Home Berita Berawal Kehilangan HP, Profesor ini Akui Profesionalitas Pelayanan Bandara Soetta

Berawal Kehilangan HP, Profesor ini Akui Profesionalitas Pelayanan Bandara Soetta

0

Profesor DR Muhammad Said Didu kehilangan telepon genggam atau HP miliknya. Ia sempat kehilangan harapan, lantaran HPnya tertinggal di salah satu ATM di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang.

Namun, pria yang kini mengabdi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini pun mencoba mencari HP miliknya.

Setelah mencari ke tempat ATM Galery yang dimaskud, ia tidak menemukan HP miliknya. Kemudian ia menyampaikan yang dialaminya kepada petugas securiti yang tengah bertugas saat itu.

Dari sini pencarian HP dilakukan dengan melibatkan petugas Bandara Soetta. Dalam waktu yang cukup singkat, HP milik Said Didu kembali ke dalam genggamannya.

Berikut kisah lengkap yang dikutip oleh tangerangonline.id dari akun Facebook milik Muhammad Said Didu ;

“Profesionalisme pelayanan Angkasa Pura II di Bandara Soekarno Hatta mengagumkan bagi saya”.

“Dari kasus penelusuran kehilangan yang saya alami, hanya butuh waktu 7 (tujuh) menit untuk mengetahui posisi keberadaan barang hilang. Hanya butuh waktu 7 (tujuh) jam untuk mengetahui identitas dan posisi keberadaan pelaku dari sekitat 200.000 orang yg berada di Bandara serta sekitar 1.300 penerbangan per hari yang datang dan pergi ke ratusan kota tujuan,” tulisnya.

Hanya Butuh 7 Menit

Hari Jum`at tanggal 3 Agustur 2018, sesuatu kejadian yang saya alami di Bandara Soekarno Hatta yang seakan mustahil bisa diselesaikan, tapi karena professionalisme yg berbasis pada keikhlasan petugas Angkasa Pura II dan Kepolisian Bandar kejadian tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Bahkan saya sampai sekarang serasa masih terbangun dari mimpi.

Pada hari Jumat tersebut saya mengalami “musibah kecil” hehilangan hand phone yg tertinggal di atas ATM pintu keluar terminal 1 B Bandara Soekarno Hatta (Bandara Soetta) sekitar jam 11,45 setelah selesai melakukan transaksi di ATM tersebut. Saya baru teringat setelah 10 menit kemudian dan kembali mencari ke ATM tersebut, ternyata hp tersebut sudah tidak ada.

Saya menanyakan kepada satpam yang berada di sekitar area ATM tersebut, tanpa menanyakan identitas saya, dengan ramah menyapa dan melayani keluhan saya. Satpam tersebut menghubungi temannya yg lain untuk membantu membuka akses ke CCTV. Sekitar 1 (satu) menit saudara Topik (satpam yg menghubungi CCTV) datang dan meminta saya direkam di CCTV mungkin untuk bahan penyelidikan kejadian.

Sekitar 7 menit kemudian, saudara Topik menjelaskan bahwa sesuai rekaman CCTV adalah benar bahwa Bapak ketinggalan Hp di atas mesin ATM Bank Mandiri dan CCTV menunjukkan bahwa setelah saya menggunakan ATM tersebut, pengguna ATM berikutnya seorang laki-laki masih muda yg berumur sekitar 20 an tahun yang mengambil hp tersebut dan memasukkan ke tas selempang dia terus pergi ke tempat mobil. Setelah ditelusuri, orang yg mengambil hp tersebut menuju ke pos bus Damri dan kita kehilangan jejak.

Artinya hanya dalam waktu 10 menit sudah dapat kesimpulan awal untuk menentukan langkah berikutnya.

Nilai Strategis Hp tersebut.

Tidak sedikit orang melakukan bully terhadap pengumuman kehilangan hp saya di media sosial yang seakan saya lebay. Padahal yang saya umumkan agar jika ada yang menyalahgunakan data hp dan komunikasi hp tersebut sejak hilang adalah bukan saya. Hanya itu tujuan saya.

Secara ekonomi, nilai hp saya tersebut tdk terlalu besar tapi data yang ada dalam hp tersebut tidak bisa saya nilai secara ekonomi. Dalam hp tersebut terdapat banyak komunikasi yang sangat “bernilai” bahkan banyak yg bersifat rahasia.

Topik-topik diskusi dan “data” tentang hal-hal strategis seperti : alat pertahanan dan keamanan (alpalhankam), mafia migas, mafia tambang, kasus TKA Ilegal, bahkan kasus-kasus korupsi yang sedang hangat dibicarakan terekam pada diskusi dengan pihak-pihak tertentu dalam hp tersebut. Karena strategisnya data tersebut saya menggunakan segala kemampuan dan relasi saya untuk mengamankan data dan menemukan kembali hp tersebut.

Selain data nomor hp tersebut diketahui sangat banyak orang karena saya sudah miliki sejak 1994 (24 tahun lalu) sehingga rawan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Artinya ada 2 (dua) hal yang saya perlu selamatkan yaitu : (1) data dan (2) penyelamatan agar nomor hp tersebut tidak digunakan untuk tujuan yang tidak benar.

Pencarian Dimulai

Karena nilai strategis hp tersebut maka dengan sangat berat saya menghubungi Dirut dan Komut PT Angkasa Pura II Bapak Awaluddin dan Prof. Rheinal Kasali menyampaikan nilai strategis hp yang hilang tersebut serta kesimpulan sementara hasil pemantauan CCTV bahwa hp tersebut sudah diambil orang dan sudah meninggalkan Bandara.

Atas laporan tersebut Tim Angkasa Pura II berkoordinasi dengan Polres Bandara Soekarno Hatta. Tim mulai bergerak jam 11.15.

Walau sudah memiliki foto pelaku yg terekam CCTV, permasalahan yang dihadapi untuk mencari ini bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Sebagaimana diketahui bahwa Bandara adalah tempat pergerakan manusia dari dan menuju berbagai penjuru kota bahkan dunia. Data menunjukkan bhw pergerakan manusia di Bandara Soekarno Hatta 200.000 orang per hari dengan jumlah penerbangan 1.300. Artinya untuk mencari nama 1 (satu) orang harus menelusuri diantara 200.000 orang. keberadaannya memungkinkan berasal atau berada di ratusan kota yg datang dan pergi dari Bandara Soekarno Hatta.

Suatu pekerjaan yang sangat rumit. Butuh kesabaran, doa, dan “kemujuran” untuk bisa menemukan identitas dan posisi keberadaan orang tersebut.

Walaupun sudah memiliki foto orangnya tapi perlu berhati-hati untuk membuka ke publik demi menyelamatkan barang bukti dan bagi saya juga pertimbangan kemanusiaan akan nama baik.

Pelacakan Identitas Pelaku

Awalnya pihak Angkasa Pura II dan polisi Bandara memiliki alternatif yang mungkin lebih mudah mengetahui identitas pelaku dengan meminta data pribadi dari Bank Mandiri terhadap yang melakukan transaksi dan mengambil hp tersebut. Ternyata setelah melakukan penelusuran – termasuk komunikasi saya dengan Pimpinan Bank Mandiri Pusat, ternyata orang tersebut melakukan transksi tidak menggunakan kartu ATM Bank Mandiri, tetapi menggunakan kartu ATM salah satu Bank Pembangunan Daerah lewat ATM bersama Bank Mandiri. Persoalan menjadi lebih rumit karena Tim harus menghubungi BPD yg jam kantornya sudah tutup dan berada di Pulau Sumatera, sehingga harus menunggu buka kantor hari Senin tanggal 6 Agustus.

Pintu Lain Mulai Terbuka.

Tim Angkasa Pura II dan polisi mencoba menelusuri pergerakan pelaku tersebut selama di Bandara. Dari penelusuran terlihat bahwa pelaku adalah penumpang yang keluar dari terminal kedatangan 1 B. Perlu diketahui bahwa semua pergerakan orang di Bandara terekam lewat CCTV.

