Berprofesi sebagai sopir ambulance mengantar jenazah ataupun pasien darurat menjadi beban tersendiri dan tidak mudah bagi sebagian orang. Raungan sirine, kelap-kelip lampu rotator memecah kemacetan jalan, sebuah pemandangan yang tak jarang dijumpai saat mobil ambulance melintas di jalan, Selasa (05/04/2022).
Di baliknya ada sosok yang tak bisa dianggap sebelah mata. Sebuah pekerjaan yang berkutat tidak jauh dengan jenazah dan pasien rujukan maupun pasien darurat, orang yang tertimpa kesusahan dan mungkin bagi sebagian besar orang dianggap menyeramkan, ialah sopir ambulans.
Salah satunya Ferry Fadli yang bekerja di RSUD Berkah Pandeglang yang berprofesi sebagai supir ambulance, dirinya sudah menjalani profesi supir ambulance selama 18 tahun. Berbagai pengalaman suka dukanya yang ia rasakan selama menjadi supir ambulance.
Supir ambulance RSUD Berkah Pandeglang Ferry Fadli mengatakan, sebelum menjadi supir ambulance dirinya berawal menjadi tukang bersih rumput rumah sakit, namun beberapa tahun kemudian dirinya diangkat diperintahkan menjadi supir ambulance. Dengan tekad yang kuat Ferry Fadli memulai profesinya tersebut menjadi supir ambulance hingga saat ini.
“Dulu sebelum jadi supir ambulance awalnya, jadi tukang potong rumput di RSUD Berkah Pandeglang, singkat cerita di angkat jadi supir ambulance hingga sampai saat ini kurang lebih sudah 18 tahun menjadi supir ambulance. Suka duka menjadi supir ambulance cukup banyak hal yang dirasakan, tidak semua orang bisa jalanin profesi Supir ambulance,” tutur Ferry saat diwawancarai Tangerangonline.id.
Ferry Fadli mengatakan, banyak hal pengalaman baik menarik hingga hal yang menyeramkan selama dirinya menjadi supir ambulance.
Selama menjadi supir ambulance cerita sukanya senang dengan jalan-jalan sambil bekerja dengan menjadi supir ambulance, selain itu menambah kerabat maupun saudara dengan banyaknya komunitas ambulance yang dirinya bergabung.
“Selama saya menjadi supir ambulance waduh cukup banyak pengalaman yang saya rasakan, untuk sukanya saya suka bekerja sambil jalan-jalan melihat jalanan raya sambil membawa mobil ambulance selain itu senang membantu orang dikala membutuhkan bantuan lebih suka dengan sifat ke kemanusiaan,” katanya.
“Yah itung-itung ibadah saja saya jalani dengan ikhlas, ditambah banyak saudara dari komunitas yang saya tekuni dan bergabung,” tambahnya.
Ferry melanjutkan, untuk pengalaman dukanya merasakan pengalaman horor yang menyeramkan yang dirasakan oleh dirinya yaitu lampu mobil nyala sendiri, selain itu kap belakang mobil terbuka, terkadang mobil mati mesin dengan sendirinya pada saat membawa jenazah.
“Kalau dipikir secara logika gak masuk akal, masa kap pintu belakang mobil buka sendiri, terus lampu mobil nyala sendiri padahal mobil lagi berhenti posisi mati, bukan hanya itu aja lagi bawa jenazah mobil gak bisa distarter mati mesin, terkadang ada suara ketawa di dalam mobil ditambah wangi melati, tapi gak pernah nampakin wujudnya. Banyak lagi hal mistis yang menyeramkan diali sama saya, yah mau gimana lagi nikmatin aja dibawa enjoy aja,” lanjutnya.
Ferry berharap, adanya bentuk perhatian terhadap tenaga supir ambulance, seperti adanya pengangkatan honorer atau P3K, kalau untuk perhatian sendiri selama ini ada hanya menjalankan tupoksi saja sebagai supir ambulance dan diberikan gajih.
“Saya inginnya adanya bentuk perhatian kepada pemerintah pusat maupun daerah Kabupaten Pandeglang, agar adanya bentuk perhatian terhadap kami, seperti pengangkatan Honorer ataupun menjadi P3K,” harapnya. (Dan)