaman pribadi saya selama bertugas di TNI Angkatan Udara, untuk kemudian saya tuangkan dalam tulisan sederhana pada buku Plan Bob Cat, mohon maaf ini mengambil dari call sign saya saat saya dinas di Skadron Udara 11, yang hari ini diluncurkan” ungkap Kasau Marsekal TNI Fadjar  Prasetyo, dalam zoom meeting peluncuran dan review buku Plan Bobcat, di Graha Widya Dirgantara, Seskoau, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Senin (25/10/2021).

“Selama penyusunan buku ini, saya banyak mendapat bantuan masukan dan saran melalui hasil diskusi dengan beberapa rekan baik dari internal TNI Angkatan Udara maupun dari pengamat air power,” beber Kasau.

Ia menjelaskan, bahwa tentunya buku ini bersifat dinamis, karena air power itu sendiri bersifat sangat dinamis dan kompleks. Maka seiring perkembangan, kata Kasau, edisi revisi buku ini juga akan diterbitkan kembali.

Ia memaparkan, landasan filosofis postur air power yang harus dibangun TNI Angkatan Udara, sebagaimana yang dirumuskan dalam buku ini dikembangkan melalui studi komparatif beberapa negara maju dunia, angkatan udara negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Australia, umumnya memiliki kesamaan dalam merumuskan peran inti kekuatan udara kedalam empat hal yaitu pengendalian udara, penyerangan dari udara, pengintaian dan pengamatan udara serta mobilitas udara.
Kemudian, sambung Kasau, kita juga akan melihat evolusi teori air power, perkembangan teknologi dirgantara, hingga merumuskan konsep transfemasi ideal untuk TNI Angkatan Udara sesuai dengan kondisi yang kita hadapi.
Konsep transformasi air power ini memiliki arah yang sama dengan visi pembangunan negara, khususnya dengan kebijakan pertahanan Republik Indonesia.

Pada Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2021 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara (Jakumhanneg) 2020-2024, ditegaskan bahwa pembangunan wilayah pertahanan di udara dalam rangka melindungi wilayah udara nasional, termasuk menetapkan zona identity pertahanan udara dan membangun sistem identifikasi pertahanan udara Indonesia dilakukan dengan peningkatan kekuatan udara.

Mengacu pada Perpres Nomor 8 Tahun 2021 tersebut, lanjut Kasau, maka kebutuhan akan penyusunan koonsep air power guna mengakselerasi peningkatan kekuatan udara juga semakin tinggi, hingga dimulailah proses awal perumusan “Plan Bob Cat” yang disusun dengan mengacu pada dinamika geo politik dan dengan mengikuti perkembangan teknologi kedirgantaran di dunia.

Dikatakan, disaat seluruh dunia tengah berjuang menghadapi pandemi Covid-19, ternyata tidak menghentikan pasang surut perkembangan lingkungan strategis yang justru bergerak semakin dinamis dan unpredictable.

Dilingkup global, sambung Kasau lagi, potensi eskalasi konflik terjadi diberbagai kawasan, seperti pelanggaran gencatan senjata, perang antara Rusia dengan Ukraina di perbatasan Ukraina Timur hingga konflik bersenjata antara Palestina dan Israel yang belum pernah berakhir.

Dilingkup regional, kita masih dihadapkan dengan dinamika sengketa klaim wilayah secara sepihak di Laut Tiongkok Selatan termasuk pergerakan militer Tiongkok yang dapat memicu ketegangan di kawasan.

“Dan yang terbaru adalah Amerika Serikat beserta dengan sekutunya Australia dan Inggris baru saja mencetuskan kaukus pada bulan September lalu.Fakta keamanan trilateral ini dikhawatirkan dapat meingkatkan ketegangan militer dan dapat mendorong ajang perlmbaan senjata nuklir di kawasan,” ujarnya.

Diluar perkembangan geo politik, Kasau menyebut, kita juga tidak bisa melupakan kemajuan teknologi militer dan perubahan taktik pertempuran yang semakin pesat, khususnya di domain udara dan angkasa. Sebagai contoh, kecanggihan teknologi sensor, kemampuan perang elektronika, penggunaan pesawat nir awak dan senjata presisi yang kemudian dipadukan dalam sistem jaringan tempur terintegrasi dan artificel inteligence, semua hal tersebut menjadi game changer di era pertempuran modern.

Penggabungan seluruh kemampuan tersebut dalam satu jaringan network centric warfare adalah bentuk ekosistem militer yang sangat kompleks, sebagaimana konflik nagormukaroh diakhir tahun 2020 lalu, meski tampak sederhana namun sejatinya keunggulan Azarbaizan dicapai karena pembangunan eksosistem militer dengan efort yang besar serta melalui dukungan dengan concern yang sangat tinggi.

Dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi kedirgantaraan, maka teori air power pun terus ikut berevolusi. Adanya inovasi dan kemajuan teknologi, taktik dan strategi pertempuran juga harus beradaptasi.

“Dengan berkembangnyan teknologi kedirgantaraan dan teori air power, sehingga peran air power pun menjadi semakin luas, bergantung pada karakter air power itu sendiri yang  bersifat kenyal,” kata Kasau

Kasau memberi kesimpulan dari buku Plan Bobcat yaitu tentang organisasi, teknologi dan kesiapan organisasi atau operasi.

Launhing Plan Bobcat dihadiri Wakasau, Dankodiklat AU, Irjen AU, Koorsahli Kasau, para Asisten Kasau para Danlanud, Panglima Kotama, Gubernur AAU, para pejabat TNI AU dan para Komandan Satuan seluruh Indonesia.

Tampil sebagai narasumber adalah Marsekal Muda TNI Syaiful Rizal, Dr Kusnanto Anggoro, Dr Andi Widjajanto, dan Curie Maharani Savitri. Acara ini dipandu oleh Imelda Marselas Wangkar (Sheila Wangkar) sebagai moderator. (MRZ)

Exit mobile version