Persoalan belum selesai karena banyak sekali kedatangan pesawat dari berbagai daerah yang mendarat di Terminal 1 B. Kemujuran kembali datang saat pelaku terlihat di CCTV menunggu bagasi di conveyor penerbangan Lion Air dari Pekanbaru. Artinya tinggal mencari siapa nama penumpang tersebut. Selanjutnya, pihak Angkasa Pura II dan polisi berkoordinasi dengan pihak Lion Air dan pengelola Bandara Pekanbaru untuk menemukan identitas pelaku.

Pihak Lion Air memberikan data penumpang pesawat tersebut tapi belum cukup bahan untuk mengetahui data pribadi pelaku.
Lewat kerjasama dengan bandara Pekanbaru – termasuk rekaman CCTV – diketahui nama pelaku.

Hanya Butuh Waktu 7 Jam

Setelah nama pelaku diketahui, tim mengalami kesulitan karena pelaku meninggalkan Bandara tidam terekam kendaraan yang digunakan.

Tim mencoba menelusuri keberadaan pelaku dari media sosial (saya tidak menulis cara penelusuran tersebut karena takut cara tersebut dihindari oleh pihak lain lain di kemudian hari).
Dari penelusuran tersebut, jam 19.00 malam, Tim sudah mengetahui bahwa pelaku berada di wilayah pinggiran Jakarta Timur. Ini juga diketahui dari “keberadaan” hp yang digunakan saat memesan tiket. Artinya tim bisa menemukan 1 (satu) orang yang dicari identitas dan keberadaannya diantara 200.000 orang hanya butuh waktu 7 jam !!!

Menjemput Pelaku.

Atas kepastian data dan keberadaan pelaku, pihak polres Bandara berkoordinasi dengan Polres tempat pelaku berada. Pelaku dijemput sekitar jam 22.00 dan dibawa ke Polres Bandara untuk dilakukan BAP (Berita Acara Peneriksaan). Sebagai pelapor saya juga berangkat ke Polres Bandara dan pembuatan BAP, termasuk BAP saya sebagai pelapor selesai jam 02.00 pagi.

Saya bertemu pelaku di Kantor polisi, yang ternyata adalah seorang mahasiswa (saya tidak menulis lebih rinci pelakunya demi nama baik dan masa depan ybs).

Bagi saya sebagai korban, sikap saya bahwa saya memaafkan pelaku selama : (1) belum melakukan perekaman data, atau (2) tidak/belum melakukan pengambilan data, dan/atau (3l tidak menyalahgunakan hp saya. Dasi hasil pemeriksaan, hal tersebut tidak/belum dilakukan oleh pelaku. Atas pertimbangan demi nama baik dan masa depan pelaku, saya memutuskan memaafkan pelaku.

Profesional Melayani dengan Hati.

“Dari pengalaman tersebut saya menyatakan bahwa terjadi lompatan besar kultur pelayanan yang terjadi di Bandara oleh Angkasa Pura II yaitu dari kultur “penguasa” Bandara menjadi kultur pelayan pengguna bandara”.

“Ini terlihat saat saya dilayani oleh saudara Topik (satpam Bandara) yang hanya butuh waktu 7 (tujuh) menit untuk mengetahui status keberadaan hp saya yg hilang dan hanya butuh waktu 7 (tujuh) oleh Tim Angkasa Pura II untuk mengetahui identitas dan keberadaan pelaku. Serta hanya butuh waktu 10 jam sejak melapor kasus kehilangan bisa selesai,” tulisnya.

Kepada semua pihak dirinya berharap agar jangan coba-coba melakukan kegiatan terlarang di area Bandara, karena akan mudah terlacak.

Semoga pelayanan publik lain mengambil pelajaran dan bisa mencontoh pelayanan yang dilakukan oleh Angkasa Pura II di Bandara Soekarno Hatta.

“Terima kasih atas pelayanannya,” kata Muhammad Said Didu. (Rmt)