Bandara

Garuda Indonesia Terancam Bangkrut, Begini Tanggapan Ketua Pekerja Aerofood ACS Bandara Soetta

Published on

Utang yang menumpuk membuat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terancam bangkrut. Pembubaran maskapai penerbangan nasional itu disebut menjadi pilihan terakhir.

Bahkan, Pelita Air digadang-gadang akan menggantikan Garuda Indonesia.

Namun, Kementerian BUMN selaku pemegang saham tengah menempuh restrukturisasi utang dengan kreditur dan perusahaan penyewa pesawat (lessor) untuk menyelamatkan Garuda Indonesia.

Menanggapi rencana restrukturisasi utang PT Garuda Indonesia, Ketua Serikat Pekerja Aerofood ACS (Aerowisata Catering Services) Bandara Soekarno-Hatta, Ahmad Hidayat mengaku mendukung upaya dan keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN selama tidak mempengaruhi bisnis Aerofood ACS.

“Rencana restrukturisasi utang maupun opsi mempailitkan PT Garuda Indonesia dengan langkah menggantikannya dengan Pelita Air tidak menjadi masalah. Jika dalam prosesnya tidak mempengaruhi terhadap jalannya bisnis anak usaha PT Garuda Indonesia dalam hal ini PT ACS,” kata Ahmad, Senin (8/11/2021).

Menurut Ahmad, Aerofood ACS adalah salah satu anak perusahaan yang mencetak laba. Ia pun berharap isu yang beredar terkait Garuda Indonesia tidak mempengaruhi produktivitas anak perusahaan.

“Jangan sampai isu terkait kebijakan Meneg BUMN terhadap PT Garuda Indonesia mempengaruhi produktivitas anak usaha Garuda, sehingga karyawan tidak nyaman dalam bekerja. Karena selama ini PT ACS merupakan salah satu anak usaha yang bisnisnya menguntungkan,” harapnya.

Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menanggung utang senilai kurang lebih US$7 miliar atau setara dengan Rp100 miliar.

Menteri BUMN, Erick Thohir menyatakan bahwa sebagian besar nilai tersebut merupakan utang Garuda Indonesia kepada para penyewa pesawat. (Rmt)

Exit mobile version