Home Berita Cerita Program Beasiswa Paragon Untuk Dosen Bisa Menginspirasi Perkuliahan Mahasiswa

Cerita Program Beasiswa Paragon Untuk Dosen Bisa Menginspirasi Perkuliahan Mahasiswa

0

Kau bisa, patahkan kakiku. Tapi tidak, mimpi-mimpiku. Kau bisa, lumpuhkan tanganku. Tapi tidak, mimpi-mimpiku. Kau bisa, merebut senyumku. Tapi sungguh tak akan lama, Kau bisa merobek hatiku. Tapi aku tahu obatnya. Manusia-manusia kuat, itu kita. Jiwa-jiwa yang kuat, itu kita. Manusia-manusia kuat, itu kita. Jiwa-jiwa yang kuat, itu kita.

 

Kau bisa hitamkan putihku. Kau takkan gelapkan apapun. Kau bisa runtuhkan jalanku.”Kan ku temukan jalan yang lain. Bila bukan kehendak-Nya, Tidak satu pun culasmu akan bawa bahagia. Begitulah penggalan tayangan lagu dari penyanyi Tulus yang dinyanyikan Dwi Suci Candaraningsih, Corporate Communication Senior Eecutive PT Paragon Technology and Inovation  bersama para mahasiswa penerima beasiswa binaan Paragon mengawali zoom meeting kala itu..

 

Tak cukup sampai disitu, di layar, ditampilkan pula apa yang sudah dilakukan PT Paragon Technology and Inovation (PTI) dalam program beasiswa dan dosen inspiratif. Tampak para Dosen dan mahasiswa penerima beasiswa bersemangat mengikuti berbagai kegiatan, sorak sorai gembira dan canda tawa menambah keseruan mereka dalam pembelajaran, terutama saat pelatihan dan out bond.

 

Dua tayangan usai dinikmati para peserta, Direktur Pelaksana Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Nurcholis MA Basyari, yang sebelumnya ikut menggoyangkan tubuhnya saat lagu “Manusia Kuat” ditampilkan, memberikan “applouse” (tepuk tangan) diikuti peserta webinar saat itu.

 

Tak lama, Nurcholis lalu melanjutkan dengan memimpin doa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, sebelum acara zoom meeting dimulai.

 

Tak semua peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV GWPP, “stenby” di depan kamera, ada yang “on cam”, ada yang “off cam”, ada yang sedang dalam kendaraan,  dan bahkan ada yang sedang berada di pinggir jalan ditengah lalu lalang kendaraan yang melintas. Mereka tetap semangat mengikuti kegiatan pelatihan yang tak semua jurnalis dapat mengikutinya, karena keterbatasan jumlah peserta.

 

Mengenakan baju batik berkelir coklat dan berkacamata, Nurcholis yang memiliki kumis dan jenggot lebat itu, mengambil posisi sebagai host. Ia menyapa para narasumber, para mentor dan peserta dalam sesi “Program Beasiswa dan Dosen Inspiratif: Kiprah Paragon Menumbuhkembangkan  Agen Perubahan Dalam Upaya Menerdaskan Anak-Anak Bangsa”.

 

Tak lupa, Nurcholis, mengajak para peserta, memanjatkan doa untuk mentor FJP Batch IV GWPP, Tri Juli Sukarya (Teje) yang kala itu sedang sakit dan dalam perawatan di sebuah Rumah Sakit di Jakarta, agar kesehatannya segera dipulihkan oleh yang maha kuasa.

 

Ia juga mengingatkan para peserta bahwa acara zoom akan dibatasi waktunya, dari pukul 15.45 WIB  hingga pukul 17.30 WIB, mengingat para peserta yang berada di Indonsia bagian tengah sesaat lagi akan memasuki waktu maghrib dan menjalankan ibadahnya. Para narasumber juga dibatasi waktunya hanya 10 menit untuk menyampaikan paparannya, agar sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan para peserta.

 

Uraian tentang beasiswa dari Paragon diawali dari penyampaian dari Paragon CSR Consultant/Inisiator Program Inspiring Lecturer Paragon (ILP), Rico Juni Artanto. Ia menerangkan awal mula ILP di gaungkan, yakni berawal dari pemerintah yang mencanangkan program kampus merdeka belajar di akhir tahun 2020, dimana memberikan akses kepada perusahaan maupun perguruan tinggi untuk saling berkolaborasi.

 

“Jadi perusahaan bisa masuk ke perguruan tinggi dan perguruan tinggi bisa masuk ke perusahaan, untuk meningkatkan skill-skill mahasiswa maupun dosen, sekaligus perusahaan juga mendapatkan banyak manfaat dari perguruan tinggi,” beber Rico, di depan peserta FJP Batch IV, GWPP, (27/5/22) di Jakarta.

 

Pada 2021, sambung Rico, muncul ide untuk membuat terobosan dengan memperkenalkan metode “coaching”. Singkat cerita, pada awal Februari hingga Mei 2021 terselenggara 15 kali pelaksanaan pelatihan “coaching” dengan melibatkan 2.800 Dosen sebagai peserta. Lalu, dari hasil pelatihan tersebut, diambil sampling 700 Dosen yang menerapkan metode itu kepada mahasiswanya dan hasilnya memuaskan dan memang metode itu dibutuhkan di perguruan tinggi serta memberikan manfaat bagi para Dosen.

