Pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II bersama Badan SAR Nasional (Basarnas) Jakarta menggelar simulasi penanggulangan keadaan darurat atau Airport Emergency Exercise (AEE) Tahun 2022.
Simulasi kali ini menampilkan cara penanggulangan keadaan darurat saat pesawat yang tengah terbang dari Bandara Pangkal Pinang menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) harus mendarat darurat di laut karena kedua mesin pesawat mati dan kehilangan tenaga hingga tidak memungkinkan sampai di landasan.
“Jadi simulasi ini kita lakukan dua tahun sekali, pertama kita memang tidak berharap terjadi kecelakaan, tapi kalau kita tidak pernah simulasi maka tidak akan pernah tahu, setiap dua tahun kita lakukan berbagai skenario, lalu kita lakukan evaluasi,” ujar Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta, Dwi Ananda Wicaksana di Bandara Soetta, Tangerang, Rabu (23/11/2022).
Kepala Seksi Pelayanan Darurat Kantor Otoritas Bandar Udara (Otban) Wilayah I Kelas Utama Soekarno-Hatta, Yuliawan mengatakan, dalam situasi darurat tersebut, flight attendant atau pramugara/pramugari akan memberikan instruksi kepada para penumpang, terkait apa yang harus dilakukan. Selama instruksi tersebut, para penumpang harus menyimak dan melaksanakan instruksi-instruksi tersebut dari flight attendant.
“Makanya pada saat penumpang ada di dalam pesawat harus benar-benar mendengarkan instruksi dari awak kabin yang bertugas,” kata Yuliawan.
Salah satu instruksi yang bakal diperintahkan yakni memasang dan mengencangkan sabuk pengaman, lalu menegakkan kursi, menaikkan meja, melepas sepatu, menunduk atau memeluk lutut, hingga mengenakan pelampung.
“Mereka juga akan menyediakan fasilitasnya seperti pelampung, itu juga disiapkan di dalam pesawat, jalur evakuasinya dan sebagainya,” urainya.
Selain itu, penumpang pesawat juga harus menunggu pesawat berhenti sempurna sebelum ke luar dan mengevakuasi dari pesawat.
Kemudian, saat mendarat lampu kabin pesawat akan dimatikan, dan hanya lampu dengan tulisan evakuasi yang bakal menyala. Penumpang pun harus melihat tanda pintu evakuasi tersebut yang terdekat dengan kursi penumpang.
Selanjutnya, penumpang bakal diminta untuk tetap di tempat evakuasi sesuai dengan pintu darurat yang dilewati, seperti di atas sayap kanan dan kiri, maupun di perahu darurat yang biasanya ke luar dari pintu depan dan belakang pesawat.
Dalam situasi darurat tersebut, penumpang tidak boleh membawa barang apapun dari kabin termasuk tas. Hal ini agar proses evakuasi lebih cepat dan tidak membahayakan penumpang itu sendiri maupun penumpang lainnya.
Setelah ke luar dari pesawat, tim evakuasi akan segera datang untuk mengangkut para penumpang. Dalam situasi tersebut, penumpang diharapkan tidak panik dan tetap tenang menunggu tim evakuasi.
Apabila penumpang jatuh ke air, maka penumpang harus membunyikan peluit yang ada di pelampung agar petugas mengetahui keberadaan penumpang dan segera diangkat dari air.
Nantinya, dalam keadaan darurat, pihak otoritas bandara akan segera membentuk komite dan mengaktifkan Airport Operation Control Center (AOCC) untuk memantau situasi.
Akan tetapi, jika kejadian seperti di simulasi berada di luar kawasan Bandara Soetta, maka pihak Basarnas bakal lebih banyak bertugas di lapangan.
“Kita juga menyediakan ruang sebagai informasi penumpang menanyakan data,” tandas Yuliawan. (Rmt)