Connect with us

Dongeng Boneka Tali, Mendidik Anak Berani Hadapi Problema Hidup

Berita

Dongeng Boneka Tali, Mendidik Anak Berani Hadapi Problema Hidup

Boneka yang digerakkan dengan menggunakan benang atau tali dari atas (marionette). Biasanya dioperasikan oleh seorang  yang tampil di depan penonton ataupun sengaja tidak terlihat di kalangan penonton, memakai semacam panel bar, baik yang berbentuk horizontal maupun vertikal di berbagai macam tempat pertunjukan.

Bagi Founder Nano Nani Show, Aris Ananda, boneka adalah media untuk memperkuat penanaman “life skill” atau kecakapan hidup. Banyak anak-anak yang tak bisa hidup secara mandiri dan ada pula yang tak bisa mengatasi berbagai persoalan hidup dengan baik.

“Kita merasa, sekolah tidak cukup memberi pembekalan life skill, maka kami yang bergerak di dunia kreatif, bisa sedikit menyumbangkan penanaman life skill kepada anak-anak sekolah,” beber Aris Ananda, dalam sesi daring Fellowship Jurnalis Pendidikan (FJP) Batch IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Rabu (6/4/22) di Jakarta.

Menurut Aris Ananda, kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang (siswa) untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Kecakapan hidup itu mencakup tiga hal. Pertama, kecakapan personal, yaitu kesadaran eksistensi dan kesadaran potensi diri. Sehingga anak-anak di sekolah memahami tentang siapa dirinya dan ia memahami berada dalam lingkungan apa dan siapa keluarganya.

Anak-anak juga sekaligus juga memahami potensi dirinya untuk melakukan sesuatu secara baik dan dapat membantu orang lain.
Kedua, kecakapan rasional, yakni kecakapan menggali, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

Jadi, Aris melanjutkan, bagaimanapun, anak-anak, meski perkembangan otaknya belum maksimal, dia sebenaranya mempunyai kecakapan dan itu harus dilatih, seperti memilih makanan atau menentukan jalan pulang. Ketiga, kecakapan sosial, yakni kecakapan berkomunikasi lisan maupun tertulis, kecakapan berteman dan bekerjasama yang memiliki empati.

Media pembelajaran apa yang sesuai dengan life skill? Secara luas dapat diartikan bahwa setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang memantapkan kondisi, memungkinkan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan sikap.

“Jadi apapun bisa menjadi media pendidikan dan memahami sesuatu termasuk dalam kecakapan hidup ini,” beber penulis skenario “Oh Mama Oh Papa” ini.

Secara jenis, media pembelajaran terbagi dalam berbagai hal yakni bahan publikasi, bahan bergambar, bahan pameran, bahan proyeksi, rekaman audio, siaran, audio visual dan bahan model atau benda tiruan.

“Diantara sekian banyak itu, kami memilih bahan model atau benda tiruan diantaranya adalah boneka tali,” ujar lulusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia ini.

Ada dua istilah untuk boneka yaitu doll (boneka) dan puppet (wayang). Boneka pada dasarnya adalah model bergerak dari seseorang atau binatang. Sedangkan wayang umumnya dikendalikan oleh senar atau tangan.

Kelebihan boneka pada anak-anak adalah cara berpikir anak usia dini menganggap benda apapun sebagai benda hidup. Boneka mewakili model tiga dimensi yang bisa bergerak dan bicara sehingga mampu mentransfer pengetahuan melalui sejumlah indera.

Boneka tali, lebih mempunyai kekuatan untuk mengenalkan kecakapan hidup dan memiliki basic sangat dasar serta mengajak anak-anak memahami tentang persoalan hidup serta mengenal emosi-emosi yang paling dasar yakni saat sedih, gembira, senang, kecewa, marah dan bagaimana mengatasinya.

