Connect with us

Fari Raih Medali Emas di Ajang Buca Imsef Turki, Ciptakan Tas Penghangat Makanan

Berita

Fari Raih Medali Emas di Ajang Buca Imsef Turki, Ciptakan Tas Penghangat Makanan

Favian Arkananta Razzan Indrastata (Fari), tiba di SD Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, Jakarta Timur. Ia mengenakan kaos sakera khas Madura warna merah putih ketika turun dari mobilnya. Ia ditemani ibundanya, Nur Nofi Aisyah.

Fari yang merupakan anak kedua dari pasangan Kolonel Laut Hery dan Nur Nofi Aisyah itu, akan mengikuti acara penganugerahan medali dan pentas seni di panggung yang telah disiapkan sekolahnya.

Di depan panggung berjejer kursi-kursi untuk orang tua siswa. Paling depan disiapkan kursi untuk Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Kepala Sekolah SMP Al-Azhar Shifa Budi Cibubur Anwaruddin, Kepala Sekolah SD Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, Pengurus Yayasan Al-Azhar Shifa Budi Cibubur dan pejabat lainnya.

Mengelilingi kursi-kursi itu, digelar aneka macam jajanan tradisional yang dapat dibeli para tetamu yang hadir. Acara dimulai dengan penyerahan medali kepada seluruh peserta yang mengikuti ajang “Buca International Music Science Energy and Engineering Fair” (Buca Imsef) di Izmir, Turki yang berlangsung pada 20-25 Nopember 2023 kemarin.

Pengurus Yayasan Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, Iradah Kurniawan dan Lia Arlini memberikan medali dan piala kepada Fari dan teman-temannya diatas pamggumg. Kemudian usai sesi foto bersama, acara diselingi dengan permainan angklung dengan lagu khas dari Jawa Tengah, Lir Ilir.

Tak berselang lama, Fari yang mengenakan kaos sakera menenteng biola bersama teman-temannya naik ke atas panggung mendendangkan lagu Si Patokaan yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Tak ketinggalan, para pengurus yayasan juga ikut memeriahkan acara itu dengan memetik gitar dalam lagu tersebut.

Ditemui tangerangonline.id, usai memainkan biola diatas panggung, Fari yang langkahnya sangat cekatan dan ramah itu, mengaku senang dan bangga bisa meraih medali emas dalam ajang Buca Imsef di Turki itu. “Senang,” kata Fari sambil tersenyum bangga. Ia mengaku banyak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, meski agak susah ketika belajar untuk persiapan lomba, namun diberi kemudahan saat melakukan presentasi di depan juri di Turki.

“Belajarnya susah, pas presentasinya, gampang,” ucap Fari yang disekolahnya mengikuti kegiatan extra kurikuler dan Paskibraka. Diluar sekolah, ia menambah ilmu seninya dengan mengikuti les piano.

Dalam lomba Buca Imsef itu, Fari bersama kelompoknya menciptakan sebuah tas dengan alat penghangat makanan, dimana makanan akan selalu hangat di tas tersebut, itulah yang ia presentasikan dihadapan tim juri dengan menggunakan bahasa Inggris. Sehingga akhirnya ia meraih juara satu dan menggondol medali emas.

Ibunda Fari, Nur Nofi Aisyah (Nofi). mengatakan, dalam kesehariannya Fari belajar secara rutin dan tekun. Namun, sebelum berangkat ke Turki, membutuhkan persiapan yang matang dan memakan waktu selama tiga bulan. Disekolahnya, Fari, dibina secara rutin oleh guru-gurunya dan dirumah diberi tambahan ilmu oleh sang kakak dan kedua orangtuanya.

“Karena presentasi dan komunikasinya harus menggunakan bahasa Inggris. Jadi di rumah juga lebih dimantapkan bahasa Inggrisnya,” tutur Nofi.

Dalam keseharaiannya, sambung Nofi, Fari sama dengan anak-anak pada umumnya, hanya saja, Fari dibiasakan belajar secara rutin sejak kecil. Sehingga hasilnya, dalam menjawab beberapa pertanyaan dari tim juri, misalnya, Fari bisa menjawab dengan lancar.

Kedua orang tua Fari, tidak pernah memaksakan keinginan orang tua untuk melakukan kegiatan, bahkan kedua orang tua membebaskan anaknya untuk mengikuti kegiatan di sekolah sesuai keinginan sang anak.

