Beranda Berita Pasirnangka di Tigaraksa Berawal Ki Sapu Jagad Melawan Kolonial 

Pasirnangka di Tigaraksa Berawal Ki Sapu Jagad Melawan Kolonial 

1

Tigaraksa yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Tangerang, mempunyai catatan cerita penting dalam berdirinya Tangerang, seperti terjadi di Desa Pasirnangka, Kecamatan Tigaraksa. Desa tersebut memiliki jejak  perjuangan rakyat  melawan penjajahan kolonial Belanda.

Pada sekitar tahun 1930an merupakan awal pemberontakan rakyat di wilayah Tigaraksa tersebut.

Desa Pasirnangka berawal dari Dua Kampung, Palawad dan Ranca Bolang. Kenapa dinamakan Desa Pasirnangka? Kampung Palawad tempat para rakyat ditindas oleh rezim kolonial Belanda, untuk disuruh menggali pasir dengan secara paksa tanpa upah. Sedangkan Kampung Ranca Bolang merupakan perkebunan buah nangka milik rakyat.

“Desa Pasir Nangka merupakan gabungan dari dua Kampung yang rakyatnya mengalami penindasan oleh kolonial Belanda pada zaman itu,” terang  Muhammad Mamudi (37) warga asli Desa Pasirnangka kepada tangerangonline.id, Sabtu (21/10/2017).

Dengan sedikit merekam ulang jejak luluhurnya pada masa lalu, Amung sapaan akrab pria ini melanjutkan,  dari penindasan itulah rakyat bergerak bersama untuk melakukan pemberontakan terhadap Belanda.

“Dengan dipelopori Buyut Madsari atau Buyut Sapu Jagad, memberontak dan bergerak karena tidak sanggup melihat penderitaan masyarakat Pasirnangka yang ditindas sewenang-wenang dan diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Kolonial Belanda,” ujarnya dengan membawa ingatannya ke masa itu.

Becerita ia seolah orang yang terlibat dalam pemberontakan itu, selama 15 tahun rakyat diam dan ditindas, hingga Ki Sapu Jagad yang merupakan masih keturunan dari Kerajaan Padjajaran memulai dan mengajak masyarakat yang tinggal di dua kampung tersebut untuk memberontak.

“15 tahun leluhur kami dijajah lalu melakukan pemberontakan hingga akhirnya kami pun bisa terlepas dari penjajahan dan hingga akhirnya merdeka,” imbuhnya.

Setelah dipulangakannya secara paksa para kolonial Balanda oleh rakyat yang hidup di dua kampung tersebut, para tokoh masyarakat hingga remaja masjid pun berkumpul dan melakukan musyawarah untuk bergabung menjadi sebuah desa.

“Akhirnya pada tahun 1940an kami begabung, dan musyawarah dan mufakat meberinama desa kami menjadi Desa Pasirnangka,” pungkas Amung. (Yan)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini