Berita

Kisah Warga Kunciran Minum Comberan, Mengaku Keturunan Sunan Gunung Jati

Published on

Muhammad Aras Arifin (45) warga Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang viral karena mengaku minum air comberan bersama dengan istri dan enam anaknya.

Selain anaknya yang tak bersekolah, Aras juga bermukim bersama keluarganya di gubuk yang tak dialiri listrik.

Tak hanya itu, ternyata Aras juga menyimpan cerita lain yang terbilang sangat unik.

Aras yang tinggal di Kunciran sejak tahun 1975 ini mengaku merupakan salah satu keturunan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kudus.

“Ibu saya bapaknya Raden Busola Wisastra, nah sedangkan Raden Busola Wisastra punya bapak Raden Wijaya Perwata itu tabib kerajaan Majapahit,” ujar Aras, Jumat (4/5/2018).

“Aslinya buyut saya dari Demak, Sunan Kudus, berat juga karena memang sejarah para Wali karena memang kita masih keturunan Sunan Gunung Jati,” tambahnya.

Aras juga mengklaim mengetahui bahwa orang yang pertama kali diturunkan di dunia sebenarnya bukan Nabi Adam. Akan tetapi Semar.

“Banyak orang bilang Nabi Adam yang duluan tapi sebenarnya Semar. Kenapa saya bilang begitu karena Semar punya kuncup, giginya putih cuma satu. Kenapa Semar perutnya buncit, kenapa Semar berlambang hitam dan putih kenapa Semar bertelunjuk satu nah itu ada maknanya,” katanya.

“Kuncungnya penyangga langit, giginya satu yang putih itu Alif yang esa dan perutnya yang buncit itu bumi yang sedang kita pijak itu sendiri. Sedangkan berlambang hitam dan putih itu siang dan malam dan bertelunjuk satu itu syahadat. Di wetan disebut Pangeran Ismoyo, di Banten Pangeran Ismaya dan di Mekkah Ismaalaiha,” tambah Aras.

“Makanya ini berhubungan dengan tombak dari Semar di Kunciran ini, di sini selisih dari Nabi Adam 1000 tahun,” imbuhnya.

Aras juga menjelaskan alasannya untuk tidak mau pindah dari gubuk. Padahal tempat tinggalnya tersebut sangat memprihatinkan.

“Itu enggak bisa soalnya bagaimana pun saya sudah perjanjian hidup mati di sini karena sudah bersyahadat,” tutur Aras.

Bahkan dia sengaja tidak memakai listrik karena itu bagian dari filosofi hidup Aras yang juga mengaku sebagai Putra Alam.

“Itu bagian dari Siloka saya, kenapa Gubuk Ini gelap kenapa ini ada apa dibalik itu semua ibarat kita semua manusia sudah mulai gelap syahadat,” bebernya.

Filosofi hidup Aras yang cenderung menunggu titah alam dalam setiap tindak tanduknya juga menjadi alasan utamanya untuk tidak menyekolahkan anaknya. “Saya belum ada titah dari orangtua,” jawab Aras saat ditanya alasan tidak menyekolahkan anaknya.

Pemahaman Aras yang menganggap dirinya sebagai Putra Alam tak jarang juga menimbulkan persepsi lain dari masyarakat setempat. Warga menganggap Aras sebagai paranormal, dibuktikan dengan kesaksian dari yang sering melihat tamunya dengan berkendara mobil dan motor.

“Sering lihat juga emang tamunya mobil-mobil mewah yang sari jauh. Makanya saya juga aneh lihat mobil mewah pada kesana,” ujar Alim, salah satu warga sekitar. (Rmt)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version