Berita
Gaungkan Berita Dunia Pendidikan dan Jaga Nama Baik Almamater GWPP Jadi Tekad Bersama
Kamis pagi, 2 Juni 2022, cuaca dilangit sangat cerah, ketika Corporate Communication Senior Eecutive PT Paragon Technology and Innovation, Dwi Suci Candraningsih dan Nely Rahmawati, hadir dilayar sebagai host Pelepasan Peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) secara webinar.
“Beli martabak anggur, makannya pakai cendol (cakep), terimakasih kepada semua yang telah hadir, ayo kita kenalan dulu, biar afdol,” kata Nely saat membuka acara.
Tampak dilayar zoom, para Mentor FJP GWPP Mohammad Nasir, Frans Surdiasis, Haryo Prasetyo, Direktur Pelaksana GWPP Nurcholis MA Basyari, Pakar Komunikasi Aqua Dwipayana, Penggagas Sekolah Ilmuwan Minangkabau (SIM) Ikhsyat Syukur, wartawan senior Asro Kamal Rokan, Ketua BAN-SM Toni Toharudin, CEO PT Paragon Technology Innovation (PTI) Salman Subakat, dan beberapa narasumber yang selama ini mengisi sesi pelatihan.
Acara penutupan dibuka dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing yang dipimpin Dwi Suci Candraningsih atau yang akrab disapa Uci itu. Sejurus kemudian, Nely, mengajak seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan meminta peserta untuk berdiri.
Tiba giliran Direktur Pelaksana FJP Batch IV GWPP, Nurholis MA Basyari, menyampaikan sambutannya. GWPP patut bersyukur, karena telah menuntaskan empat batch (empat angkatan) dengan total wartawan yang telah merasakan manfaat dari program ini 60 orang dari berbagai daerah di seluruh nusantara.
“Tentu jumlah itu jauh dari kata ideal, bila dibandingkan dengan jumlah wartawan saat ini yang diperkirakan lebih dari 100.000 orang dari berbagai media yang sebagian besar berasal dari media online,” tutur Nurcholis.
FJP telah sukses terselenggara sebanyak empat angkatan dan setiap angkatan melibatkan 15 wartawan dari 15 media yang memang jumlahnya sengaja dibatasi agar lebih efektif dan efisien dalam penyelenggaraan program FJP GWPP. Peserta FJP Batch IV ini diikuiti para wartawan dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Namun, keinginan untuk melibatkan wartawan dari wilayah Papua, saat ini belum tercapai.
Peserta FJP GWPP angkatan pertama dan ketiga telah terselenggara dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2021. Sedangkan FJP Batch IV berlangsung dari Februari hingga Mei 2022 dengan masa pelatihan selama tiga bulan.
Pelatihan jurnalistik bidang pendidikan ini mencakup tiga aspek yaitu pelatihan, praktek dan pendampingan (mentoring) dari lima wartawan senior yang memiliki reputasi dan pengalaman jurnalistik panjang di media-media terkemuka nasional maupun internasional. Selain itu juga, pelatihan diisi oleh narasumber dari kalangan wartawan senior yang memiliki pengalaman jurnalistik di dalam dan di luar negeri.
“Pelatihan selama tiga bulan ini, meski berlangsung secara daring namun dapat dilaksanakan seara efektif dan lancar. Meski dalam prakteknya ada kombinasi antara daring dan luring atau hybrid (penggabungan), terutama terkait dalam liputan sebagai penugasan kelompok dari mentor kepada wartawan,” jelas Nurcholis.
Program FJP GWPP ini, menurut Nurcholis, memang dirancang sedemikian rupa, sehingga tetap bisa memungkinkan peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan tanpa harus cuti atau meninggalkan tugas sehari-hari sebagai wartawan. Justru program ini mendorong para jurnalis untuk tetap aktif dan produktif dalam menghasilkan karya-karya jurnalistik untuk media masing-masing.
Selama Februari hingga Mei 2022, total karya jurnalistik yang ditulis peserta mencapai 502 artikel tentang dunia pendidikan dalam bentuk feature, sosok, indepth reporting, dan hardnews, yang dipublikasikan sebagai hasil penugasan yang dipandu para mentor.
“Tentu diawal-awal ada teman-teman wartawan yang merasa berat mengikuti pelatihan, karena maklum biasanya wartawan, terutama wartawan yang aktif, jarang sekali mengikuti program pelatihan sampai lebih dari tiga hari secara konsisten. Tapi, syukur alhamdulillah berkat dukungan semua pihak, wartawan dapat menyelesaikan pelatihan ini,” ujar Nurcholis.
