Berita

Terpapar Covid-19, Alami Batuk dan Tenggorokan Kering Ibarat Sebatang Pohon di Tengah Lahan Tandus

Published on

Sebut saja namanya Irene. Dia menceritakan sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan (2 Maret 2020) bahwa telah ada WNI yang terpapar virus corona (Covid-19) dan sontak saat itu terjadi rush yang cukup besar di supermarket, mall dan pasar tradisional. Aksi borong dilakukan sebagian orang.

“Namun saya tidak melakukan hal-hal tersebut, saya tetap melakukan pembelanjaan seperti kehidupan normal sehari-harinya,” tutur Irene.

Pada 18 Maret, ia melakukan pembelanjaan untuk kebutuhan hidup sehari-hari di pasar tradisonal. Pada 2 Maret-19 Maret disitu ada masa 17 hari terjadi inkubasi terhadap beberapa warga sipil yang terpapar Covid-19 yang ada di Jakarta khususnya. Namun ia tidak menyadari itu, karenanya di tanggal 18 Maret itu ia tetap melakukan kegiatan seperti biasa, hingga berujung di tanggal 19 Maret, ia mengalami batuk, dimana batuk yang ia alami tidak normal seperti biasanya batuk pada umumnya.

“Biasanya saat kita mengalami batuk, yang terjadi adalah batuk berdahak atau batuk kering atau gatal yang terjadi di tenggorokan kita. Namun ini berbeda, batuknya adalah batuk kering dimana anda akan merasakan tenggorokan anda sangat kering, ibarat sebatang pohon ditengah lahan yang tandus yang saat anda sitam dengan air tidak akan membantu tenggorokan anda. Sangat-sangat luar biasa keringnya,” ujarnya

Tak berhenti disitu, dua hari kemudian, ia mengalami nafas yang cukup berat, disini ia belum merasakan sesak nafas, namun aliran nafas berjalan sangat berat. Kemudian, dalam dua hari ia mengalami badan demam panas, namun panasnya tidak mencapai 38 melainkan 37,6 yang angkanya naik turun.

Lalu pada dua hari kemudian lagi, ia mulai merasakan sendi-sendi terasa ngilu. Dari sini ia menganalisa bahwa telah terjadi sesuatu dengan tubuhnya. Akhirnya pada 24 Maret 2020, ia ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, untuk melakukan tes Covid-19. Tapi, karena RS tersebut dalam sehari hanya menerima 150 orang untuk melakukan swab test Covid-19. Maka pada saat itu, kuota untuk tanggal 24 Maret sudah penuh, akhirnya ia melakukan swab test di tanggal 25 maret.

Berhubung tanggal 25 Maret itu adalah Hari Raya Nyepi, sehingga laboratorium RS itu tidak buka. Akhirnya, saran dari Dokter RS tersebut, ia diminta untuk melakukan isoalasi mandiri selama tiga hari.

“Seetelah itu anda boleh melakukan rapid test dihari keempat,” ujarnya menirukan ucapan sang dokter itu.

Pada 29 Maret, ia melakukan rapid test di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet dan ternyata hasilnya negatif. Namun negatif ini, belum tentu negatif, karena masa inkubasi dirinya diprediksi akan terjadi pada tanggal 2 April 2020.

“Jadi saya masih ada dua atau tiga hari yang masih harus saya jaga dan dokter yang ada di RSD Wisma Atlet tetap menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari kedepan, sehingga tidak memaparkan Covid-19 kepada orang lain,” urainya.

“Disini saya mau menjelaskan kepada teman-teman bahwa hanya cukup dengan vitamin C, sangat cukup kita bisa melawan virus tersebut dengan obat batuk, namun yang paling utama adalah Vitamin C sehingga si virus tidak akan berkembang didalam tubuh kita” bebernya.

Yang kedua, kata dia, adalah asupan makanan yang kita konsumsi itu harus benar-benar sayur dan buah-buahan yang mana sangat membantu tubuh kita kembali membentuk imunitas yang tinggi dalam tubuh kita. Sayur yang dimaksudnya adalah bukan sayur dengan satu macam seperti yang biasa dimasak dirumah, tapi sayurnya itu harus di mix seperti salad dengan berbagai macam jenis sayur berwarna hijau, kuning, putih dan itu bagus untuk menciptakan imun baik.

Begitu pula dengan buah, harus di mix dalam satu piring itu dengan beraneka ragam jenis buah. Bukan hanya apel saja, bukan hanya jeruk saja, bukan hanya pisang saja, namun semua jenis buah di mix jadi satu, sehingga itu yang cepat memproses imun baru dalam tubuh kita.

Intinya, sambung dia, adalah kita harus taati pemerintah, yakinlah virus ini akan hilang dari tubuh kita dnegan mengkonsumis asupan yang benar dan kita harus positif thingking, jangan memberi ruang pada virus itu untuk membunuh kita. Posiitif thingking itu sangat penting dan tetap lakukanlah isolasi mandiri bial ada gejala Covid-19.

Sehingga kita tidak memaparkan kepada orang lain dan kita sudah membantu pemerintah dalam memutus mata rantai Covid- 19 .

“Lebih baik kita melakukan isolasi mandiri di rumah, daripada kita melakukan isolasi di rumah sakit yang virusnya lebih banyak,” ungkapnya.

“Itu saja yang bisa saya sampaikan mudah-mudahan pengalaman ini bisa dibagikan kepada masyarakat sehingga tidak meremehkan batuk yang terjadi terhadap tubuh Mudah-mudah kita bisa membantu pemerintah mengurangi jumlah Covid-19,” tutupnya. (MRZ)

Exit mobile version