Connect with us

Ketum Pinkan Sebut Musik Kolintang Jadi Pemersatu Bangsa dan Ciptakan Ketenangan Hati

Berita

Ketum Pinkan Sebut Musik Kolintang Jadi Pemersatu Bangsa dan Ciptakan Ketenangan Hati

 

Musik tradisional kolintang tak bisa dimainkan sendirian, namun harus secara berkelompok atau grup (ansambel musik). Kolintang yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara ini dikenal sebagai alat musik perkusi bernada yang terbuat dari kayu. Meski kolintang berasal dari Sulawesi Utara, namun pemainnya berasal dari seluruh NKRI yang memainkan syair lagu-lagu dari berbagai daerah.

“Sehingga dapat menjadi alat pemersatu bangsa. Musik kolintang adalah musik yang sangat indah dan dapat menciptakan ketenangan hati (healing) serta hemat energi, karena alat musik yang dimainkan tanpa menggunakan energi listrik,:” kata Ketua Umum Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Indonesia, Iriana Penny Marsetio, dalam acara “Festival dan Bazar Hari Ibu” di Gedung Graha Jalapuspita, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (21/12/22).

Penny Marsetio, mengatakan, kehadiran musik tradisional kolintang, tentu dapat memperkuat hubungan antar sesama anak bangsa. Karenanya ia mengajak ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana (persatuan istri prajurit TNI AD) dan Jalasenatri (persatuan istri prajurit TNI AL) untuk berperan aktif melestarikan musik kolintang.

“Untuk adik-adik yang masih dinas, jangan terpaku pada kedinasan saja, tapi juga ikut berperan aktif dalam melestarikan musik-musik kolintang,” pesannya.

Penny menjelaskan, perjalanan kolintsng untuk “Goes to Unesco” saat ini sudah mencapai 70 persen, dimana saat ini sudah diterima oleh Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk Unesco di Prancis, Prof Dr Ismunandar dan pada 24 Desember 2022 Pinkan akan menggelar zoom meeting dengan negara Afrika yang juga memiliki alat musik yang hampir mirip dengan kolintang.

“Pinkan akan menempuh jalan extension untuk mempercepat pengakuan ini agar kita lebih bebas bergerak kedepan. Pencapaian kekayaan tak benda extension adalah suatu negara sudah mendapatkan pengakuan dan negara itu mempunyai kesamaan dengan musik yang kita angkat,” kata Penny

Jadi, lanjut Penny, kita tetap menyambung dengan negara yang sudah diangkat yakni Afrika dan sudah mendapat respon positif dan mudah-mudahan menjadi contoh bahwa mengangkat tidak harus membawa nama sendiri, mengingat kesenian itu beraneka ragam jenis dan semua mengharapkan pengakuan Unesco.

“Dengan extension, akan memudahkan perjalanan kolintang “Goes to Unesco”. Jadi ekstension tidak merendahkan, justru kita membantu Unesco untuk mengelompokkan.Kalau kita bersatu, maka akan jadi perhatian, daripada Indonesia mengusung sendiri,” tambahnya.

Dalam gelaran “Festival dan Bazar Hari Ibu” di Gedung Graha Jalapuspita tersebut, sedikitnya ada 125 stan yang menggelar pameran yang berasal dari berbagai daerah. Mereka antara lain memamerkan aneka macam bros dengan batu mulia asal Kalimantan, ada juga songket khas Palembang dari Zaenal Songket, aneka batik dari Solo dan Cirebon, aneka sepatu dan sendal dati bocorocca dengan harga promo, aneka tas dari Artidea, kerudung atau hijab dari Kisera dengan satu kerudung empat warna,berbagai macam baju gamis dan blus serta puluhan kuliner tradisional ciri khas Indonesia.

“Stan-stan pameran tersebut digelar dalam rangka menghidupakn kembali Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengrajin berbagai daerah yang selama ini terpuruk akibat dampak Pandemi Covid-19.Pinkan ingin memulai untuk menghidupkan kembali. Kami sudah memulainya sejak tiga tahun lalu, namun terkendala, karena mewabahnya virus Covid-19,” demikian dikatakan Ketua Umum Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Indonesia, Iriana Penny Marsetio. (MRZ)

Continue Reading
You may also like...

More in Berita

Advertisement
To Top