Gencarnya program pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan, sepertinya belum terealisasi secara keseluruhan. Di antaranya Ana (70), nenek bercucu empat yang berada di Kelurahan Selembaran, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang terpaksa bertahan hidup di gubuk bambu reot dan membutuhkan perhatian pemerintah setempat.
Padahal secara letak kediamannya, rumah Ana berdekatan dengan kantor Kecamatan Kosambi dan kediaman dua Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tangerang.
Ana yang kesehariannya bekerja serabutan menjadi tukang ikat sedotan dengan penghasilan Rp 8 ribu per hari dan tukang cuci panggilan terbilang belum dapat menutupi kebutuhan keluarganya.
Dengan penghasilan itu, tentunya Ana tidak mungkin mampu memperbaiki tempat tinggalnya yang hingga saat ini beratap langit-langit dan bercahaya lilin saat malam hari. Malahan, bila musim penghujan keempat anaknya tidak bisa tidur, karena di dalam rumah sudah penuh dengan lumpur dan genangan air.
“Saya sama anak membersihkan air yang masuk ke dalam rumah dan mengeluarkan sisa-sisa lumpur dan menunggu sampai hujan redah, baru kami bisa tidur,” keluh nenek Ana saat ditemui awak media.
Pernah seketika saat dirinya memasak, tiba-tiba atap rumahnya roboh dan beruntung tidak menyebabkan luka kepada keluarganya. “Ya, namanya pakai barang bekas (penutup atap) jadi sama aja kagak kuat jadi tetap masih miring aja,” katanya.
Ana pun berharap dengan kondisinya yang saat ini, pemerintah dapat membantunya untuk memperbaiki kediamannya menjadi lebih layak untuk ditinggali keluarganya.
“Saya sangat teramat sangat berharap bantuan atau uluran tangan dari pemerintah agar bisa berikan bantuan bedah rumah saya,” harapnya.
Diketahui, hingga saat ini Ana hanya mendapat bantuan dari uluran tangan tetangganya berupa sembako. (sam)