Connect with us

Bundaran Maruga, Dahulu Nama Kampung Petilasan Kerabat Wali Songo

Berita

Bundaran Maruga, Dahulu Nama Kampung Petilasan Kerabat Wali Songo

Kampung Maruga, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, berubah menjadi nama Jalan setelah terbentuknya Pemerintah Kota Tangsel. Dahulu tempat yang kini lebih tersohor dengan Bunderan Maruga lantaran jadi salah satu Ikon Kota Tangsel tersebut merupakan tempat pertilasan kerabat Wali Songo.

Ketua RT 04 RW 04, Abdul Fattah sekaligus anak kandung tokoh masyarakat setempat, H Muhammad menuturkan setelah terbentuk Kota Tangsel, Kampung Maruga pun berubah menjadi nama Jalan. Selanjutnya, pada tahun 2010 mulailah dibangun bundaran yang membatasi Ciater, BSD, Serpong dengan Serua, Ciputat.

“Seiring perkembangan, diperbaiki. Perubahan menjadi nama Jalan dari Pemerintah Kota (Pemkot), begitu pula bunderannya,” kata Abdul, RT yang telah menjabat selama dua periode ini.

Abdul menambahkan, keadaan masyarakat Kampung Maruga dahulu belum teratur seperti sekarang, misalnya tidak ditetapkan pengurus wilayah. Dirinya bersama Ayah dan Kakeknya pun menjadi Amil untuk membantu mengurus Kampung.

“Waktu itu ada orang meninggal. Kami bertiga bagi tugas. Kadang satu orang bisa bolak-balik kalau sampai ada tiga orang yang meninggal,” kenang pria kelahiran 1970 ini kepada tangerangonline.id.

Diceritakan Abdul, Kampung Maruga memiliki tradisi mengadakan pengajian selama tujuh hari berturut-turut bila terdapat seorang warganya yang meninggal. Pengajian dimulai dari Subuh hingga Zuhur.

Selain tradisi, Abdul memberitahukan bila terdapat sebuah pertilasan tokoh penting yang berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Maruga. Menurut cerita masyarakat, pertilasan itu bekas tempat persinggahan seorang kerabat atau sahabat Wali Songo bernama Kyai Kumpi.

Kemudian, tangerangonline.id pun berkunjung ke TPU Maruga dan bertemu dengan Juru Kuncinya, Ahmad atau yang kerab dipanggil Entong.

Ia mengatakan, pertilasan itu juga menjadi tempat pertemuan tokoh-tokoh zaman dahulu. “Sejarah pastinya tidak tahu karena tidak diberitahukan orangtua. Namun, cerita penziarah dari tahun 1970, memang tempat persinggahannya Kyai Kumpi dan menjadi pusat perundingan. Ada yang berpendapat kalau Soekarno juga pernah kesini,” terang Entong, keturunan kelima yang menjadi juru kunci TPU Maruga sejak tahun 1996.

Entong menjelaskan, pertilasan tersebut sering didatangi penziarah atau tamu dari luar Daerah seperti Blitar, Jawa Tengah. Tak sedikit juga penziarah membuat nazar untuk perbaikan makam.

“Sebelumnya, orang yang nazar itu nanya disini kurang apa. Contohnya WC. Setelah keinginannya terwujud, dibuatlah WC,” jelasnya. (Ayu)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Berita

Advertisement
To Top