“Dalam mengikuti lomba (Buca Imsef) ini memang dia (Fari) sendiri yang ingin, bukan kita yang memaksakan. Fari karakternya, memang senang bekerja dalam tim. Jadi dibebaskan saja, karena kalau dia suka, pasti dia enjoy dalam melaksanakannya,” terang Nofi.

“Saya sebagai orang tua ikut senang (Fari juara), jangankan menang, dia ikut lomba saja, saya sudah senang, karena berarti dia punya rasa percaya diri yang lebih dan menambah wawasan, pengalaman dan teman baru juga,” ucapnya.

Kepala Sekolah SD Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, Eko Sri Wijayanti (Wiwit), menerangkan, lomba ini berawal dari tahun 2019 debut pertama mengikuti seleksi lomba yang diselenggarakan di Malaysia dan berhasil mendapatkan Bronze Medali (perunggu). Lalu, mengikuti lagi seleksi di Korea Selatan dan berhasil mendapatkan medali silver.

“Akhirnya kami menjadi langganan untuk mengikuti lomba-lomba internasional,” beber Wiwit.

Di Turki ini, Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, mendapat undangan untuk mengikuti lomba. Lalu, pihak sekolah melakukan seleksi internal untuk mendapatkan peserta. Setelah itu, pihak sekolah mengirimkan berkas untuk mendapatkan verifikasi dari panitia di Turki agar dapat dilihat kelayakan projectnya.

Singkat cerita, siswa dan siswi SD/SMP Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, akhirnya mengikuti Buca Imsef di Turki yang diikuti oleh 15 negara. Dalam event itu, Indonesia mengirimkan tiga kategori yakni Science bidang Physics, Biologi, Energi dan Enginering.

Wiwit menjelaskan, ada 14 orang yang dikirim, terdiri dari sepuluh siswa sekolah dasar (SD) dan empat orang siswa SMP. Mereka adalah Favian Arkananta Razzan (Fari), Aqila Ardiana Wibowo, Nayla Faradisa Putri Hidayat, Eric Pandega Arrayan Hutauruk dan Muhammad Shafiy Khaleel Rifai. Mereka ini siswa SD dari Tim Science bidang Physics.

Untuk tim Biologi dan Energi, siswa SD juga. Terdiri dari Adzkiya Tsabita Kirana Afanta, Mikayla Malika Martnasti, Muhammad Alaric Arsyada Adi, Ni Komang Ayu Elysia Zahra G, dan Syafa Asyura Ananda Fasya.

Sedangkan tim Energi dan Enginering terdiri dari siswa SMP. Mereka adalah Fathiyah Khairinisa Dycapryo, Gabrielle Paath, Hana Ashadiya Ramadhania, dan Namira Azzahra Oetomo.

Menurut Wiwit, dalam ajang loomba Buca Imsef di Turki ini merupakan kali pertama bagi sekolah Al-Azhar Shifa Budi Cibubur, dan akhirnya meraih juara. Untuk kategori Biologi meraih medali silver, Sedangkan untuk Energi dan Enginering, meraih medali bronze (perunggu). Sebelumnya pernah mengikuti lomba di Malaysia, Singapura dan Korea juga meraih juara.

“Insyallah kegiatan ini rutin kami ikuti, mudah-mudahan kami bisa terus lolos seleksi dan bisa secara rutin mengikuti lomba di ajang internasional,” harap Wiwit.

Untuk mencari bibit-bibit unggul, kata Wiwit, dalam kesehariannya, siswa-siswi Al-Azhar diajarkan “Project Base Learning” dimana anak-anak dibiasakan untuk menyelesaikan project-project, mencari permasalahan disekitar dari teori yang sudah diajarkan guru-guru dan mencari solusinya.

“Hasilnya kami bawa untuk lomba ke Turki, jadi tema-tema dari Project Base Learning kami angkat untuk dilombakan dan anak-anaknya kami seleksi lagi. Karena ada aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mengikuti lomba itu, diantaranya komunikasi dan kemampuan berbahasa inggris,” ucapnya.

“Saya berharap agar kedepan dapat mengikuti lomba-lomba internasional secara terus-menerus, tidak berhenti disini saja, namun terus dikembangkan. Kami ingin menunjukkan pada dunia internasional, bahwa kami ada dan memiliki prestasi,” pungkas Wiwit. (MRZ)

Continue Reading
You may also like...

More in Berita

Advertisement
To Top