Beranda Berita Menhan: Kini Kita Menghadapi Ancaman Terorisme dan Radikalisme Generasi Ketiga Pasca Al-Qaeda

Menhan: Kini Kita Menghadapi Ancaman Terorisme dan Radikalisme Generasi Ketiga Pasca Al-Qaeda

0

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, Senin (12/3/18), berkunjung ke Markas Besar TNI Angkatan Udara dan Markas Besar TNI Angkatan Laut di Cilangkap, Jakarta-Timur. Kedatangan Menhan dalam rangka silaturahmi itu disambut Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna beserta jajarannya.

Di Mabes TNI AL, Menhan dan rombongan disambut Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi beserta jajarannya

Turut mendampingi Menhan antara lain Irjen Kemhan Letjen TNI Agus Sutomo, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Hadiyan Sumintaatmadja, Dirjen Kuathan Kemhan Mayjen TNI Bambang Hartawan, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin, Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Ida Bagus Purwalaksana dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto.

Dalam kunjungannya, Menhan Ryamizard mengatakan, masih segar dalam ingatannya pernyataan dari Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri pada tahun 2004 saat berkunjung ke Papua. Waktu itu, Megawati mengatakan : “seribu kali pejabat Gubernur di Papua diganti, Papua tetap disana, seribu kali pejabat daerah dan Bupati Papua diganti Papua tetap disana, tetapi satu kali TNI ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka”.

“Ini merupakan refleksi dan pengakuan betapa pentingnya keberadaan TNI sebagai benang-benang perekat dan pemersatu bangsa,” kata Menhan dihadapan perwira TNI

Menurut Menhan Ryamizard, grand strategy negara ada dua yakni strategy kesejahteraan atau ekonomi dan strategy keamanan nasional keluar dan kedalam (Pertahanan Negara dan Kamtibmas). Konsep Strategi Pertahanan Negara, kata Menhan, ada dalam UU Hanneg Nomor 3/2002 dan UU TNI No 34/2004, dimana TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan untuk menjaga kepentingan negara yakni menjaga keamanan nasional, mewujudkan kesejahteraan rakyat, serta mewujudkan kemajuan bangsa dan ikut serta secara aktif mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Tentara Nasional Indonesia (TNI), lanjut Menhan, memiliki Tugas Pokok untuk
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dikatakan Menhan, TNI digerakkan dan dikerahkan Berdasarkan Kebijakan dan Keputusan Politik. Kebijakan dan keputusan politik negara disini dimana otoritas sipil memilki kewenangan untuk mengendalikan kekuatan militer yang pelaksanaannya didelegasikan kepada Presiden melalui Menteri Pertahanan.

Secara Politis, kata Menhan, Menteri Pertahanan selaku Pembantu Presiden dalam bidang pertahanan memiliki otoritas tertinggi didalam mendesain dan menentukan kebijakan strategi pertahanan termasuk di dalamnya melaksanakan kontrol demokratis terhadap kekuatan militer.

Menhan menyampaikan tentang ancaman belum nyata yakni ancaman perang terbuka antar negara dan ancaman nyata. Dimensi ancaman nyata bersifat lintas negara diantaranya ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian Sumber Daya Alam, wabah penyakit, perang siber dan Intellijen serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

“Saat ini kita semua di kawasan dan di berbagai belahan di dunia (across the globe) sedang menghadapi potensi ancaman yang sangat-sangat nyata yaitu bahaya ancaman terorisme dan radikalisme generasi ketiga paska Al-Qaeda dan paska DAESH yang telah dihancurkan di Timur Tengah (Irak dan Syria),” papar Menhan Ryamizard.

Secara umum, lanjut Menhan Ryamizard, dikawasan ASEAN ini kita menyaksikan dan berhadapan langsung dengan tiga generasi pergerakan jihad teroris global yang muncul.Ancaman radikal dan terorisme generasi ketiga ini memiliki sifat-sifat alamiah yaitu berbentuk desentralisasi kedalam wilayah propinsi-propinsi, berbentuk sel-sel tidur dan pola operasinya berdiri sendiri (Lone Wolf) dan radikalisasi dengan online, media sosial dan penggunaan teknologi canggih.

