Berita
Menhan di Rapim TNI: Lapis Pertahanan “Strategi Perang Berlarut“ Harus Disiapkan Sejak Dini Oleh Pemerintah
Dengan mengangkat tema “Kemhan dan TNI Back To Basic” Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, menyampaikan sambutannya dalam Rapat Pimpinan TNI Tahun 2019, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta-Timur, Rabu (30/1/19). Menurut Menhan, essensinya adalah bagaimana mengembalikan hubungan Kemhan/TNI kepada roh dan jatidirinya yang sejati sesuai amanat konstitusi yang disusun oleh para pahlawan kemerdekaan, para pejuang pendiri bangsa (the founding fathers).
Menhan menyampaikan pesan dari Jennderal Besar Soedirman, yang tak boleh berubah sedikitpun sepanjang masa: “Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini. Lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh, tunduk kepada pimpinan atasannya, dengan ikhlas mengerjakan kewajibannya, tunduk kepada perintah pimpinannya, inilah yang merupakan kekuatan dari suatu negara. Kamu sekalian telah bersumpah bersama-sama dengan rakyat seluruhnya akan mempertahankan Kedaulatan Negara Republik kita dengan segenap harta benda dan jiwa raganya. Jangan sekali-kali diantara tentara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat Nusa, Bangsa dan Agama. Harus kamu senantiasa ingat bahwa tiap-tiap perjuangan tentu memakan korban, tetapi kamu sekalian telah bersumpah ikhlas mati sebagai kesuma bangsa. Anakku-anakku sekalian Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percayalah dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan diatas himpunan runtuhan ribuan jiwa, harta benda, dari rakyat dan bangsanya, tidak dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga. Berjuang terus, Insya Allah Tuhan melindungi perjuangan suci kita”.
Menurutnya, sebagai penerus tongkat estafet nilai-nilai kejuangan Generasi-45, TNI dikenal sebagai sebagai organisasi yang solid dan sarat dengan semangat perjuangan, pengabdian dan pengorbanan yang luar biasa dan tanpa pamrih yang dilandasi oleh loyalitas sebagai roh yang menjiwai kehidupan setiap Prajurit.
TNI berasal dan lahir dari Rakyat yang bersama-sama berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945. Karena itu, kata Menhan, TNI harus senantiasa menjadi organiasi yang dicintai rakyat. Etos inilah yang dikemudian dijabarkan kedalam nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945.
“Esensi dari semua itu adalah bahwa profesionalisme TNI terletak pada integritas, loyalitas dan komitmennya untuk selalu menjaga dan mengamankan ideologi Pancasila dan UUD 1945, demi tetap tegak utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat-sangat kita cintai bersama,” tegas Menhan Ryamizard Ryacudu.
“Semua upaya untuk merubah ideologi bangsa harus kita cegah dan kita lawan, karena hakekat dari ancaman ini ujung-ujungnya adalah perpecahan bangsa, “ tambahnya.
Mantan Kasad ini menandaskan, dinamika politik yang sarat dengan kepentingan dan kecenderungan tarik-menarik antar elite politik, harus dapat disikapi secara arif untuk menghindari keterjerumusan TNI pada situasi pelik. Maka, TNI harus selalu berpegang teguh pada prinsip untuk menempatkan kepentingan negara di atas segala kepentingan, demi menjaga tetap kokohnya persatuan dan kesatuan.
Ahli Filsafat bernama Clausewitz, menyebutkan bahwa perang diselenggarakan oleh tritunggal antara pemerintah, militer dan rakyat. Pemerintah menetapkan tujuan politik, militer menyiapkan diri sebagai Komponen Utama (Sarana) mencapai tujuan politik, sedangkan rakyat sebagai pendukung perang.
Bila mengabaikan salah satu unsur tersebut, kata Menhan, maka akan berpengaruh pada perang itu sendiri. Karenanya, pemberian otoritas kepada militer untuk melaksanakan keputusan politik haruslah merupakan jalan terakhir, yang sudah dipertimbangkan dan diperhitungkan secara matang. Sehingga tidak mudah untuk membuat keputusan untuk berperang dengan negara lain dan ini memerlukan proses perjalanan dan negosiasi yang sangat panjang.
“Sebagai bagian dari sistem pertahanan Indonesia, lapis pertahanan dengan “Strategi Perang Berlarut“, harus dipersiapkan sejak dini oleh pemerintah. Dalam hal ini, Kemhan sebagai unsur utama bekerja sama dengan TNI dan unsur-unsur pemerintahan lainnya dalam mempersiapkan konsepsi strategi perang ini dan secara bertahap dan berlanjut membangun infrastruktur yang diperlukan,” ungkap Menhan dihadapan para perwira TNI/Kemhan yang hadir dalam Rapim tersebut.
“Sementara itu, dalam menyokong “Strategi Perang Berlarut”, setiap kompartemen yang sekaligus berfungsi sebagai inti kekuatan harus mempersiapkan penyelenggaraan perang berlarut, mulai dari unsur ruang, SDM, logistik wilayah, dan aspek strategi berdasarkan karakteristik wilayah masing-masing,” terangnya.
Selain itu, ia menandaskan, fungsi intelijen di setiap kesatuan dan strata, baik dalam wujud intelijen manusia maupun intelijen teknik, hendaknya diberdayakan, baik untuk mengungkap jaringan dan aktivitas di seluruh wilayah Indonesia, maupun anasir-anasir dari luar wilayah Indonesia.
“Saat ini, salah satu ancaman yang sangat nyata dan merupakan salah satu bentuk penistaan terhadap agama, negara dan bangsa Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa adalah Terorisme,” ujar Menhan.
“Saya ingin sampaikan bahwa strategi pertahanan negara merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari strategi pembangunan nasiona,l guna mewujudkan kemajuan dan kemakmuran bangsa, dan yang lebih penting lagi mengamankan kepentingan nasional serta penopang tetap tegaknya NKRI,” demikian dikatakan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu. (MRZ)
