Sempat Dikunjungi Gibran, ‎50 Hektar Lahan Jagung di Tigaraksa Tangerang Terancam Gagal Panen

By
3 Min Read

Program ketahanan pangan Nasional seluas 50 Hektar di Desa Bantar Panjang, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang mengalami kekeringan.

‎Tanaman yang seharusnya menjadi perhatian justru sekarang kondisinya kering, busuk dan terbengkalai.

‎Diketahui, sebelumnya lahan seluas puluhan hektar tersebut dikunjungi oleh Wakil Presiden (Wapres), Gibran Rakabuming Raka bersama jajaran menteri hingga Kapolri, Jendral Listyo Sigit Prabowo dalam rangka penanaman jagung serentak kuartal IV yang diinisiasi Polri.

‎Hal tersebut jauh dari kata keberhasilan yang disampaikan dalam pemberitaan seremonial sebelumnya. Program penanaman jagung serentak di Kabupaten Tangerang yang digadang-gadang sebagai bagian dari penguatan ketahanan pangan nasional kini dipertanyakan keras.

‎Aktivis Tangerang, Gandi Sadewa, menyebut program tersebut gagal total di lapangan dan patut diduga hanya menghabiskan anggaran negara tanpa hasil nyata. Di lokasi menunjukkan kondisi tanaman jagung kering, menguning, dan tidak berkembang.

‎“Ini gagal total. Kalau jagungnya mati seperti ini, lalu di mana ketahanan pangan. Yang hidup justru acaranya, bukan tanamannya,” kata aktivis pemerhati lingkungan Tangerang, Gandi Sadewa kepada awak media pada Minggu, (28/12/2026).

‎Gandi menilai program tanam jagung lebih menonjolkan agenda simbolik dan pencitraan pejabat, sementara aspek teknis pertanian dan keberlanjutan sama sekali diabaikan. Menurutnya, kegiatan ini hanya berhenti pada penanaman awal tanpa pengawalan hingga panen.

‎“Negara hadir lengkap, pejabat datang, kamera menyala. Tapi setelah itu lahan dibiarkan. Kalau hasilnya mati seperti ini, publik berhak menyebut program ini gagal,” ucapnya.

‎Meski angka anggaran tidak pernah dibuka secara rinci, Gandi menegaskan mustahil kegiatan skala nasional dengan pelibatan banyak institusi negara tidak menyedot anggaran besar. Mulai dari pengadaan benih, pupuk, alat, logistik, hingga biaya kegiatan.

‎“Kalau uang rakyat dipakai tapi jagungnya mati, itu bukan sekadar gagal teknis. Itu pemborosan anggaran. Dan pemborosan ini bentuk pengkhianatan terhadap kepentingan publik,” tegasnya.

‎Gandi menyebut, kegagalan ini bukan sekadar soal tanaman, tetapi berdampak langsung pada petani lokal dan masyarakat Tangerang yang dijadikan objek program nasional tanpa kepastian hasil.

‎“Petani dijanjikan ketahanan pangan, yang datang justru lahan gagal panen. Tangerang jangan dijadikan panggung proyek nasional yang hasilnya nihil,” katanya.

‎Audit menyeluruh atas program tanam jagung di Kabupaten Tangerang.

‎Pembukaan total anggaran dan mekanisme pelaksanaan program.

‎Penghentian program tanam simbolik yang tidak berbasis kesiapan lahan dan pendampingan serius.

‎“Kalau negara serius soal pangan, ukurannya panen, bukan publikasi. Selama jagung di Tangerang gagal, klaim keberhasilan itu bohong,” pungkasnya. (Rez)

Share This Article