Pembangunan Jembatan Kedaung sempat tertatih-tatih bertahun-tahun ini dan kini sudah tampak wujudnya.
Jembatan tersebut menghubungkan wilayah Kedaung Barat Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang dengan Kedaung Baru Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Dengan pembangunan ini warga dari Sepatan dan Neglasari atau sebaliknya akan sangat dimudahkan melintas antar wilayah. Jembatan ini juga menjadi akses pintas ke Bandara Soekarno Hatta dari kawasan pesisir utara Kabupaten Tangerang.
Jembatan Kedaung berdiri tegak membentang menyebrangi Sungai Cisadane yang berada di bawahnya. Kini jembatan tersebut keberadaannya menuai pro dan kontra.
Sebagian masyarakat senang dengan adanya pembangunan itu. Sehingga dapat mempersingkat waktu tempuh.
Namun di sisi lain sebagian warga dirundung nelangsa. Lantaran mata pencaharian mereka tergerus akibat adanya Jembatan Kedaung tersebut.
Sebelum Jembatan ini ada, masyarakat pada umumnya menaiki alat transportasi perahu eretan sebagai penghubung. Para pekerja perahu eretan pun kini gundah terkait keberadaan Jembatan Kedaung.
“Ya pasti kami penghasilannya berkurang lah dengan adanya Jembatan itu,” ujar Apip (31) satu dari pekerja perahu eretan saat ditemui Tangerangonline.id di Neglasari, Kota Tangerang, Rabu (6/9/2017).
Hal senada disampaikan Jamen (45) rekan seprofesi Apip. Menurutnya keberadaan Jembatan Kedaung ini sangat berdampak buruk pada kelangsungan hidup pekerjaannya.
“Mayoritas warga di dekat Jembatan ini usahanya perahu eretan. Sudah ada selama puluhan tahun kami mencari nafkah dengan usaha itu. Kalau ada Jembatan seperti ini, gimana penghasilan kami sehari – hari menghidupi keluarga,” ucapnya.
Ia meminta agar pemerintah mencari jalan ke luarnya. Terlebih pembangunan ini untuk kemaslahatan masyarakat.
“Harus dicari solusinya. Ada Jembatan atau pembangunan tapi harus dipikirin juga biar enggak ada orang yang sengsara ke depannya,” kata Apip.
Berbeda pandangan dengan masyarakat umumnya yakni Reza (36). Pria asal Sepatan, Kabupaten Tangerang itu senang jika Jembatan Kedaung tersebut beroperasi.
“Saya kalau dari rumah biasanya harus putar jalan dulu kalau mau ke Bandara Soetta. Dengan adanya Jembatan ini jadi dekat, hanya perlu 15 atau 20 menit saja sampai ke Bandara,” ungkap Rega yang mengendarai sepeda motor.
Hal serupa dialami Faridah (29) warga asal Neglasari, Kota Tangerang. Ia menyebut dengan adanya Jembatan Kedaung sangat membantu akses untuk ke tempat kerjanya.
“Saya kerja di Mauk Kabupaten Tangerang. Kalau lewat Jembatan ya jadi dekat, enggak harus ribet dan macet – macetan lagi,” imbuhnya.
Pantauan Tangerangonline.id di lokasi, Jembatan Kedaung saat ini sudah mulai beroperasi. Walau pun sempat mendapat penolakan keras dari warga yang mayoritas pekerja perahu eretan.
Namun Jembatan tersebut belum beroperasi secara total. Hanya diperuntukan bagi pengendara sepeda motor dan pejalan kaki saja. (Nji)