Berita
Tiga Menhan Asean Bicara Teknologi Untuk Perangi Terorisme
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, mengatakan, latihan darat antara Indonesia, Malaysia dan Fhilipina saat ini dilakukan di masing-masing negara.Soal teknologi dalam pemberantasan terorisme,kata Menhan Ryamizard, pasti dilakukan. Menurutnya yang dibutuhkan untuk memberantas terorisme adalah satelit dan drone.
“Satelit siapa aja yang di kasih. Bicara terorisme kan musuh dunia, mereka senang menwarkan perlunya apa, Inggris, Prancis, Jerman.Kalau saya telepon juga jadi, tapi tunggu, kita minta bantuan kalau penting, kalau kita mampu, enggak perlu ( minta bantuan),” jelasnya disela- sela seminar bertajuk “Ensuring Regional Stability through Cooperation on Counter Terrorism” di Hall B3 Indo Defence 2018 Expo and Forum, Kamis (8/11/18)
“Saya udah bicara di Eropa, NATO, Jerman, Singapura dan dengan 18 Menhan, mereka mendukung,” kata Menhan
Sementara itu Menteri Pertahanan Philipina, Delfin Negrillo Lorenzana, mengatakan, patroli laut yang dilakukan dalam kerangka perjanjian trilateral dilakukan untuk melawan pembajakan di laut.
Menurutnya, patroli tersebut cukup efektif, sebagaimana patroli yang dilakukan pada tahun 2017, dimana sejak patroli bersama dilakukan pembajakan atau penculikan di laut mulai berkurang. Selain itu, kata dia, Fhilipina juga aktif dalam ADMM dan KTT Asia serta latihan bersama dengan Brunei Darussalam.
Ia mengatakan, usaha untuk memerangi kejahatan trans nasional dalam memerangi terorisme di kawasan maritim penting dilakukan. Fhilipina mematuhi ketentuan UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea) atau konferensi PBB tentang hukum laut.
“Tantangan utama dalam menghadapi terorisme di Laut Sulu yang cukup sibuk, butuh kekuatan yang cukup besar,” katanya.
Ia menambahkan, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah adanya trust bulinding antara Indonesia dengan Fhilipina dapat tercipta tercipta dengan tujuan untuk sharing informasi, dimana tujuan dalam memerangi terorisme dalam kerangka “our eyes” ini merupakan tindakan yanh signifikan.
“Saya akan menciptakan framework untuk negara kita, menjaga sumber daya alam dan teroris tidak boleh menculik dikawasan tersebut.Kawasan asia harus bersih dari terorisme.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Republik Chekoslovakia, Lubomir Metnar, menyampaikan tentang pentingnya personil yang terlatih dan dapat memiliki akses teknologi modern.
Pendekatannya adalah apa yang kita perlukan kombinasi tradisional dan tekonologi modern yang baru, dengan partner untuk memberantas terorisme dengan Kementerian Pertahanan, Polisi dan pemadam kebakaran.
“Saya juga menggunakan pengalaman saya sebagai Polisi dan Menteri Pertahanan, terorisme bukan fokus saya, tapi bagi saya terorisme bagus untuk pengembangan teknologi di negara saya,” ujarnya.
“Jelas sekali perlunya mendapatkan kemampuan perkembangan teknologi dan dalam penegakan hukum,” terangnya.
Bagi Republik Cheko, katanya, hal ini merupakan penggabungan kemampuan electronik dan surveylance 400 kilometer dengan radar. Sistem perang elektronik cheko untuk teknologi bom yang dikembangkan terorisme mengembangkan teknologi pistol dan individual.
“Kita juga tidak hanya bergantung pada rules, tapi bergantung pada teknologo dan setiap negara memiliki keunikan tertentu, karena itu perlu membangun sinergitas dengan negara lain, tanpa melupakan perkembangan teknologi,” pungkasnya.
Republik Cheko, kata Menhan Cheko, memiliki banyak pengalaman soal taktik teknologi dalam mencegah terorisme di dunia intersional yang berperan memberantas terorisme seperti di Negara Mali di Afrika.
“Kita berbagi info untuk langkah-langkah tersistem. Kita sendirian atau bersama- sama (berantas terorisme),” tutupnya. (MRZ)
