Himpitan ekonomi terkadang menjadi faktor utama putus sekolah. Banyak sekali anak yatim dan duafa yang menghabiskan waktu bermainnya di jalanan. Sebagian dari mereka ada yang mengamen, mengemis, jualan asongan, dan lain sebagainya.
“Perlu ada perhatian khusus bagi kalangan anak yatim dan dhuafa. Sebab kebanyakan mereka tidak lagi memikirkan pendidikan, melainkan memikirkan bagaimana melanjutkan hidup. Bisa dibilang panti asuhan itu penyelamat bagi anak yatim dan dhuafa,” ungkap Wawan, pengasuh Panti Asuhan Al-Ikhwaniyah saat dijumpai tangerangonline.id, Jumat (18/3/2016).
Panti Asuhan Al-Ikhwaniyah merupakan salah satu panti asuhan terbesar yang ada di Tangerang Selatan (Tangsel).
“Muridnya ribuan. Pusatnya di Bintaro Pondok Aren. Di sini kan cuma salah satu cabangnya aja. Ini juga baru berjalan setahun,” ungkap Wawan di kantornya Jalan Raya Cabe, Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangsel.
Kebanyakan anak yatim dan dhuafa yang dibina oleh Al Ikhwaniyah datang dari kawasan pelosok Bogor. Kegiatannyapun diwarnai dengan pendidikan formal dan keagamaan.
“Anak-anak berangkat sekolah dari pagi sampe siang. Sesampainya di asrama, mereka istirahat dulu. Lalu mulai mengaji di sore hari. Saat malam, mareka belajar pelajaran sekolah, kadang mengerjakan PR, atau sekedar baca-baca saja,” tutupnya. (Muf)
