Berita
Alap-Alap Jombang di Ciputat Bermula dari Sebutan Anak Lapangan
Lapangan Alap-Alap Jombang, Jombang, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, namanya cukup masyhur bagi masyarakat. Namun belum banyak yang tahu asal usul nama Alap-Alap hingga melekat untuk menunjuk daerah tersebut.
Awal mula mencuatnya nama Alap-Alap tidak lepas dari rutinitas warga dan Pemerintah setempat melaksanakan pertandingan sepak bola dan turnamen tahunan bola Voli pada tahun 1980 an.
Ketika ditemui tangerangonline.id, Ketua RT 01, RW 04, Jombang, Dedi Djunaedi mengungkapkan, dahulu Lapangan Alap-Alap Jombang disebut Lapangan Putra Jombang. Namun setelah turnamen dilaksanakan, nama Putra Jombang berubah menjadi Alap-Alap yang memiliki kepanjangan ‘Anak Lapangan’.
“Pertandingannya khusus bola. Ada fasilitas bola voli dan turnamen berlangsung selama tiga tahun,” kata ketua RT asli Jombang yang menjabat selama tiga periode ini.
Dedi menambahkan, patennya nama Alap-Alap pun berasal dari segerombolan burung Alap-Alap yang kerap kali melintasi lapangan saat turnamen berlangsung. Hingga kini, lapangan Alap-Alap masih digunakan untuk kegiatan warga setempat seperti lomba-lomba hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Ada yang membiayai turnamen namanya Gunadi. Dia, ketua lapangan Alap-Alap dan rumahnya di pinggir lapangan. Karena suka olahraga, dia ngasih donasi,” tambah pria 42 tahun ini.
Tangerangonline.id juga berbincang-bincang dengan Ketua RT sebelum Dedi sekaligus tokoh masyarakat, Hj Mundji. Dirinya menceritakan pencetus atau pelopor adanya lapangan Alap-Alap ialah seorang pecinta olahraga bernama Edi Jaya Saputra.
Diceritakannya, tanah diatas lapangan Alap-Alap Jombang dan sekitarnya adalah kebun karet. Pada tahun 1970 an, dibuatlah kavling oleh Kelurahan Jombang dengan tujuan membantu warga yang belum memiliki rumah setelah menikah, kemudian menyusul terbuatnya lapangan.
“Edi tau ukuran lapangan di Senayan. Jadi, ukuran lapangan dibuat seperti lapangan di sana. Sketsa kavling ada di balai desa, sekarang Kelurahan Jombang,” kata Mundji yang kala itu ikut mengukur lapangan serta Kavlingnya.
Pria kelahiran Jombang tahun 1943 ini menuturkan, luas lapangan sekaligus 100 bangunan kavling kurang lebih 3,5 hektar. Pinggiran lapangan masih berupa pohon pandan. Mundji atau yang akrab dipanggil Baba ini pun aktif mengikuti pertandingan sepak bola.
“Tiap minggu ada pertandingan persahabatan. Saya sering ikut. Paling rame tahun 1975 dan 1976,” kenangnya. (Ayu)