Beranda Berita Toronata Tambun: Jurnalis Sudah Punya Modal Untuk Jadi Entrepreneur

Toronata Tambun: Jurnalis Sudah Punya Modal Untuk Jadi Entrepreneur

0

Seorang enterpreneur adalah individu yang bisa menciptakan bisnis yang baru, bersedia menanggung sebagian besar resiko dan sebagai imbalannya bisa menikmati sebagian besar keuntungannya. Proses mendirikan bisnis seorang enterpreneur disebut enterpreneurship atau kewirausahaan.

Apa perbedaan pengusaha dengan enterpreneur Pengusaha dalam menjalankan bisnisnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

Sedangkan enterpreneur, lebih berfokus pada upaya pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan tak terlalu mementingkan keuntungan, tapi lebih memperhatikan kondisi karyawan, pelanggan dan masyarakat umum.

Founder and Director Aren Energy Investment,Pte.Ltd, yang berkantor di Singapura, Toronata Tambun, mengatakan, dalam melakukan kegiatan usahanya, pengusaha tak memiliki “story telling” (menceritakan sebuah cerita) yang dimiliki oleh seorang jurnalis.

Karena itu, Founder and co-founders, sambung Toro, perlu kemampuan “story telling” dan itu banyak dimiliki oleh para jurnalis dan mereka memiliki kemampuan itu diatas rata-rata manusia lainnya.

“Mereka (pelaku bisnis) tidak memiliki kemampuan story telling, hanya jurnalis yang punya,” ujar Toronata Tambun, saat membuka pembicaraan dalam sesi daring pelatihan Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV,Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Senin, (4/4/22) di Jakarta.

Ia mengatakan, seseorang yang melakukan pekerjaan untuk mengkreasikan suatu hal yang baru untuk pertama kali dan mempunyai pendidikan tinggi dan motivasi yang tinggi (inventor) tidak memiliki kemampuan story telling, sementara jurnalis memiliki kemampuan yang luar biasa dalam ber-story telling.

“Kesuksesan seorang enterpreneur hanya memiliki kehebatan 10 persen dalam content (ide), 20 persen writing (kemampuan menulis) dan 70 persennya adalah story telling, dan bukan hanya milik anak teknik saja, bukan milik insinyur saja, tapi jurnalis juga punya kesempatan,” beber lulusan Insinyur Nuklir ini bersemangat.

Jadi nanti kalau ada kesempatan berbisnis, lanjut Toro, para jurnalis harus menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan yang banyak sekali dalam story telling yang tidak dimiliki inventor.

Untuk menjadi seorang enterpreneur, sambung Toro, tak cukup hanya mengandalkan semangat dan sukses story, melainkan harus disiplin sebagaimana kedisiplinan yang dilakukan prajurit TNI.

“Semua itu tidak mudah, lebih sulit menjadi seorang enterpreneur, ketimbang menjadi pegawai. Karena seorang enterpreneur harus mencari uang untuk menggaji pegawainya, sedangkan pegawai, tidak,” tuturnya.

Toro menandaskan, disiplin kewirausahaan (Discipline Entrepreneurship) sangat diperlukan untuk menggapai kesuksesan, terutama yang berbasis riset pasar primer (Primary Market Research Based), doktrin pelanggan yang membeli (Paying Customer Doctrine) yakni tidak berbisnis jika tidak ada yang membeli, tidak berorientasi produk (Not Product Oriented), strategis  dan unik (unique we, unique them and unique it) serta non linier sama dengan system dynamic.

Apa itu startup? Startup adalah sebuah usaha yang baru berjalan dan menerapkan inovasi teknologi untuk menjalankan core business nya dan memecahkan sebuah masalah di masyarakat.

Bisnis ini juga memiliki sifat disruptive di dalam sebuah pasar atau industri yang sudah ada dan bahkan menciptakan sebuah industri baru. Misalnya, belanja online, membeli tiket melalui online, kredit pinjaman online, atau yang bergerak dilayanan transportasi umum secara online.

“Gerakan entrepreneurship tidak sekedar membuat startup, tetapi membuat manusia yang anti-fragile, tidak mata duitan, rahmatan lil-alamin, sustainability friendly, kerja keras dan team work,” tandasnya.

Menurut Toro, menjadi seorang pengusaha tidak boleh memiliki keinginan untuk cepat kaya, namun harus lebih banyak memiliki keinginan untuk membantu orang lain, meski sembilan dari sepuluh rejeki itu didapat dari berbisnis.

“Sudah ada sekitar 200 pengusaha yang menyatakan sikap untuk tidak hanya mencari uang semata, namun menciptakan lapangan kerja. Tidak mengejar kekayaan, namun berbagi kepada sesama,” bebernya.

Seorang enterpreneur, lanjut Toro, tidak menciptakan bisnis startup, yang saat ini hanya memiliki keuntungan satu persen saja. Bahkan, ironisnya, bisnis startup ini tidak memiliki keuntungan yang menjanjikan.

Seorang enterpreneur juga tidak mendorong orang untuk cepat meraih kekayaan, melainkan mencari pembeli dengan orientasi pelanggan.

“Untuk menjadi seorang enterpreneur bisa dimulai dari usia 5-17 tahun, dimana dia bisa melihat sanak saudaranya yang memulai kewirausahaan, sehingga tertanam jiwa bisnis sejak usia dini,” katanya.

Sementara itu, Direktur Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Nurcholis MA Basyari, mengatakan, Jurnalis memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain, namun sayangnya jurnalis tidak memanfaatkan peluang yang dimiliki itu.

“Modal (story telling) kita sudah punya. Hanya saja kita tidak memanfaatkan peluang itu,” ujar wartawan senior pengurus PWI Pusat ini. (MRZ)