Dalam pelatihan ini, Muhammad Ulul Azmy dari Tugu Malang, Eka Patriani Lintarman dari Prabumulih Pos, dan Hermiana Effendi dari Serayunews terpilih sebagai peserta terbaik dan mendapatkan hadiah berupa uang, buku dan voucher belanja dari Paragon.
“Kami berterimakasih kepada PT Paragon Technology and Innovation, para narasumber dan Pemimpin Redaksi (media masing-masing) yang telah mendukung program ini secara konsisten dan sangat luar biasa dalam memproduksi berita pendidikan,” ucap Nurcholis.
Kesan dan Pesan Dari Peserta
Panitia telah menyiapkan sesuatu yang spesial dilayar zoom. Tampak dilayar para peserta FJP Batch IV, Hermiana (serayunews), Kristin (detik.com), Taufik (marajanews), Azmy (tugu malang), Eka Lintarman (Prabumulih Pos), Yuni (Singgalang, Retno Dyah (Jawa Pos) dan Mirza (tangerangonline.id) secara bergantian menyampaikan kesan dan pesan, manfaat dan harapannya selama menjalani pelatihan sebagai jurnalis pendidikan.
Kebanyakan para peserta merasakan banyak manfaat dari pelatihan selama tiga bulan ini, baik dalam penambahan ilmu jurnalistik, ilmu pendidikan dan ilmu lainnya serta terpacu untuk terus berkarya meningkatkan produktivitas dalam penulisan berita tentang dunia pendidikan. Bahkan, ada peserta yang tak ingin pelatihan ini berakhir, karena masih ingin terus belajar banyak tentang jurnalistik dan dunia pendidikan.
Kesan dan pesan dari para peserta tersebut mendapat tanggapan dari Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology Innovation (PTI) Salman Subakat. Ia mengaku terharu usai melihat tampilan video dilayar dari para peserta dan apa yang ingin ia sampaikan, tidak jadi dilakukan, karena peserta sudah menjawab dalam pesan dan kesannya.
“Dulu orang bilang, pena itu bisa setajam pedang, ternyata hal itu makin kesini, makin terasa, bahwa dari satu tulisan, kita bisa menghadirkan pemikiran dan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang lain,” urai Salman.
Bagi Salman, FJP GWPP ini adalah gerakan pendidikan yang unik dengan nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki para peserta, yang hidup bersama tulisannya dalam berkontribusi pada dunia pendidikan.
“Semangat peserta, ketulusan hati bergerak sendiri, sehingga artikelnya juga kredibiltynya sangat tinggi, sungguh luar biasa. Ini gerakannya teman-teman semua, mari kita jaga bareng-bareng, “ pesan Salam.
Penyerahan Sertifikat Peserta dan Mentor
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat dari panitia. Sertifikat itu ditandatangani Direktur Pelaksana FJP GWPP Nurcholis MA Basyari dan CEO PT Paragon Technology Innovation Salman Subakat untuk 15 peserta dan para mentor, lengkap dengan stempel GWPP.
Suasana haru menyelimuti layar zoom saat itu. Sayup-sayup terdengar lagu “Gaudeamus igitur” seiring dengan tampilan sertifikat yang satu-persatu muncul berkelebat dilayar lengkap dengan foto peserta disampingnya. Tepuk tangan dari Salman Subakat dan para peserta zoom lainnya membahana menambah khidmat suasana kala itu.
De Brevitate Vitae (kehidupan), atau lebih dikenal dengan judul “Gaudeamus igitur” (karenanya marilah kita bergembira) adalah lagu berbahasa latin yang merupakan lagu komersium akademik dan sering dinyanyikan di berbagai negara Eropa. Gaudeamus ini pada zaman dahulu di Jerman merupakan lagu perjuangan kebebasan akademi.
Lagu “Bagimu Negeri” menyusul sesaat kemudian, menambah kesan haru akan berakhirnya pelatihan yang telah dijalani selama tiga bulan, dimana pelatihan berlangsung pagi, sore dan malam hari dalam sesi mentoring Kedua host tak lupa menyampaikan ucapan selamat atas kelulusan peserta usai mengikuti pelatihan ini.
