Masih ingat kejadian kerusuhan massal pada tahun 1998? Tepatnya pada 13 dan 14 Mei 1998 atau sering disebut Kerusuhan 98, kota-kota besar di belahan Tanah Air mencekam. Ketika fasilitas umum, mall dan pertokoan dirusak, dibakar dan isinya dijarah.
Tidak sedikit yang meninggal dunia pada saat kerusuhan yang melanda sebagian besar wilayah Republik Indonesia, salah satunya Kota Tangerang.
Di Kota Tangerang, korban yang paling banyak adalah warga yang tidak sempat menyelamatkan diri dari dalam Plaza Ciledug, dimana pada saat itu korban terjebak dalam kobaran api.
Sebanyak 114 jenazah dengan kondisi mengenaskan dan sulit dikenali karena mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya, dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Selapajang Jaya di Jalan Marsekal Surya Darma, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Hal itu diungkapkan oleh Yusuf Sadam (46), ketika TangerangOnlineID menyambangi Taman Makam Umum (TPU) Selapajang, Rabu (17/2).
Yusuf yang merupakan tokoh masyarakat Selapajang Jaya, ikut sebagai relawan dalam prosesi pemakaman 114 jenazah tersebut. “Waktu itu saya ikut membantu petugas pemakaman, memindahkan jenazah dari mobil ke liang,” ujar pria yang juga sebagai petugas di Pos Pelayanan Pemakaman TPU Selapajang Jaya.
Ia menceritakan, kondisi jenazah Tragedi 98 itu sangat memprihatinkan. “Jenazah dimasukkan ke kantong plastik ukuran besar. Tidak bisa dibedakan mana laki mana perempuan. Ada juga ketika diangkat bagian tubuhnya telepas. Bahkan ada yang cuma tulangnya saja,” bebernya.
Pantauan TangerangOnline.id, makam massal yang berukuran kurang lebih 30 meter persegi tersebut ditandai dengan Tugu Monumen. Di samping kiri dan kanan makam massal dipenuhi makam warga sekitar.
Pada Tugu monumen makam massal tersebut tertulis :
‘TUGU MONUMEN TRAGEDI 13-14 MEI 1998’ *Biarlah waktu mencatat tentang sejarah tragedi yang tak boleh terulang lagi. Jangan pernah darah tumpah antar saudara setanah air ini, tak perlu api-api berkobar dan asap membumbung tinggi menyesakkan jiwa menumpahkan air mata Indonesia Raya hanya karena sebuah perbedaan yang sesungguhnya merupakan Rahmat Tuhan*. (Rmt)