 

Apa itu coaching? Coaching merupakan seni memberdayakan seseorang sehingga orang tersebut dapat mengalami proses pembelajaran, pertumbuhan pribadi, dan perbaikan kinerja.

 

Paragon CSR Senior Officer/Project Manager Inspiring Lecturer Paragon, Nelsa Dwi Wahyuni, lalu melanjutkan apa yang disampaikan Rico tersebut. Inspiring Lecturer Paragon  atau dosen inspiratif Paragon, merupakan program peningkatan kapasitas bagi para dosen perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi agen perubahan (change agent) dalam mewujudkan semangat “Merdeka Belajar”. Program ini akan dilaksanakan secara daring selama tiga bulan.

 

Sedikitnya ada 300 dosen terpilih dari perguruan tinggi negeri dan swasta. Keuntungan yang didapat dosen yakni mendapatkan pelatihan 10 sesi (1 sesi 120 menit), sertifikat bagi peserta yang berhasil mengikuti pembelajaran sampai akhir, sesi coaching bersama coach professional dan jejaring dosen dari seluruh Indonesia.

 

Proses pendaftaran dilakukan dosen yang akan mengikuti program ILP, dengan cara mengisi link pendaftaran untuk seleksi administrasi, proses penilaian oleh tim recruiter, pengumuman 300 dosen yang terpilih dan peserta yang terpilih menyepakati dan menandatangani kontrak. Sepuluh peserta terbaik akan mengikuti program mini MBA yakni social innovation.

 

“Kita membuat program itu lebih komplit lagi. Jadi, tidak hanya coaching, tapi memberikan support kepada dosen sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh dosen saat itu. Meski saat itu masih pandemi Covid-19, namun harus tetap melakukan apa yang harus dilakukan secara optimal,” kata Nelsa.

 

Karena itulah, Nelsa menyebut, ILP ini diciptakan untuk mendukung para dosen untuk meningkatkan kapasitas agar dosen-dosen itu dapat menjadi agen perubahan atau penggerak didalam ekosistem pendidikan dalam universitas dan menjalankan program merdeka belajar dalam kampus merdeka.

 

“Jadi dosen tidak hanya memberikan ceramah (materi akademik) saja dikelas, seperti yang kita dapatkan dulu dibangku kuliah, tapi ada kebaruan, baik itu metode coaching maupun fasiltas lain terhadap mahasiswanya,” jelas Nelsa.

 

Dalam sesi coaching and counseling, dalam pelatihan ILP itu,  diantaranya diajarkan kepada dosen dalam mendampingi mahasiswa dengan metode dan treatment terbaik.

 

Mahasiwa “Off Cam” Jadi “On Cam” Berkat “Coaching”

 

Untuk lebih memperjelas lagi soal ILP ini, Dosen Universitas Sumatera Utara (USU), Henny Sri Wahyuni, yang sudah mengikuti ILP, membeberkan pengalamannya saat menjalani pelatihan dan mengajar mahasiswa di kelas. Ia merasa bahwa ILP ini merupakan wadah yang baik untuk para dosen, karena selama ini dalam mengajar mahasiswa hanya peningkatan kompetensi dan ilmu-ilmu akademik yang dikembangkan dalam universitas.

 

“Awalnya saya berpikir, tidak ada hubungannya antara coach dengan mengajar. Ternyata dengan mengikuti program ILP, hal itu justru yang harus kita lakukan kepada mahasiswa,” terang Henny.

 

Dalam pelatihan, ia diajarkan tentang bagaimana agar dosen dapat menjadi seorang coach, fasilitator, sehingga para mahasiswa dapat menjadi lebih baik lagi dalam pengembangan pemikirannya kedepan.

 

Sebagai dosen,  saat pandemi Covid-19, ia sempat mempertanyakan mahasiswanya yang “off cam” (tidak buka kamera) saat memberikan mata kuliah melalui zoom dan mahasiswa merasa kurang antusias dalam perkuliahan yang diampunya.. Dengan, ILP ini, ia merasa ada petunjuk cahaya terang bagi dosen, untuk memberi daya tarik kepada mahasiswa saat perkuliahan, tanpa perlu meminta mahasiswa mengaktifkan kamera.

 

“Itu dampak yang saya rasakan, dan sekarang mahasiswa itu tidak (lagi) menutup kamera, dalam pembelajaran secara online, malah mahasiswa menjadi lebih komunikatif, lebih pede (percaya diri) dalam menyampaikan argumen, karena saya sudah menerapkan hal-hal yang sudah saya pelajari dari ILP,” urai sarjana apoteker dan sarjana farmasi ini.

 

Bagi Henny, bila nilai kuliah mahasiswa rendah, bukan karena semata-mata berasal dari mahasiswanya, namun karena dosen dalam menyampaikan materi mata kuliah yang tidak tepat.

