Turnamen Layangan Aduan yang digelar Joksyn di tiga kota telah rampung. Kompetisi dalam rangka memeriahkan HUT Bhayangkara Ke-76 itu serentak diadakan di Jakarta, Malang dan Madiun Jawa Timur.
Turnamen Layangan bertajuk ‘Uji Nyali Joksyn’ diikuti 512 pemain layangan (pelayang) meliputi 64 di Jakarta, 64 Madiun dan 384 di Malang.
Owner Joksyn Moch Sjah Nur Hidajat mengatakan bahwa selain memeriahkan HUT Bhayangkara ke-76, tujuan digelarnya turnamen layangan aduan ini untuk menjalin silaturahmi antar pelayang Indonesia.
“Hingga saat ini, pelayang Indonesia belum memiliki wadah resmi yang diakui pemerintah. Lewat turnamen ini kami jalin silaturahmi antar pelayang sebagai wadah awal,” kata Sjah Nur di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Selain itu, Joksyn ingin menjadi bagian dalam pelestarian permainan layang-layang yang notabene adalah permainan tradisional asli Indonesia.
“Jangan sampai permainan tradisional Indonesia justru menjadi besar di negara lain,” ujarnya.
Tak kalah penting, kata Sjah Nur, melalui turnamen layangan aduan pihaknya ingin menjaring bibit atlet layangan yang berprestasi dan memiliki dedikasi yang tinggi.
“Perlu diketahui, sudah banyak pelayang kita yang telah membawa nama harum Indonesia di turnamen layangan aduan dunia. Semangat dan prestasinya harus kita warisi,” tuturnya.
Adapun turnamen layangan Joksyn ini sepenuhnya mendapatkan dukungan dari PT Agung Intiland, Yayasan Panggung Rawa Bambon, Laskar Ngawi dan Paranormal Mbah Mijan.
Menurut Mbah Mijan, permainan layangan di Indonesia sudah ada sejak dahulu kala.
“Dulu permainan layangan sangat sederhana, terbuat dari daun. Sudah ada sejak lama,” ucapnya.
Paranormal yang membuka praktik di Apartemen Modern Land Cikokol Tangerang ini mengaku bangga jika permainan layangan dewasa ini sudah berkembang menjadi ajang kompetisi olahraga.
“Makanya, saya selalu support jika ada turnamen layangan,” kata Mbah Mijan.
Terlebih lagi lanjut Mbah Mijan, layangan bukan lagi monopoli permainan anak-anak di desa, namun juga di perkotaan. Saat ini, layangan sudah digemari berbagai lapisan masyarakat, tanpa pandang usia
“Ke depan, bisa saja permainan layangan ini justru menjadi gaya hidup. Terutama bagi mereka yang tidak saja ingin mengenang nostalgia masa kecil, namun lebih kepada olahraga yang menyehatkan,” tandasnya. (Rmt)