Sebuah koper berisi bahan peledak ditemukan di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang pada Kamis, 26 November 2024.
Koper milik penumpang tersebut terdeteksi saat berada di konter check-in Keberangkatan Terminal 1B. Petugas keamanan Bandara Soetta langsung melaporkan temuan tersebut kepada Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad).
Dalam hitungan menit, sejumlah personel dari Pusziad yang mengenakan pakaian khusus terjun ke area check-in untuk mengamankan koper tersebut
Selain personel penjinak bahan peledak (jihandak), Pusziad juga menerjunkan Robot ROV ke lokasi untuk mengevakuasi koper berisi bahan peledak.
Namun pada saat koper tersebut berhasil dievakuasi, tiba-tiba sebuah bom kimia meledak dan mengeluarkan asap beracun di area ruang tunggu.
Sehingga membuat penumpang yang tengah menunggu penerbangan panik dan berusaha keluar dalam gedung terminal.
Di tengah kepanikan tersebut, personel TNI yang telah bersiaga mengamankan area curbside Terminal 1B menembak seorang pria (pemilik koper) yang berusaha lari ke area parkir.
Seperti itulah skenario dari latihan terpadu (partial exercise) bidang Jihandak dan Nubika antara Pusziad dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang digelar pada Kamis (26/11/2024).
Pusat Zeni TNI Angkatan Darat
Kepala Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad) Mayor Jenderal TNI Budi Hariswanto mengatakan, latihan ini dilakukan untuk melatih respon darurat terhadap ancaman bahan peledak dan Nubika di Bandara Soetta.
“Alhamdulillah, hari ini kita bisa melaksanakan latihan terpadu penanggulangan bahaya bahan peledak dan nubika (nuklir, biologi dan kimia). Kita melaksanakan latihan bersama dengan segenap unsur yang ada di Bandara Soekarno-Hatta,” kata Mayjen Budi.
“Karena tempat ini akan selalu menjadi tempat perlintasan pejabat VVIP sehingga kita harus siap untuk membangun komunikasi, koordinasi yang erat antara TNI dengan segenap unsur di Bandara ini. Sehingga penanganan kejadian sekecil apapun bisa dilakukan dengan mudah dan tepat,” jelasnya.
Latihan penanggulangan keadaan darurat keamanan Bandar Udara skala besar (full scale) dengan skenario (hijack/inflight) ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan, kekurangan dan kebutuhan, memperkenalkan modifikasi yang diperlukan dan memastikan keandalan operasional semua peralatan.
“Kalau untuk prosesnya tadi, kita skenariokan selama ini dan sudah kita lakukan, begitu ada kejadian di luar mobilisasi dari satuan itu mungkin antara 1-2 jam,” kata Budi.
“Personel yang dilibatkan 1 pleton jihandak dan 1 pleton nubika. Satu pleton kira-kira 37 orang, jadi ada 74 orang,” tambahnya.
Dalam latihan terpadu ini, TNI juga melibatkan Robot canggih yang sebagian merupakan produksi Litbang Zeni TNI AD.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa penanganan bahan peledak dan nubika ini risikonya sangat tinggi. Sehingga kita meminimalisir penggunaan tenaga manusia, makanya kita gunakan robot untuk evakuasi bahan peledak dan sebagainya untuk mengurangi bahaya dan korban sekecil mungkin,” terangnya.
General Manager Bandara Soetta
Pada kesempatan yang sama, General Manager Bandara Soekarno-Hatta Dwi Ananda Wicaksana mengatakan, dari latihan ini pihaknya mendapat ilmu dan tambahan bagaimana berkoordinasi, berkomunikasi saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di Bandar Udara.
“Prosedur airport contigency kita jalankan, kita bisa melihat bagaimana kecepatan personel berkomunikasi, kemudian juga bagaimana kita mengassist tim ini untuk dapat masuk atau penetrasi ke dalam bandara. Dan tentunya kegiatan pengamanan penumpang dan lain-lain bisa kita lihat bagaimana reaksi yang harus kita lakukan,” jelasnya. (Rmt)