Beranda Berita Proyek Jakamantul di Wilayah Pandeglang Dinilai Lemah Pengawasan

Proyek Jakamantul di Wilayah Pandeglang Dinilai Lemah Pengawasan

0

Pembangunan beberapa ruas jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Pandeglang yang sedang dalam pelaksanaan melalui program Jalan Kabupaten Mantap Betul (Jakamantul) tahun 2022 dinilai lemah pengawasan dari pihak konsultan dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUPR) setempat.

Seperti pekerjaan jalan Cicadas-Pasirpeuteuy, Cadasari-Rego dan Cadasari-Koranji wilayah Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.

Dari pantauan Tangerangonline.id di lapangan, dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan betonisasi, selain banyak material proyek yang menghalangi atau menutup arus jalan juga pekerjaan diduga tidak sesuai dengan bestek dan Rancangan Anggaran Belanja (RAB).

“Kami lihat banyak bahan material proyek di ruas jalan Cicadas-Pasir Peuteuy yang menutup arus lalulintas warga. Begitu juga ada dugaan tidak sesuai dengan RAB dalam pekerjaan rabat beton menggunakan batu belah yang tidak sesuai spek. Itu jelas lemahnya pengawasan dinas tehnis dan konsultan perencana juga pengawas,” ungkap salah seorang aktivis pemerhati dari Badan Pemantau Pembangunan Provinsi Banten (BP3B), Apandi Jarkasih kepada Tangerangonline.id, Minggu (03/04/2022).

“Selain itu juga apa dasarnya, hasil pekerjaan coor beton dari titik nol Desa Pasirpeuteuy menuju destinasi wisata Lembur Kulla dan Land Mark Pandeglang ditutup menggunakan pipa besi selama 1 bulan. Jika memang pekerjaannya sesuai bestek dan RAB tidak mesti harus ditutup seperti itu karena mengganggu akses jalur wisata dan mematikan ekonomi masyarakat. Patut kita duga pekerjaannya tidak sesuai dengan RAB, dan lemah pengawasan,” sambungnya lagi.

Dikatakannya, proyek Cicadas-Pasirpeutey dengan nilai anggaran Rp 7 Miliar lebih dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2022 itu tidak tercantum volume dalam papan proyek tersebut.

“Kami sudah beberapa kali ke lokasi tidak pernah melihat konsultan dan dinas terkait,” katanya, seraya menambahkan bahwa hasil pekerjaan coor beton di ruas jalan Cadasari-Rego juga dikeluhkan masyarakat karena menimbulkan polusi alias berdebu setiap hari dilewati berbagai kendaraan.

“Masyarakat disana (Cadasari-Rego) mengeluhkan kenapa hasil pembangunan coor beton itu berdebu. Biasanya kan tidak, ada apa dengan pekerjaannya? Kami meminta penegak hukum tidak tutup mata,” pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan Abi salah seorang pengunjung wisata asal Tangerang Selatan yang mengaku kecewa dengan adanya penutupan akses jalan menuju Destinasi Wisata di wilayah Gunung Karang tersebut.

“Kami datang bukan hanya sekedar mengunjungi destinasi wisata yang ada di Puncak Gunung Karang itu, tetapi saat itu membawa investasi ke Pandeglang. Namun kami kecewa tidak bisa kesana karena selain akses jalan ditutup juga banyak material proyek menutup jalan,” tandas Abi singkat.

Sedangkan pengelola Destinasi Wisata Lembur Kulla, Ade membenarkan adanya penutupan akses jalan tersebut.

“Ya benar untuk kendaraan roda empat tidak bisa masuk menuju Lembur Kula dan Land Mark karena sudah seminggu hasil pekerjaan coor beton itu ditutup untuk 1 bulan kedepan. Saya tidak tahu alasan ditutup itu,” ujar Ade singkat. (Tim red)