Bekerja di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) mungkin menjadi impian bagi banyak orang, khususnya warga yang berada di sekitar Bandara. Namun bekerja di Bandara tidak seindah yang dibayangkan kebanyakan orang. Sebut saja porter (jasa angkut barang penumpang) yang kini diubah namanya menjadi Airport Helper.
Pekerjaan yang satu ini sempat menjadi sorotan pengguna jasa bandara. Pasalnya, banyak oknum porter sering dilaporkan lantaran meminta uang jasa lebih dari tarif yang sudah ditetapkan. Bahkan, beberapa oknum porter juga kerap memeras pengguna jasanya hingga dilaporkan ke pihak berwajib dan berakhir di penjara.
Bukan tanpa alasan, mereka meminta uang jasa lebih sampai memeras pengguna jasa lantaran harus memenuhi setoran ke perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Sebelum diambilkan alih oleh PT Angkasa Pura Solusi dan dijadikan sebagai Airport Helper, porter di Bandara Soetta berasal dari 3 perusahaan penyedia tenaga jasa yakni PT Dahliatama Prima, PT KTM dan PT INA.
Ketika masih menjadi Porter, mereka diharuskan menyetor Rp. 200 – 300 ribu perhari dalam waktu 8 jam kerja. Setoran itu belum termasuk biaya-biaya lainnya yang tidak diketahui oleh pihak perusahaan.
Namun, sejak 1 September lalu Porter ditiadakan di Bandara Soetta. Sebanyak 805 orang dari 3 perusahaan berubah menjadi Airport Helper. Tidak perlu memenuhi setoran seperti sebelumnya. Bahkan, kini mereka digaji sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).
Menjadi seorang Airport Helper, mereka diharuskan melayani pengguna jasa bandara khususnya penumpang yang sudah lansia, ibu hamil, juga kaum difabel. Disamping harus cekatan membantu penumpang, mereka juga dilarang menerima tip dalam bentuk apapun.
Sukri (42), seorang Airport Helper yang sebelumnya merupakan Porter dari PT Dahliatama Prima mengatakan, menjadi seorang Airport Helper tidak seperti Porter yang waktu kerjanya fleksibel. Tapi menjadi Airport Helper lebih baik daripada menjadi Porter yang tiap masuk kerja harus setor.
“Kalau dulu (masih Porter) kan harus setoran Rp. 295 ribu. Belum lagi uang relasi dan lainnya. Bisa sampai Rp.310 ribu sekali masuk kerja,” katanya saat ditemui di Terminal 2 Bandara Soetta, Tangerang, Selasa (10/10) kemarin.
“Tapi, sekarang ini lebih baik, gak perlu nyari uang setoran lagi. Cuma ya, gak boleh santai-santai kerjanya,” ujar pria yang tangannya bengkak akibat dipaksa menerima tip oleh penumpang yang ia bantu.
Sementara itu, Branch Communication Manager PT Angkasa Pura II Bandara Soetta Dewandono Prasetyo Nugroho menyatakan mindset sebelumnya harus diubah, bukan lagi meminta atau memaksa dibayar, pelayanan Airport Helper gratis.
“Kami berharap kelada para pengguna jasa agar tidak memberikan tip lagi. Karena pelayanan ini semuanya gratis,” katanya
Prasetyo menambahkan, karena namanya sudah berubah menjadi airport helper, maka bantuan yang diberikan tidak hanya soal angkat-angkat barang penumpang, melainkan apa saja selama dalam wewenang airport helper.
“Apapun akan dibantu selama mereka bisa membantu dalam kewenangannya. Namanya juga helper. Tidak dikenakan biaya alias free of charge and no tipping,” ujar Prasetyo. (Rmt)