Beranda Berita Kemarau Ekstrem, Tim Ahli Universitas Al Azhar Indonesia Lakukan ini di Cibeureum...

Kemarau Ekstrem, Tim Ahli Universitas Al Azhar Indonesia Lakukan ini di Cibeureum Cianjur

0
Tim Ahli Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) bersama masyarakat Desa Cibeureum, Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Musim Kemarau panjang yang ekstrem membuat banyak daerah di Indonesia mengalami kekeringan. Salah satunya di Desa Cibeureum, Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Meski Desa Cibeureum secara umum memiliki banyak sumber air, desa yang bercuaca sejuk itu juga mengalami kekeringan.

Camat Pacet Donny Herdyana mengatakan bahwa masyarakatnya tidak pernah menyangka terjadinya kemarau ekstrem dan mengakibatkan kekeringan.

“Sekarang kemaraunya benar-benar tidak dikira akan seperti ini, kering. Warga kurang antisipasi, karena biasanya kan air melimpah di sini. Sekarang sih repot,’’ kata Donny, Selasa (24/10/2023).

Meski begitu kata Donny, masyarakatnya beruntung karena beberapa waktu lalu Cibeureum kedatangan Nita Noriko dan kawan-kawan dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) yang berbagi program konservasi air.

Dimana, masyarakat disadarkan tentang pentingnya mengelola air dari sumber yang tersedia, sekaligus dibantu fasilitas sederhana berupa penampungan atau embung.

“Idenya mungkin sederhana, tapi warga perlu disadarkan dan diajak kerjasama. Kami dari kampus, dengan bantuan biaya program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud, akhirnya bisa turut mengajak warga melakukan konservasi air,” ujar Nita Noriko, Ahli Konservasi Tanah dari UAI.

Sebelumnya, lanjut Nita, petani di Cibeureum dan Sukanagalih pada umumnya kurang memanfaatkan kegiatan konservasi. Air bersih dari mata air dibiarkan mengalir sesuai pola geografis dan gravitasi saja tanpa dibuatkan penampungan.

“Air kemudian turun bercampur dengan selokan yang dipenuhi sampah lingkungan, dan sisanya menuju sungai. Ketika kemarau ekstrem datang, kekeringan jadi tidak bisa dihindari. Para petani tidak mengira akan seperti ini,” tutur Nita.

Doktor di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan ini telah melaksanakan kegiatan tersebut sejak Maret 2023, bersama para dosen dari berbagai program studi, seperti Risa Swandari Wijihastuti dari Prodi Biologi, Alma Mandjusri dari Ilmu Komunikasi dan Liana Mailani dari Psikologi.

Tim dari UAI ini, bersinergi dengan tokoh setempat memberikan bimbingan kepada para petani mulai dari konservasi tanah dan air, pelatihan enterpreneur, hingga keterampilan pemasaran digital dengan memanfaatkan media sosial.

“Pendekatan utama kami memang pemberdayaan ekologi. Tapi kami juga berusaha datang dengan kegiatan-kegiatan sharing, untuk mendorong kemungkinan masyarakat mengembangkan potensi sumberdaya lokal, baik manusianya maupun alamnya untuk perbaikan ekonomi,” kata Alma Mandjusri.

Untuk memastikan masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan ini, para dosen dan mahasiswa UAI bergotong royong dengan Kelompok Tani Kampung Cibeureum, membuat kolam penampungan (embung) berukuran  7×3,5 meter dengan kedalaman 3 meter.

Penampungan itu dipastikan mampu menahan longsor karena dilapisi paranet dan bambu sebagai penahan.

“Sudah ada setidaknya tiga embung. Alhamdulillah, para petani dapat mengalirkan air ke lahan-lahan pertanian yang lokasinya lebih tinggi dengan bantuan pompa air,” kata Risa Swandari.

Donny mengakui, keberadaan embung dan kolam memberikan dampak positif bagi para petani di kampung Cibeureum. Dalam keadaan musim kemarau ekstrim petani mendapatkan peningkatan hasil pertanian mencapai 80%.

Sebagai contoh ketika musim hujan dalam 1 pohon timun dihasilkan 2,5 kg timun, sedangkan pada musim kemarau ekstrim hanya mencapai 2 kg.

“Program ini sangat baik. Kami sangat berterima kasih kepada para dosen UAI dan Kemendikbud, ya. Saya kira ini bisa menjadi percontohan untuk kampung atau desa-desa lain yang situasinya sama,” kata Donny.

Tak kalah menarik, dosen-dosen ini juga menggelar kegiatan psikososial dan berbagi pengalaman tentang komunikasi pemasaran.

Pendekatan-pendekatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan peningkatan jiwa entrepreneur dan kreativitas dengan mendatangkan dosen-dosen lain dari psikologi dan komunikasi.

Liana dari Prodi Psikologi berharap, masyarakat bisa lebih siap secara psikologis ketika menghadapi situasi sulit seperti kekeringan, dan tetap berpikir kreatif.

“Karena rata-rata juga sudah akrab dengan gawai misalnya, kita juga mendorong pemanfaatan teknologi informasi ini, untuk kepentingan yang lebih luar terkait dengan sumber daya local. Misalnya memasarkan hasil pertanian dan perkebunan. Semoga bermanfaat,” tunta

snya. (Rmt)