Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia bersama Radio Republik Indonesia (RRI) mengelar Seminar Live dan Virtual “Kolintang Goes to Unesco” di Auditorium Gedung RRI, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis sore (25/3/2021).
Kegiatan ini merupakan upaya agar Alat Musik Kolintang Kayu (AMKK) Minahasa yakni kolintang Minahasa sebagai “Warisan Budaya tak Benda” asal Indonesia pada badan PBB dibidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco).
Seminar Live dan Virtual Kolintang Goes to Unesco mengangkat tema tentang “Ansambel Musik Kolintang Kayu Asli Minahasa Dipersembahkan Sulawesi Utara Untuk Dunia”, yang diharapkan pada Tahun 2021 Kolintang sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia, dapat dipilih dan dipersembahkan menjadi warisan yang berharga bagi dunia pada tahun 2023 di UNESCO.
Sebagaimana diketahui, Kolintang Kayu Minahasa merupakan satu warisan budaya Indonesia yang mampu menjadi sebuah kekuatan identitas bagi bangsa Indonesia untuk tetap menjaga budaya agar tidak punah juga dan menunjukkan identitas nasional bangsa terhadap negara lain dalam kancah dunia internasional sehingga dapat dilihat di dunia internasional dan menimbulkan citra positif terhadap budaya-budaya Indonesia yang dikenal dengan negara dengan Keberagaman terbesar didunia, dari sudut suku, etnis, ras agama dan golongan, budaya, seni dan bahasa.
Seminar yang diadakan secara offline (luring) dan online (daring) tersebut menampilkan sejumlah pembicara/panelis penting antara lain Prof Ir Wiendu Nuryanti (Budayawan), Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2011-2014, Judi Wahyudin Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kemendikbud,dan Vincent Piket (Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia) selain itu terdapat panelis Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio (Pembina PINKAN Indonesia), Penny Iriana Marsetio (Ketua Umum DPP PINKAN Indonesia) dan Joune J.E. Ganda, SE (Ketua DPD Pinkan Indonesia Provinsi Sulawesi Utara).
Beberapa panelis menyampaikan paparan dari sudut pandang masing-masing dan berupaya mendukung langkah-langkah dan memberi solusi untuk mewujudkan keinginan mendaftarkan musik kolintang di Unesco dalam kategori ‘Warisan Budaya tak Benda’ asal Indonesia
Pada seminar ini yang merupakan ajang diskusi dan informasi pemahanan tentang Kolintang diikuti oleh masyarakat umum melalui siaran langsung RRI Pro 1 (91,2 FM), RRI Pro 4 (92,8 FM), RRI Net (radio visual RRI), website RRI rri.co.id, youtube channel rri.net.official, dan RRI Manado pada pukul 15.00 sampai dengan 17.00 WIB.
Selain itu, masyarakat bisa berinteraksi langsung diskusi dan tanya jawab dengan para panelis dan dihibur oleh penampilan pemain-pemain kolintang profesional yang tergabung dalam kelompok PINKAN Indonesia serta bintang tamu Deborah, bintang radio nasional 2015, dan bintang radio Asean 2016.
Seminar kolintang tersebut merupakan salah satu rangkaian dari agenda Peringatan HUT ke 10 tahun PINKAN Indonesia yang sebelumnya telah melaksanakan Bhakti Sosial kepada para pelatih dan Pemain/Grup/Sanggar kolintang yang terdampak Pandemi dalam Covid-19 dan merupakan dukungan penuh bagi sosialisasi dan publikasi tim pengusul AMKK Minahasa di Kemdikbud dibawah pimpinan Patricia Mawitjere,SS.MAP, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara.
Menurut budayawan Prof Dr Wiendu Nuryati, kolintang penting ditransfornasikan ke generasi muda dan masuk dalam kurikulum sekolah.
Selain itu, sambungnya, kolintang juga perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia dini.
“Penting untuk diperkuat adalah diakarnya, yang ada di masyarakat apakah kolintang masih terus dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan budaya sehari-hari masyarakat Sulawesi Utara,” ucapnya.
Sementara itu, Dubes Pakistan untuk Indonesia, Jamal Nasir, menyampaikan, bahwa kolintang adalah salah satu contoh warisan budaya Indonesia yang sudah ratusan tahun dan harus dilestarikan.
“Saya mendukung Kolintang Goes To Unesco agar diakui dunia,” ujar Jamal Nasir.
Kabag Kebudayaan Unesco di Jakarta, menyampaikan, Unesco menyadari bahwa warisan kolintang milik masyarakat dan pencalonan kolintang ke Unesco hendaknya dilakukan oleh masyarakat sendiri, bukan dari politisi atau elit politik, melainkan praktisioner.
“Untuk itu siapa yang menjadi praktisioner, tentu masyarakat yang memainkan alat itu sendiri. Indonesia tak bisa mengklaim kolintang adalah milik bangsa Indonesia.Karena budaya ini terus berkembang ke seluruh dunia. Kemendikbud melalui direktorat kebudayaan dapat melakukan upaya ini untuk memfasilitasi pendaftaran ke Unesco,” terangnya.
Pembina Pinkan, Laksmana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio, menjelaskan, Pinkan telah lama berjuang diberbagai negara di antaranya Moskow, Australia dan Jepang. Kemendikbud dapat memfasilitasi kelengkapan data dan dokumen untuk Goes To Unesco.
“Sekarang bola ada di Kemendikbud, kita menunggu,” tandas Marsetio.
Menurut Ketua DPD Pinkan Sulawesi Utara, yang juga Bupati Minahasa Utara, Joune JE Ganda, pihaknya sudah bekerjasama dengan universitas-universitas di Manado agar dilestarikan oleh generasi muda.
Sementara Lies Purnomo, melalui virtual, mengatakan, dengan diselenggarakan seminar ini, akan mendukung keinginan Kolintang Goes To Unesco.
“Saya mengajak semua pihak agar mendukung warisan budaya tak benda,” ujar Lies Purnomo Yusgiantoro.
Irjen Pol Dr Ronny Franky Sompie, yang juga berasal dari Sulawesi Utara, menyampaikan, dirinya sependapat dengan apa yang telah disampaikan oleh para panelis. Dengan adanya teknologi yang canggih saat ini, musik kolintang penting dilestarikan di sekolah-sekolah. Ia menghimbau agar kegiatan-kegiatan formal di pemerintahan Sulawesi Utara menggunakan musik-musik kolintang.
Terkait hal itu, Pembina Pinkan, Marsetio, mendukung hal tersebut dengan mengenalkan musik kolintang dalam acara-acara penyambutan tamu-tamu di bandara dan tempat resmi lainnya, agar masyarakat luas mengenal lebih dekat musik tersebut.
Kedepan, sambung Marseto, Pinkan akan mengirim satu set musik kolintang ke Kedutaan Besar RI di Prancis, Inggris dan berbagai negara lainnya.(MRZ)
[…] Sumber: tangerangonline.id […]
Komentar ditutup.