“Hal itu menjadi sesuatu yang sangat vital, karena ada banyak kasus dimana ketika anak-anak mengalami kebingungan mengenai perasaannya sendiri, ia kemudian akhirnya menjadi seeorang yang dalam waktu yang lama dia tidak mampu untuk memahami apa yang harus dilakukan dengan emosi-emosi itu. Akibatnya, sistem pembelajaran dan sikapnya terganggu,” urainya.

“Saat dia sedih, dia tidak tahu cara mengatasinya dan ini berkelanjutan. Jadi itu pertimbangan kami memilih storytelling (menceritakan cerita) dengan menggunakan boneka tali, karena itu yang bisa menguatkan anak-anak dalam mengirimkan pesan mengenal life skill,” tambah Aris.

Boneka yang dimainkan HACI Agency dalam life skill ada Nano dan Nani (anak kembar), amomo (si usil), opah kirman (profesor yang sederhana), dan paman Bonbon (baik hati dan lucu). Contoh adegan boneka tali yakni ketika Nani sedang latihan menari, tapi selalu merasa ada yang salah dengan gerakan tariannya.

Paman Bonbon lalu menyemangati, bahwa Nani perlu menikmati tariannya, tanpa harus mengkhawatirkan salah atau benar. Akhirnya nani bisa menari dengan senang.

Target kecakapan hidup adalah kecakapan hidup personal, anak belajar untuk percaya diri terhadap potensi diri dalam pengenalan rasa atau emosi. Diajarkan kemampuan mengikat tali dengan benar untuk keperluan pembuatan boneka tali.

Anak-anak berlatih mengikat dengan tiga jenis ukuran tali yaitu besar, sedang dan kecil. Dikenalkan juga kecakapan hidup mengenai rasa marah, dimana mengajak siswa untuk bermain peran, siswa diminta membayangkan perasaan yang muncul jika hasil pekerjaan mengikat tali tadi tidak kunjung berhasil.

“Selain itu, mengenal kecakapan interpersonal dengan cara mendengarkan. Anak-anak mendengarkan dongeng dari instruktur yang menggunakan boneka tali dan mengenal beberapa jenis cerita. Kemudian, guru memberi pertanyaan terkait dengan cerita yang disampaikan,” urai Aris

Boneka Tali Belum Dikenal Luas di Indonesia

Tahun 1995, merupakan awal bagi Ryan Shahrezade, dalam memainkan boneka tali di Dunia Fantasi (Dufan) Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Di tempat itu, disiapkan boneka tali yang berasal dari negeri Eropa, produk boneka tali paling bagus saat itu memang berasal dari negara ini.

“Jadi, kita memainkan boneka tali itu dan karena bonekanya dipakai terus, akhirnya rusak. Mulai dari situlah saya memproduksi sendiri dengan cara meniru langsung boneka tali itu, dengan cara ATM (amati, tiru dan modifikasi). Kalau dulu susah ya, kita mencari referensi, kalau sekarang ‘kan gampang, tinggal buka google, youtube dan segala macam,” ungkap Ryan.

Ia memainkan boneka tali sejak 1995 sampai dengan 1999 melalui komunitas dongeng Kak Agus DS. Pada tahun 2000, ia kemudian berkonsetrasi ke storytelling (dongeng) hingga akhirnya keluar dari komunitas itu. Pada tahun 2012, ia kembali membuat boneka tali dan tahun 2017 bertemu dengan Aris Ananda yang kemudian membangun Nano Nani Show di dalam HACI Agency.

Kelebihan dari boneka tali ini, seluruh tubuh boneka bisa digerakkan sesuai dengan keinginan kita. Boneka tali yang Ryan mainkan menggunakan 12 tali, namun bila ingin membuat gerakan tambahan atau boneka membawa gerobak, maka diperlukan tali yang lebih, agar mata boneka bisa bergerak, berkedip ke kiri dan kanan, jari yang bergerak, bertepuk tangan  dan kaki yang dapat bergerak.

