Beranda Berita Kemendikbud Ristek Minta Perguruan Tinggi Siapkan SDM Unggul Bantu Pertumbuhan Ekonomi

Kemendikbud Ristek Minta Perguruan Tinggi Siapkan SDM Unggul Bantu Pertumbuhan Ekonomi

0

 

Plt.Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Prof Ir Nizam, menyampaikan tentang inovasi merah putih dan kampus merdeka untuk membangun kemandirian bangsa dalam berbagai bidang, agar Indonesia tidak merasa terjajah.

Pada 10 Agustus 1995, putra-putri terbaik bangsa pernah membangun karya teknologinya dengan pesawat terbang yang kini pada tanggal tersebut diperingati sebagai hari kebangkitan teknologi nasional. Saat itu, pesawat N250 Gatotkaca yang dibangun Dirut IPTN B.J. Habibie itu mulai terbang perdana di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, disaksikan Presiden Soeharto.

Ribuan orang menyaksikan langsung penerbangan perdana pesawat pertama buatan anak bangsa tersebut. Pesawat ini diproduksi oleh IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara), yang saat ini menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Pesawat N-250 memiliki spesifikasi dengan menggunakan mesin dual turboprop 2439 KW Allison AE 2100C dengan jumlah enam bilah baling-baling. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan maksimum hngga 610 km/jam dan kecepatan ekonomisnya pada 555 km/jam.

Pesawat karya anak bangsa ini dapat terbang menjelajah di ketinggian 25.000 kaki, dengan daya jelajah mencapai 2040 kilometer dengan menggunakan bahan bakar opsional, sementara bahan bakar standar pada N-250 mampu menjelajah hingga 1.480 km.

“Semangat itu perlu terus dikobarkan kedepan, karena tantangan nasional kita masih banyak, diantaranya demokratisasi yang sangat dinamis, dimana mulai dari Lurah sampai Presiden dan Wakil Presiden serta DPR dipilih secara langsung,” beber Plt.Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kemendikbud Ristek, Prof Nizam, dalam sesi daring Fellowhip Jurnalisme Pendidikan (FJP) Bath IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Rabu (13/4/22).

Nizam, mengatakan, sistem demokrasi kita membutuhkan kesadaran hukum, kesadaran hidup berdemokrasi yang dewasa, dan pendewasaan demokrasi kita membutuhkan peningkatan literasi dan pendidikan seluruh masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, angkatan kerja kita yang berpendidikan tinggi baru berjumlah 11 persen, dimana rata-rata lama pendidikan angkatan kerja kita baru sekitar sembilan tahun dan rata-rata masih tingkat SMP.

Hal itu disebabkan karena adanya kesenjangan ekonomi yakni kemiskinan dan kesehatan serta kesejahteraan yang masih jauh dari harapan dan cita-cita para founding fathers. Namun itu semua, tidak menjadikan kita pesimis, tapi justru menjadikan kita untuk terus bekerja keras dalam mewujudkan cita-cita para founding fathers tersebut.

“Itulah saya rasa pentingnya peran dari perguruan tinggi, sebagai mata air bagi pembangunan bangsa. Kita masih tinggi dalam ketergantungan pada impor, industri kita sebagian besar adalah lisensi asing, jadi kita hanya menjadi tukang jahit saja, ibaratnya,” ungkapnya.

Dalam bidang industri otomotif, sejak puluhan tahun lalu hingga sekarang, Indonesia masih hanya  terbatas sebagai perakit saja. Import bahan baku juga masih sangat tinggi, termasuk import obat-obatan dan alat kesehatan (Alkes) selama Pandemi Covid-19 yang jumlahnya mencapai seratus persen. Padahal, Indonesia sangat kaya untuk bahan baku pembuatan obat-obatan.

“Karena itu, kita perlu bekerja keras. Kalau mencari siapa yang salah, menurut saya yang salah adalah perguruan tinggi yang menempa para sarjana menjadi profesional, birokrat yang mengisi seluruh lapangan pekerjaan dan menjadi pemimpin-pemimpin di masyarakat,” beber Nizam.

Selain itu, indeks daya saing kita juga masih rendah yakni sekitar  64,629 dan menempati peringkat 40 dari 140 negara berdasarkan World Economic Forum (WEF) 2019. Sementara  Human Development Index (HDI) atau indek pembangunan manusia kita jumlahnya 0,718 rata-rata global dengan peringkat 107 dari 189 negara berdasarkan data United Nations Development Programme (UNDP) 2020.

Ia mengharapkan, melalui Tridharma Perguruan Tinggi yang  berdaya saing akan menghasilkan pemimpin-pemimpin masa depan, dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan human capital, agar masyarakat Indonesia  semakin maju dan semakin sejahtera.
Pendidikan tinggi juga merupakan jembatan untuk transformasi sosial dimasyarakat dalam meningkatkan strata ekonomi dan sosial masyarakat. Kemudian melalui penelitian menghasilkan invensi, inovasi, scitech, seni dan budaya yang akan menggerakkan ekonomi, industri dan bisnis.

“Jadi perguruan tinggi ini perannya sebagai mesin dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kemajuan sosial masyarakat yang berkelanjutan, menyiapkan human capital yang kreatif, inovatif dan kompetitif berdaya saing serta menjadi tulang punggung untuk inovasi,” kata Nizam.

Ekonomi Indonesia saat ini sudah termasuk dalam negara berpenghasilan menengah, tapi untuk lepas dari menengah ke penghasilan tinggi itu,  tidak ada cara lain, kecuali ekonomi kita harus bertransformasi menjadi ekonomi yang berbasis pada inovasi. Hal ini sangat penting dan harus disadari semua pihak dan tidak lagi hanya mengandalkan sumber daya alam (SDA) dan sumber upah buruh murah.

