Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026, harga daging sapi dan ayam di pasar tradisional wilayah Kabupaten Tangerang berangsur naik. Para pedagang pun mengeluhkan kenaikan harga daging yang dinilai memberatkan pedagang maupun konsumen.
”Sudah perlahan naik harga daging sapi, naiknya seribu rupiah setiap harinya,” kata Rohman pedagang daging sapi saat ditemui Tangerangonline.id di Pasar Gudang Tigaraksa pada Rabu, (10/12/2025).
Rohman menjelaskan, pada November 2025 harga daging sapi tembus diangka Rp125 ribu. Namun hingga masuk di pada bulan Desember kenaikan tebus diangka Rp130 ribu.
Menurutnya, kenaikan harga bukan berasal dari pedagang pasar, melainkan dari perusahaan atau tempat pemotongan hewan (jagal).
“Kami belinya dari PT, di tukang jagal sudah naik. Sementara di pasar konsumen mintanya harga murah. Pembeli itu tahunya harga Rp111 ribu, padahal sekarang harga Rp130 ribu,” jelasnya.
Rohman menambahkan, daging sapi impor pun tak luput dari lonjakan harga. Bagian iga atau daging perut yang biasanya menjadi pilihan masyarakat kini ikut mahal.
“Untuk bikin soto saja, di jagalnya Rp95 ribu, kami jual Rp100 ribu, tergantung mereknya. Ada juga yang dari jagalnya Rp97 ribu,” katanya.
Ia menyebutkan, kondisi saat ini membuat penjualan semakin sulit. Daging yang paling laku hanya bagian iga dan rawon
“Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga bisa tembus Rp135 ribu per kilogram. Itu sudah mentok,” tambahnya.
Tidak hanya daging sapi, harga daging ayam pun mengalami kenaikan tajam. Angga, pedagang ayam di pasar setempat, mengatakan harga ayam kini jauh dari harga normal.
“Dari Rp35 ribu per kilogram sekarang bisa tembus Rp55–60 ribu,” ungkap Angga.
Ia menyebut bahwa kenaikan harga sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak adanya program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
“Harga ayam sempat turun, tapi hanya bertahan empat hari setelah aksi demonstrasi Pedagang Ayam Bersatu Kabupaten Tangerang di depan Kantor Bupati,” jelasnya.
Kenaikan harga, kata Angga, dipengaruhi dua faktor utama, yaitu mahalnya harga pakan dan imbas dari program MBG.
Pria yang akrab disapa Gendut Ayam itu mengaku kesulitan menjual dagangan karena kenaikan harga yang terlalu tinggi.
“Bayangkan, fillet dada ayam yang sebelumnya cuma Rp30 ribu, sekarang Rp55 ribu. Untuk pelanggan tetap paling saya kasih Rp50 ribu, itu pun jual modal,” katanya.
Konsumen yang biasanya membeli dua kilogram per hari kini menurun hanya satu kilogram. Bila kondisi terus berlanjut, Angga memprediksi harga fillet dada bisa tembus Rp70 ribu per kilogram.
Baik pedagang daging sapi maupun ayam berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga.
“Kami harap yang punya kebijakan segera bertindak agar harga stabil, daya beli masyarakat kembali ramai, dan kami pedagang tidak terus menjerit,” pungkasnya. (Rez)
Harga Daging di Kabupaten Tangerang Berangsur Naik Jelang Nataru 2026

