Bandara

Jadi Panggung Budaya: InJourney Suguhkan Pameran Batik Interaktif di Bandara Soekarno-Hatta

Published on

Pameran Batik di Nusantara Heritage Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Bandar udara bukan lagi sekadar tempat tempat bepergian atau kedatangan ataupun transit saja.

InJourney Airport mengubah Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) menjadi ruang budaya yang hidup lewat pameran batik bertajuk Nusantara Heritage.

Lebih dari sekadar pajangan, instalasi ini mengajak pengunjung menyelami filosofi dan teknik di balik lebih dari 10 motif batik dari berbagai penjuru Indonesia.

Pameran ini digelar selama satu bulan penuh dan terbuka bagi seluruh pengguna bandara, bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional.

Di balik kurasi koleksi batik tersebut, hadir kolaborasi antara InJourney dan pegiat batik Iwet Ramadhan, yang dikenal aktif mempopulerkan batik melalui berbagai medium.

Calon penumpang ikut membatik di Terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta.

“Kami menampilkan satu instalasi yang di dalamnya ada koleksi batik nusantara, bukan hanya itu tapi kami juga mengajak seluruh pengunjung bisa menyaksikan cerita dari setiap motif batik. Kalau berkeliling ke dalam kita akan menemukan makna serta beragam cara pembuatan batik di Indonesia,” ujar Direktur Komersial InJourney, Very Y Setiadi, di Terminal 3 Bandara Soetta, Tangerang, Kamis (2/10/2025).

Tak berhenti di Terminal 3, pengalaman membatik juga dihadirkan di Terminal 2. Di sana, penumpang dapat mengikuti workshop membatik langsung bersama pembatik profesional.

Hasil karya berupa tas kecil bisa dibawa pulang sebagai suvenir, menjadikan pengalaman budaya ini tak hanya berkesan tapi juga personal.

“Ini bukan hanya di Bandara Soekarno Hatta, di setiap bandara ada tapi bentuknya saja yang berbeda. Tapi yang pasti kami ingin mengenalkan kekayaan budaya Indonesia bukan dari hasilnya saja, tapi dari tekniknya juga. Setiap motif punya cerita yang berbeda, dan ini yang diharapkan bisa diketahui oleh masyarakat,” lanjut Very.

Salah satu daya tarik utama adalah kehadiran motif batik langka seperti kawung dengan teknik tulis, serta batik hokokai khas Pekalongan yang lahir di masa pendudukan Jepang.

Batik hokokai dikenal dengan motif flora fauna berwarna terang dan kini termasuk kategori batik langka.

“Pengalaman pengunjung bukan cuma sekedar lihat-lihat, tapi mereka bisa baca sejarahnya juga. Ada tour juga yang nanti akan saya pandu sendiri, jadi bisa paham batik itu seperti apa. Kemudian ada aktivitas lain seperti membatik untuk pengunjung,” ujar Iwet Ramadhan. (Rmt)

Exit mobile version