Panitia kemudian mengundang dua perwakilan dari 15 peserta pelatihan untuk berbagi cerita selama perjalanan pendidikan tiga bulan ini. Mereka adalah Kristina (detik.com) dan Mirza (tangerangonline.id). Kristin menyampaikan, dengan mengikuti pelatihan FJP Batch IV ini dirinya banyak belajar tentang ilmu jurnalistik yang dibimbing para mentor yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi dalam dunia jurnalistik.
“Dengan mengikuti program ini, saya lebih paham bagaimana menulis berita mengenai tulisan-tulisan indepth. Disinilah saya paham bagaimana mendudukan persoalan dengan merangkai tulisan dari narasumber yang kapabel dibidangnya. Pada awalnya, saya terbiasa menulis hardnews dan sempat bingung bagaimana menggabungkan banyak narasumber dalam penulisan berita,” ujar Kristin yang mengaku belum lama menggeluti dunia jurnalistik.
Berkat sesi mentoring, akhirnya ia mulai memahami apa itu feature dan indepth reporting secara mendalam. Selain itu, ia juga mulai mengerti nilai-nilai dari pendidikan dari pendiri Paragon, Nurhayati Subakat bersama putranya Salman Subakat, dimana selalu bersikap rendah hati kepada siapapun, meski posisi mereka sedang berada di puncak tertinggi.
“Itu yang akan saya ikuti dimanapun saya bekerja, di perusahaan media besar atau kecil, untuk selalu tetap rendah hati,” tutur Kristin.
Ia berharap, FJP GWPP ini tak berhenti sampai disini dan tentunya kedepan bisa lebih menjangkau lagi teman-teman media diberbagai daerah dari berbagai media dan melahirkan gerakan-gerakan kecil pendidikan di daerah masing-masing.
“Terakhir saya mengucapkan terimakasih kepada GWPP yang telah memberikan ilmu jurtnalistik lebih mendalam dan belajar menjadi wartawan yang profesional dan beretika serta wartawan pendidikan yang militan. Tak lupa terimakasih kepada Paragon yang telah mendukung kegiatan ini,” ucapnya.
Giliran Mirza dari tangerangonloine.id, menyampaikan kesan dan pesannya. Baginya, selama tiga bulan mengikuti pendiidikan di FJP Batch IV GWPP telah mengangkat kualitas dari peserta sebagai jurnalis.
“Mungkin kemarin kita menulis feature masih mentah, setelah mengikuti pendidikan ini menjadi matang, dan lebih bagus lagi dalam bertutur,” ucap Mirza.
Ia mengaku, dalam pelatihan ini, tak hanya pendidikan yang didapat, namun juga belajar tantang cara bersilaturahim yang diajarkan pakar komunikasi Aqua Dwipayana, berlatih bagaimana menjadi seorang enterpreneur dari Toronata Tambun dan belajar juga tentang ilmu coaching dari Paragon serta isu-isu pendidikan dari narasumber Kemendikbudristek dan pelaku pendidikan lainnya.
Kisah sukses dari Nurhayati Subakat yang membangun Paragon dari dua orang karyawan, meningkat menjadi 25 orang lalu kini mencapai puluhan ribu orang, telah menginspirasi para peserta pelatihan untuk pantang menyerah dalam menghadapi setiap persoalan, terutama sikap kesederhaan dan membahagiakan orang lain, patut pula menjadi contoh bagi generasi muda.
Mirza berharap, agar pelatihan ini terus dilanjutkan dan dikembangkan lebih luas lagi dengan berkolaborasi dengan institusi-intitusi pendidikan, para kepala daerah, kepala dinas pendidikan, kepala sekolah yang concern dengan dunia-dunia pendidikan.
“Terakhir saya mengucapkan terimakasih kepada PT Paragon Technology Innovation, GWPP, yang telah memfasilitasi pelatihan ini. Tak lupa, kami juga mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Mentor kami, Pak Nasir dan para mentor lain seperti Pak Frans, Pak Haryo, Pak Nur dan Pak Tije semoga lekas pulih kesehatannya.Tak lupa, terimakasih pula pada para narasumber atas ilmu-ilmu yang diberikan selama kami mengikuti pelatihan,” tuturnya.
Pesan Dari Mentor FJP GWPP
Tak hanya peserta, mentor FJP GWPP, Mohammad nasir, menyampaikan wejangannya pada alumni FJP Batch IV. Semua alat jurnalisme dan teori-teori serta “conten of knowledge” sudah diberikan oleh narasumber yang berkompeten. Kini gilirannya para peserta almuni FJP untuk mempraktekkan dan meningkatkan produktiivitasnya dalam penulisan berita pendidikan. Manfaat dari meningkatkan produktivitas itu, tentu untuk kemajuan jurnalis dan perusahaan pers masing-masing.