*Siapkan SDM Unggul Lulusan Sarjana*

Kemendikbud Ristek mendorong perguruan tinggi untuk menyiapkan SDM unggul dari lulusan sarjana perguruan tinggi. Pada 2022, Kemendikbud Ristek, mencatat, ada sembilan juta mahasiswa Indonesia yang belajar di 4,593 perguruan tinggi dan dibimbing  312,890 Dosen dengan 29,413 program studi.

“Jadi angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dari bukti penyelenggaraan pendidikan tinggi, sebenarnya jumlah perguruan tinggi sudah lebih dari cukup untuk memenuhi lulusan SMA dan SMK. Tapi, memang kualitasnya masih sangat beragam dan akses ke perguruan tinggi itu masih terbatasi oleh berbagai kendala, baik kendala ekonomi maupun kendala sosial dan geografis,” urai Nizam.

Dampak revolusi industri 4.0 yang didorong kemajuan industri informasi dan telekomunikasi, berakibat pada hilangnya lapangan pekerjaan dan digantikan oleh teknologi digital atau robot. Namun, peluang hilangnya pekerjaan itu kelak akan tergantikan dua kali lipat dengan pekerjaan yang hilang. Hanya saja pekerjaan baru itu, hari ini belum ada dan tidak terbayangkan hingga saat ini.

Misalnya ojek online yang sepuluh tahun lalu tidak terbayangkan keberadaannya, dimana saat ini masyarakat bisa kemana-mana dengan sangat mudah dan belanja apapun sangat mudah tanpa harus meninggalkan rumah. Nah, pekerjaan-pekerjaan baru seperti itulah yang akan  lahir sepuluh tahun kedepan dan ini membutuhkan skill-skill dan kompetensi baru.

“Sehingga lulusan perguruan tinggi itu harus berbeda dengan apa yang kita siapkan dengan perguruan tinggi di era revolusi industri saat ini. Kita tidak ingin perguruan tinggi itu yang seharusnya menjadi jembatan menuju dunia profesi itu menjadi mata rantai yang putus. Sehingga tidak bisa mengantarkan anak-anak kita dari dunia pendidikan menuju dunia kerja. Inilah program utama Kemendikbud Ristek, memastikan SDM unggul dari perguruan tinggi itu benar-benar siap menghadapi dunia yang sedang berubah,” terang Nizam.

Bagaimana caranya? caranya dengan memberikan kuliah tiga semester berada diluar prodinya. Mahasiswa Fakultas Teknik, misalnya, dapat belajar Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi atau anak ekonomi bisa belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Dengan Kampus Merdeka, diberikan ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi mahasiswa.

Menurut Nizam, ada sembilan menu dari kampus merdeka, mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, mengajar di sekolah, penelitian, membangun desa, studi atau proyek mandiri, kewirausahaan mahasiswa, proyek kemanusiaan dan Bela Negara atau bergabung dalam Komponen Cadangan (Komcad) yang merupakan latihan dasar kemiliteran.

“Dengan pertukaran pelajar, mahasiswa di Jakarta, bisa satu semester di Papua, di Medan atau di Kalimantan Tengah. Nah itu yang mewujudkan semangat kebhinnekaan tunggal ika anak-anak kita, sekaligus melihat peluang-peluang sumber daya untuk kemajuan masyarakat. Pertukaran mahasiswa tidak hanya dilakukan didalam negeri, tapi juga di luar negeri. Pada 2021, misalnya, Kemendikbud Ristek mengirim 1.000 mahasiswa ke empat benua untuk belajar di 72 negara,” jelas Nizam lagi.

Sementara untuk program magang, lanjut Nizam, tidak hanya dilakukan dengan datang ke kantor dan melihat cara orang bekerja, mengantar minuman, mengantar hasil foto copy atau mengantar koran yang selama ini biasa dilakukan para peserta magang. Tapi, program magang yang direncanakan seperti manajemen training satu semester full didampingi mentor profesional yang dibiayai pemerintah, termasuk membiayai transportasi dan biaya hidup mahasiswa yang melakukan program magang.

Kemudian, untuk program mengajar, puluhan ribu mahasiswa yang kelak akan menjadi guru, itu melakukan program mengajar di sekolah satu semester di SD,SMP diberbagai pelosok negeri tempat-tempat yang kekuarang guru. Kemendikbud Ristek menggelontorkan dana Rp 500 miliar untuk Program Kompetisi Kampus Merdeka. Program ini, menurut Nizam, merupakan bentuk akselerasi program dari kampus merdeka yang mendorong perguruan tinggi melakukan inovasi agar terjadi pembelajaran terkait revolusi industri 4.0.

Kolaborasi nasional dan global membangun sinergi untuk merah putih dilakukan dengan bekerjasama pada Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat, Kementerian Dalam Negeri, Kominfo, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Stanford University di San Fransisco, Barkeley Haas, Ministry of Internal Affairs and Communications, Jepang, University Innovation Fellows Program, Kementerian Pertanian, Kadin Indonesia, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

“Ini adalah kesempatan luar biasa, buat adik-adik mahasiswa untuk masuk ke perusahaan-perusahaan nasional dan global, meskipun mereka berasal dari perguruan timggi yang belum pernah terdengar sebelumnya. Itu semua berkat Kampus Merdeka,” tutup Plt.Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemendikbud Ristek, Prof Ir Nizam. (MRZ)