Home Home Kami Optimis, Asa itu Masih Ada di Tanah Papua

Kami Optimis, Asa itu Masih Ada di Tanah Papua

0

Oleh: Marsma TNI Fajar Adriyanto, M.Si, Kepala Dinas Penerangan TNI AU.

Insiden “rusuh’ Papua beberapa waktu lalu, sangat melukai hati masyarakat Papua. Betapa tidak, ditengah upaya mereka membangun kesetaraan berbagai bidang dengan daerah-daerah lain di Indonesia, tiba-tiba mereka di benturkan dengan isu Sara lewat insiden “penyerbuan” asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur.

Isu makin meluas seiring tersebarnya hoaks di media sosial. Ribuan warga Papua di kota Manokwari, Sorong dan Jayapura turun ke jalan, rusuh pun pecah, mereka menuntut keadilan.

Di tengah “rusuh” itu, sejatinya orang-orang Papua menyimpan potensi besar, mereka tidak ada bedanya dengan suku-suku lain di Indonesia. Dalam urusan nasionalisme misalnya, mereka adalah patriot dan kestria yang “berhati merah putih”. Banyak pemuda/pemudi Papua kini telah menjadi prajurit TNI dan Polri, sebagai pengawal kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebut saja Letnan Dua Pasukan (Letda Pas) Robert Habel Dumais, perwira TNI AU yang kini berdinas sebagai Komandan Pleton (Danton) di Batalyon Komando (Yonko) 468 Paskhas Biak, Papua dan Letnan Dua Adm Astria Fancolla Kresnawati Donggori sebagai Kepala Sekretariat Lanud Sutan Sjahrir Padang adalah dua orang dari ratusan pemuda/pemudi Papua yang memberi harapan untuk kemajuan tanah Papua.

Bersama Robert Habel Dumais dan Astria, kini juga berdiri deretan perwira-perwira aktif TNI AU lain yang juga asli putra/putri Papua. Bahkan sekarang mereka telah menyebar dalam penugasan di berbagai satuan TNI AU di seluruh Indonesia.

Kehadiran Letda Pas Robert Habel Dumais dan Letda Adm Astria Fancolla Kresnawati Donggori sebagai perwira TNI AU dan patriot penjaga NKRI, tidak lepas dari kepedulian TNI AU membina potensi pemuda-pemudi Papua.

Melalui program afirmasi tahun 2013, TNI AU telah berhasil mengantarkan belasan pemuda dan pemudi Papua menjadi Perwira TNI AU melalui jalur pendidikan Taruna/ Taruni Akademi Angkatan Udara (AAU).

Afirmasi merupakan program kesetaraan penerimaan prajurit TNI, melalui jalur akademi TNI untuk putra asli daerah Papua. Pada 2013, seluruh satuan TNI yang ada di Papua, diwajibkan melaksanakan pembinaan kepada putra-putri asli Daerah Papua (PAPD) yang berminat untuk menjadi Taruna Akademi TNI.

Bahkan pada 2012, Lanud Silaspapare Jayapura sebagai salah satu satuan TNI AU yang ada di Papua, sudah melaksanakan program tersebut dengan melakukan promosi dan sosialisasi TNI AU ke sekolah-sekolah SMA yg ada di Papua.

Hasilnya 69 siswa SMA berhasil mengikuti pembinaan yang dilaksanakan oleh Lanud Silaspapare Jayapura. Mereka mengikuti pembinaan dan dipersiapkan selama empat bulan.

Materi pembinaan meliputi aspek kesehatan, kesamaptaan jasmani, mental idiologi, psikologi dan akademis.

Komandan Lanud Silaspapare Jayapura waktu itu, Kol Diyah Yudanardi (sekarang Komandan Kodiklatau dengan pangkat Marsda TNI) adalah orang yang sangat komitmen mendukung program ini.

Melalui “tangan dingin” prajurit Lanud Silaspapare Jayapura, dari 69 orang binaan, 24 orang berhasil mengikuti seleksi Taruna/Taruni AAU di tingkat daerah, sementara yang lainnya mengikuti seleksi pada jalur sekolah kedinasan di beberapa kementrian dan lembaga. Dari 24 orang akhirnya sepuluh orang berhasil masuk menjadi Taruna/Taruni AAU, dan sekarang mereka sudah dinas aktif menjadi perwira TNI AU.

Mereka berturut-turut adalah Letda Pas Robert Habel Dumais, Letda Pas Evra Marey, Letda Pas Evan Worabay, Letda Tek Yohanis Epa, Letda Tek Agus Murip, Letda Tek Ryanda, Letda Sus Jandri Waimbo, Letda Adm Rian dan Letda Adm Astria Fancollo Lesnawati Donggiri. Nama Yang terakhir menjadi satu-satunya gadis Papua yang berhasil menjadi perwira Wanita Angkatan Udara (Wara) melalui jalur pendidikan AAU.

Tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kedepan mereka akan menjadi pemimpin TNI AU, atau TNI bahkan pemimpin negeri ini. Karena memang Papua menyimpan banyak potensi, baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA). Menjadi jelas, tidak ada keraguan lagi kalau ternyata masih banyak asa di tanah Papua. (*)