News Update
BMKG: Terbaliknya Kapal di Pulau Tunda, Bukan Karena Siklon Tropis
Koordinator Bidang Data dan Informasi, BMKG Serang, Tarjono mengatakan, terbaliknya kapal KM. sampoerna di perairan Pulau Tunda bukan karena cuaca siklon tropis yang di rilis melalui website resmi BMKG (24/2) lalu, melainkan murni angin puting.
Tarjono mengatakan, angin puting beliung bisa terjadi dimanapun dan kapanpun karena munculnya awan comolonimubus.
Secara teknis BMKG merilis melalui website resminya, Bibit Siklon Tropis merupakan suatu tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot.
“Angin puting beliung itu disebabkan karena adanya awan comolonimbus, itu bisa terjadi dimana saja bisa terjadi di daratan, di air, yang penting di atasnya memang terdapat comolonimbus. Jadi tidak ada sangkut puatnya dengan siklon tropis,” kata Tarjono saat dihubungi, Sabtu (27/2).
Ia menjelaskan, BMKG membagi level awal dalam tiga level, yaitu level rendah, menengah dan tinggi. Berdasarkan hal itu, awan comolonimbus termasuk dalam kategori awan rendah mencapai kerendahan hingga 300 meter diatas permukaan air laut (mdpl).
“Jadi dari awan comolonimbus itu perlu diwaspadai karena berpotensi dapat terjadi angin puting beliung, kemudian sambaran petir, kalau hujan pun hujan nya sangat lebat bahkan yang lebih ekstrim lagi adalah terjadinya hujan es,” ujarnya.
Oleh karena itu, Ia menghimbau, kepada masyrakat yang beraktifitas di luar rumah untuk dapat mewaspadai adanya awan Comolonimbus.
“Untuk masyarakat perlu waspda ketika sedang beraktifitas di luar rumah, jika melihat ada awan comolonimbus sebaiknya tidak beraktifitas dibawahnya, karena tadi itu potensinya bisa terjadi angin puting beliung, sambaran petir, hujan lebat, hingga ujan es,” pungkasnya. (Smn)
