Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN SM), Toni Toharudin, mengatakan, dalam penilaian assesment BAN SM, sarana dan prasarana sekolah hanya mendapatkan penilaian 15 persen, sementara 85 persen lainnya adalah penilaian “performance based” yaitu manajemen sekolah, proses pembelajaran, mutu lulusan dan mutu guru,
“Sekolahnya sangat baik, gedungnya bertingkat, kantinnya juga mewah dan bayaran sekolah juga mahal, itu setelah di visit (dikunjungi) performancenya tidak begitu bagus, sehingga mendapatkan nilai akreditasi C,” ungkap Toni Toharudin, dalam sesi daring Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), di Jakarta, Senin (21/3/2022).
Sehingga, kata dia, meski sekolah-sekolah pavorit secara fasilitas sarana dan prasarana (sarpras) sangat lengkap, namun secara kualitas belum tentu baik.
Menurut Toni, semua sekolah menjadi sasaran penilaian dari BAN SM, baik sekolah berbiaya mahal, sedang maupun terjangkau. Dengan kondisi sekolah yang biasa-biasa saja, bukan berarti tak berkualitas, malah ada yang mendapatkan status akreditasi A .Begitu pula dengan sekolah pavorit, ada yang berkualitas dan medapatkan akreditasi yang sama.
“Meski sekolah berbiaya Rp 400 juta per tahun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) belum tentu mendapatkan Akreditasi A, sebab penilaian dari BAN SM tetap sama yakni berfokus pada peformance based,” urai Toni.
“Banyak sekolah bonafid, nilai akreditasinya C, bahkan TT (Tidak Terakreditasi). Hal iti disebabkan secara regulasi sekolah itu tak memenuhi syarat sebagai sekolah Satuan Pendiidikan Kerjasama (SPK),” tambahnya
Begitu pula dengan yang non SPK, tingkat SD hingga SMA, secara fasilitas sudah lengkap, namun status akreditasinya masih belum memenuhi syarat.
Ia menyampaikan, budaya mutu sekolah sangat penting untuk meningkatkan kualitas, agar dapat disejajarkan dengan sekolah-sekolah lain yang ada di luar negeri.
Pemerintah saat ini sudah mulai menuju ke arah yang lebih baik untuk peningkatan mutu sekolah. Secara rutin dilakukan assesment setiap tahun untuk melihat kondisi satuan pendidikan, apakah ada perubahan dari sisi kualitas atau tidak
Karena itu, kata Toni, saat ini pemerintah pusat dan daerah serta BAN SM, terus bersinergi untuk bergerak secara bersama meningkatkan mutu dari kualitas pendidikan.
“Seleksi secara ketat juga dilakukan untuk sekolah-sekolah yang ingin memperoleh ijin baru. Kualitas guru juga menjadi perhatian, untuk mencapai kualitas yang lebih baik,” demikian dikatakan Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN SM), Dr Toni Toharudin.(MRZ)