Permainan boneka tali di Indonesia belum banyak dikenal masyarakat. Biasanya mereka hanya bisa menyaksikan permainan ini melalui kanal youtube atau dari video-video yang dibagikan.

“Pangsa pasarnya memang yang bisa masuk dikelas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanak-Kanak (TK). Tapi tidak menutup kemungkinan ada kelas-kelas lain. Gerakan boneka tali di Indonesia masih belum dikenal, meski sudah disosialisasikan pada siswa SMP dan SMA,.” ujar Ryan yang memiliki kemampuan bernyanyi, bermain musik dan merubah suara ini.

Selama memainkan boneka tali, mereka belum banyak terlibat menghibur anak-anak korban bencana dalam proses penyembuhan setelah trauma (trauma healing). Keinginan besar itu ada dibenaknya, namun kendala operasional transportasi membawa boneka yang besar menjadi penghalang.

Aris dan Ryan pernah melakukan permainan di kaki Gunung Semeru, usai gunung ini mengamuk dan mengeluarkan abu panas. Boneka tali yang dibawa adalah boneka-boneka kecil, agar bisa dimainkan anak-anak dengan jumlah tali yang sedikit yang memang sengaja dirancang agar anak-anak bisa melepas dan memasang talinya sendiri.

“Terakhir kita pakai boneka tali yang kecil itu, waktu Gunung Semeru melatus. Anak-anak antusias sekali. Kami mengajarkan tentang bagaimana cara mengatasi keadaan saat situasi dalam keadaan bahaya. Kita berikan edukasi, agar tidak panik secara berelebihan saat ada bencana. Anak-anak harus tetap tenang dan waspada. Kita mencontohkan dengan gerakan boneka tali yang berjalan tanpa kepanikan berlebihan,” kata Ryan.

Bermain boneka tali, tak semudah yang dibayangkan orang. Pernah suatu ketika, saat sedang tampil tali pengait pada boneka terlepas dan putus, meski sudah memakai jenis tali yang paling kuat, yakni jenis tali yang biasa digunakan untuk sol sepatu, yang kuat lagi lentur (tali nilon) yang ada dalam lapisan ban mobil.

“Tapi meskipin kuat, tapi kita tetap unprediksi kan. Kadang kita bermain terlalu keras, tiba-tiba copot, itu pasti ada. Tapi kalau putusnya memang sesuatu yang tidak kita sengaja, penonton memakluminya, bahkan bisa dijadikan bahan lucu-lucuan. Namun, kita berupaya agar insiden copot tali itu tidak menjadi sebuah kegagalan,” tutur Ryan.

Sehingga sebelum memulai show, terlebih dahulu dilakukan berbagai persiapan dengan pengecekan tali-tali yang ada pada boneka itu dan sudah mengantisipasi kalau terjadi kegagalan dalam permainan boneka tali.

“Pernah kejadian, tali dari salah satu tangan putus dan ‘nyangkut, sehingga tak bisa bergerak. Jadi, kita tutupi dengan adegan lain, lalu boneka dibawa masuk kedalam untuk kita perbaiki. Bahkan, pernah kita kaget juga, tiba-tiba kepala boneka putus,” ungkapnya.

Dalam permainan ini, Ryan dan Aris berbagi tugas. Ryan memainkan boneka tali sedangkan Aris menulis skenario dongeng. Boneka tali yang dimainkan bentuknya bermacam-macam. Untuk karakter Nani, misalnya, memiliki berat 20 kg dan memiliki ukuran 70 cm sebagaimana halnya anak usia satu tahun, terbuat dari bahan fiber  dan kayu plastik.

“Pemain boneka tali ini belum banyak yang profesional. Siapa yang ingin belajar bisa dengan kami. Karena bermain boneka ini butuh skill lebih dan latihan panjang,” tutup Duta Bercerita Penerbit Airlangga ini.(MRZ)

Continue Reading
You may also like...

More in Berita

Advertisement
To Top