Pekerja proyek pembangunan gedung DPRD Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai terlihat pasrah atas sebagian upahnya yang hingga kini belum diterima mereka.
Soal keterlambatan upah yang di alami buruh, mereka mengibaratkan jika kepalanya mengalami pusing, tentu akan berdampak hingga ke kaki-kakinya.
“Lha iya, kepalanya itu bagaimana. Kalau kepalanya mulai pusing, kaki-kakinya pun akan sakit. Sama seperti saya ini yang sekarang lagi sakit,” kata Imam dengan logat Jawanya ini saat ditemui di warung nasi tempat sehari-hari Imam bersama buruh lainnya mengisi perut.
Pria asal Blora, Jawa Tengah yang sudah empat bulan lalu mengerjakan gedung dewan itu mengungkapkan, sudah menjadi teori lama jika buruh yang mengais rejeki di lokasi pembangunan gedung selalu telat mengantongi upah.
Meski begitu, Imam menyebutkan lantaran pihak kontraktor menjanjikan, upahnya akan segera dibayar kendati dirinya tak tahu kapan pihak kontraktor mau bayar upahnya.
“Kalau begini terus, lama-lama pada sakit semua,” ujar Imam yang saat itu sedang memesan kopi kepada pemilik warung.
Ia pun mengaku enggan pulang ke kampung halaman lantaran dirinya masih menunggu sisa upah yang belum dibayar oleh pihak kontraktor sebesar Rp 1 juta tersebut.
“Slowdown baby, jalani aja dengan santai,” kata Imam menirukan ucapan pihak kontraktor kepadanya sambil sesekali mereguk kopi hitamnya yang mulai dingin. (Dra)