 

Paragon Scholarship Program Khusus 15 Kampus

 

Berbicara soal beasiswa dari Paragon, Project Manager Paragon Scholarship Program, Zanjabila Aulia, menyampaikan, bahwa pendidikan merupakan salah satu dari empat pilar CSR Paragon. CSR adalah singkatan dari Corporate Social Responsibility yang berarti aktivitas bisnis di mana perusahaan bertanggung jawab secara sosial.

 

Paragon Scholarship merupakan program beasiswa dari Paragon sebagai salah satu bentuk implementasi misi ke-6 Paragon, yaitu “Mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa”. Melalui program ini, Paragon memberikan dukungan kepada mahasiswa di 15 kampus terpilih dengan memberikan bantuan dana pendidikan serta memberikan pelatihan-pelatihan dasar kepemimpinan, kontribusi sosial, serta dorongan untuk berinovasi untuk negeri melalui program yang diberikan.

 

Hanya ada 15 kampus yang bekerjasama dengan Paragon Scholarship yakni UGM, ITB, UI, IPB, UNPAD, UNDIP, UB, ITS, Telkom University, Polban, USU, UNTIRTA, UNAIR, UNS dan UNAND. Pada tahun 2022 ini Paragon membuka beasiswa reguler dan inovasi. Dalam beasiswa reguler ditujukan untuk mendukung mahasiswa berprestasi dalam menjalankan pendidikan tinggi, serta dengan memberikan pendampingan. Program ini khusus untuk mahasiswa semester tiga saja.

 

Selain itu, ada beasiswa inovasi yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester akhir atau semester tujuh. Para penerima beasiswa akan menerima bantuan dana dari Paragon sebesar Rp 6 juta per semester untuk beasiswa reguler dan Rp 5 juta per semester untuk beasiswa inovasi. Para penerima beasiswa terlebih dahulu mendaftar di akun bit.ly/paragonscholarship agar bisa terpilih.

 

Untuk beasiswa reguler ditujukan untuk seluruh mahasiswa yang memenuhi syarat dan semua bisa mendaftar. Untuk mendapatkan beasiswa ini, tidak diperlukan surat pendukung finansial, namun hanya cukup melampirkan surat keterangan dari fakultas  dan tidak sedang menerima beasiswa dari tempat lain. Beasiswa diberikan hingga mereka lulus kuliah.

 

Untuk pendaftar beasiswa Inovasi (tugas akhir), wajib melampirkan rencana skripsi atau tugas akhir dengan format proposal bebas yang mencakup judul, tujuan, dan ringkasan penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan perusahaan Paragon.

 

“Pendaftar diperbolehkan dari jurusan dan fakultas apa saja dari universitas yang bermitra dengan Paragon. Pendaftaran akan ditutup pada Juni 2022. Dalam beasiswa ini, Paragon ingin membersamai mahasiswa mulai dari semester dua hingga lulus mencapai jenjang karir,” tandas Zanjab.

 

Peserta Paragon Scholarship 2021, yang merupakan mahasiswi tingkat akhir jurusan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Netasari Khadijah, menceritakan pengalamannya. Ia baru mengetahui ada beasiswa dari Paragon, saat perusahaan kosmetik itu menggelar sebuah acara dikampusnya dan ia menyadari bahwa kosmetik yang selama ini ia pakai ternyata berasal dari perusahaan itu.

 

“Dari situ saya mencari informasi mengenai program-program Paragon. Setelah mengetahui bahwa di Paragon ada scholarship, maka saya lebih percaya diri untuk mendaftar (program beasiswa),” kenang Neta.

 

Neta melihat keuntungan-keuntungan yang didapat penerima beasiswa saat memandangi poster-poster yang terpampang di kampusnya saat itu. Apalagi ada kesempatan untuk berkarir di Paragon, membuat dirinya tambah bersemangat mengikuti program scholarship.

 

“Dalam mengikuti program scholarship ini, yang saya rasakan mungkin keseruannya. Saat awal mengikuti, diberikan “welcome gift” berupa hadiah produk kosmetik dan diajarkan secara tutorial cara menggunakan produk kosmetik dari Paragon,” kata Neta yang megenakan masker putih saat zoom.

 

Selain itu, diajarkan juga metode coaching, leadership dan pelatihan pasca kampus dalam dunia kerja. Neta sangat menginginkan sekali, setelah lulus kuliah bisa bergabung di Paragon. Manfaat beasiswa ini dari sisi akademik adalah ia terpacu untuk segera menyelesaikan skripsinya lebih cepat dengan semangat yang tinggi. Sebab, biasanya para mahasiswa agak sedikit terkendala dalam menyelesaikan tugas akhir, karena berbagai persoalan penelitian.

 

“Dari sisi akademiknya, karena saya mendapatkan beasiswa tugas akhir (inovasi) di lakukan pengecekan juga progres (kemajuan) dari tugas akhir itu dan hasilnya dilaporkan ke Paragon dan itu yang membuat kita terpacu  untuk segera menyelesaikan tugas akhir (skripsi) kita, jadi ada time line nya,” tutup Neta.(MRZ)