“Untuk pribadi wartawan, meningkatkan produktivitas itu, juga untuk meningkatkan kompetensi masing-masing, serta sebagai pribadi yang bisa bersaing, baik di lingkungan kerja maupun secara nasional sebagai wartawan,” ujar Sekjen Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat ini.
“Produktivitas dan kualitas itu sebagai harga diri. Tanpa produk yang bagus, kita itu berjalan dikantor seperti tidak menginjak bumi, melayang, tidak mantap. Jadi produktivitas itu penting. Dengan produktivitas yang tinggi, maka peningkatan kesejahteraan wartawan dan keluarga akan berimplikasi dari kerja keras dengan mendapatkan penghasilan yang besar dari kantor,” tambah Nasir.
Mentor FJP lainnya, Frans Surdiasis, menyampaikan, tiga bulan menjalani pendidikan tentu sebagai proses belajar, dimana setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda-beda dan dengan aktifitas ketertarikan yang berbeda pula.
“Dari seluruh variasi itu, saya memperhatikan ada banyak peningkatan, dimana banyak hal-hal baru yang didapatkan, baik peningkatan motivasi dan pengetahuan. Dengan begitu, kita cukup yakin melepaskan kawan-kawan ini untuk kembali ke rutinitasnya sebagai jurnalis, tentu dengan semangat yang baru, kemampuan yang baru dengan tekad yang kuat untuk memajukan dunia pendidikan,” urai Frans.
“Belajar tidak mengenal kata akhir, kita belajar itu bukan untuk sekolah. Tapi kita belajar itu untuk hidup dan tentu memiliki kerendahan hati, tanpa kerendahan hati, kita tidak bisa merangkul narasumber dari atas sampai paling bawah, karena itu jangan pernah berhenti untuk belajar,” tambah Dosen Universitas Atmajaya Jakarta ini.
Pesan juga datang dari mentor yang lain, Haryo Prasetyo. Ia menyampaikan, bahwa tujuan tetap satu yaitu mangarusuatamakan isu-isu pendididkam. Selama tiga bulan peserta menjalani pelatihan, tentu banyak belajar dari kesalahan diri sendiri dan tentu harus dapat meningkatkannya menjadi lebih baik lagi.
“Kita berharap selama tiga bulan kita membentuk skill dan habit (kebiasaan), ini diteruskan oleh kita semua. Sehingga kedepan teman-teman tidak hanya lebih baik di kantor, tapi juga akan lebih baik lagi di masyarakat,” ucap Sarjana Psikologi ini.
Tak hanya mentor, narasumber juga memberikan pesan untuk alumni FJP. Pesan datang dari Ketua BAN-SM, Toni Toharudin. Beberapa tulisan yang diberikan para peserta, kata Toni, tentu sebagai modal awal dalam membantu pemerintah dalam proses menaikkan kualitas pendidikan di Indonesia. Para peserta sangat berperan dalam memajukan kualitas pendidikan, terutama kesenjangan pendidikan di daerah yang masih terus harus disuarakan oleh para wartawan.
“Banyak sekali program pemerintah yang membutuhkan bantuan dari para jurnalis untuk membantu menyuarakan program-program baru. Peran jurnalis sangat penting untuk kemajuan pendidikan. Para pengambil kebijakan harus segera bersinergi dengan jurnalis untuk kemajuan pendidikan di Indonesia,” ucap Toni,
Narasumber lainnya, pakar komunikasi, Aqua Dwipayana, yang sedang berada di Makassar, turut memberikan pesan. Ia berharap agar jurnalis dapat mengejar dan mencapai keberhasilan, dengan bersikap rendah hati, tetap selalu menjaga dan mengembangkan silaturahim dengan siapapun.
“Dengan silaturahim, kita bisa dengan mudah menembus narasumber-narasumber yang akan kita temui. Selama tiga bulan, kawan-kawan di Batch IV sudah dilengkapi dengan peralatan tempur untuk membuat karya jurnalistik pendidikan yang bagus dan untuk itu lebih produktif lagi,” jelas Aqua.
“Mentor adalah guru kita dan sampai kapanpun harus tetap kita hormati. Teman-teman kini memiliki alamamter GWPP yang harus dijaga nama baiknya. Selamat buat teman-teman semua,” kata Aqua Dwipayana.
Acara pelepasan peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch IV ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Jejep Falahul Alam dari Harian Kabar Cirebon. (MRZ)