Selanjutnya, kata Menhan, dalam era perkembangan modernisasi dan globalisasi ini, kita juga menghadapi potensi ancaman non-fisik terhadap ideologi negara Pancasila yang pada gilirannya dapat mengancam keutuhan dan ketahanan nasional Bangsa.

“Cara menghadapinya, adalah dengan Perang Semesta dan Bela Negara yang intinya penanaman nilai-nilai Pancasila,” ucap Menhan.

Menhan melanjutkan lagi, saat ini ada empat isu faktual yang berpengaruh terhadap stabilitas di kawasan yakni isu Korea Utara, Isu Trilateral Pengamanan Udara Sulu dari potensi ancaman ISIS Asia Timur, perkembangan udara China Selatan dan perkembangan krisis Rohingya.

Menurut Menhan, ada tiga area kerja sama maritim yang menjadi sorotan dunia, yakni patroli terkoordinasi Selat Malaka, kerja sama maritim negara-negara di kawasan Teluk Thailand dan kerja sama Trilateral di Udara Sulu antara Indonesia, Malaysia dan Filipina (yang merupakan inisatif Menhan RI).

Dikatakan, inisiatif platform kerja sama baru yaitu konsep kerja sama pertukaran Intelijen kawasan dengan nama “Our Eyes” seperti konsep “Five Eyes” Amerika dan sekutunya yang melibatkan unsur kerja sama pertahanan/militer dan jaringan intelijen bersama.

Delapan Pesan Menhan Untuk TNI

Dalam kesempatan tersebut, Menhan Ryamizard Ryacudu, menyampaikan pesan kepada para perwira TNI.
Pertama, kata Menhan Ryamizard, tampillah kalian sebagai perwira TNI yang profesional pada bidangnya dan fokus pada tugas pokok yang diberikan, jangan melaksanakan tugas sesuai selera masing-masing dan semaunya sendiri, karena hal ini akan merugikan organisasi TNI itu sendiri.

Kedua, jadikan loyalitas sebagai jati diri prajurit TNI, karena disitulah roh dari kekuatan dan soliditas TNI. Ketiga, sebagai TNI yang profesional dan kepribadian maka kalian harus menjadikan hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai Panglima Tertinggi yang harus di taati dan di hormati.

Keempat, baik-baiklah terhadap rakyat, karena disinilah esensi ciri Kesejatian prajurit TNI yang tidak boleh pudar ditengah-tengah arus globalisasi, yang terus bergerak secara dinamis. Kekuatan TNI yang bersandar kepada Rakyat, merupakan bentuk kekuatan pertahanan semesta yag maha dahsyat yang tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kekuatan manapun.

Kelima, lanjut Menhan, jadilah pemimpin yang senantiasa menjadi solusi dari setiap permasalahan dan bukan sebaliknya malah menjadi masalah dan duri bagi organisasi. Pemimpin harus senantiasa mengedepankan Hati Nurani sebagai landasan tingkah laku dan perbuatannya.

Karena, kata Menhan, pemimpin yang memiliki hati nurani yang bersih tidak akan mudah menyerah dan bahkan dia adalah pribadi yang berjiwa besar, arif dan bijaksana serta senantiasa pandai merasa, bukan merasa pandai, serta bermanfaat bagi dirinya, keluarga, terutama untuk lingkungan dan bangsanya.

Keenam, jadikan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai roh dan pedoman didalam menjalan kehidupan keprajuritan. Jadikan nilai-nilai yang terkandung dalam pedoman tersebut sebagai fondasi kultur organisasi TNI yang solid dan profesional.

Ketujuh, jaga dan pelihara terus ideologi negara Pancasila sebagaimana yang diamanatkan didalam marga kedua Sapta Marga di mana kalian adalah patriot-patriot Indonesia sejati yang bertugas untuk membela dan mempertahankan ideologi negara Pancasila.

Kedelapan, sebagai Prajurit TNI AL profesional yang didadanya tertanam nilai Pancasila, Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, jangan sampai motivasi kepemimpinan kita dipengaruhi oleh motivasi kekuasaan, harta dan wanita. (MRZ)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini