Berita
Gedung Tua 19 Lantai di Bintaro Bakal Diruntuhkan Selama 90 Hari
Pasca robohnya sebagian sisi gedung berlantai 19 di Bintaro Sektor 7, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel) pada Juni 2016 lalu, kini akan diruntuhkan secara keseluruhan selama 90 hari atau 3 bulan. Pembongkaran dimulai pada Oktober 2016, tetapi mobilisasi peralatan ke lokasi dilakukan September ini.
Pembongkaran secara teknis akan dilaksanakan oleh PT. Wahana Infonusa dan untuk konsultan pengawas oleh PT. Arkonin. Meski dilakukan oleh pihak swasta, dalam pelaksanaannya akan terus diawasi oleh pihak Pemkot Tangsel dengan memberikan izin pada 5 September lalu atas persetujuan Tim Ahli Gedung dan Bangunan (TABG).
Pembongkaran gedung tersebut merupakan pertama kalinya secara resmi dilakukan di Indonesia yang atas persetujuan TABG. Adapun beberapa rincian pembongkaran yaitu keselamatan, kesehatan para pekerja, meminimalisir dampak lingkungan serta sosialisasi kepada masyarakat sekitar gedung.
Project Manager PT Wahana Infonusa, Ari Yudhanto mengatakan, dalam pembongkaran gedung, kemungkinan dampak yang akan terjadi adalah suara, debu, dan getaran. Tetapi untuk dampak debu pihak pelaksanan sudah menyiapkan pompa air bertekanan tinggi yang akan membuat hujan buatan agar debu tidak bertebaran secara meluas, untuk getaran di sekitar gedung akan digali parit sehingga getaran tidak berdampak terlalu luas.
“Untuk suara sendiri tidak ada persiapan peralatan karena tidak mungkin untuk menghilangkan suara itu sendiri. Maka dari itu semua pihak agar dapat bekerja dengan semaksimal mungkin dan akan melakukan sosialisasi terhadap warga sekitar,” ungkap Ari dalam konferensi press di Bintaro, Jumat (9/9/2016).
Dia juga menyebutkan, zona aman untuk menghindari robohnya puing-puing gedung tersebut, pihaknya telah membuat jarak radius sejauh 100-150 meter.
“Nanti beberapa pihak pengamanan akan dilibatkan, kita akan berkoordinasi dengan istansi terkait baik dari kKepolisian, Dinas Perhubungan, Pamong Praja, Damkar, Rumah Sakit dan Pemerintah setempat terkait dengan lalu lintas,” ujarnya.
Sementara, salah satu Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Tangsel Tateng K Djajasudarma menerangkan teknis pembongkaran gedung tersebut,
Langkah pertama yang akan diruntuhkan nanti ialah bagian paling atas.
“Pemakaian selling dan eskafator tujuannya untuk mengarahkan puing dari atas, agar jatuh sesuai tempat yang direncanakan dan tidak jatuh di tempat yang tidak diinginkan,” kata Tateng.
Plt Kepala Dinas Tata Kota, Permukiman dan Bangunan Kota Tangsel, Edi Malonda menambahkan, untuk mencapai kemaksimalan pembongkaran semua pihak sudah memperhitungkan secara matang-matang seperti kecepatan angin, vibrasi dan kebisingan. Alat-alat pembantu juga diperhatikan seperti jaring-jaring pengaman, pemasangan alat rekan pemantau, pemasangan pagar di sekitar gedung mencegah terpentalnya material reruntuhan gedung, pemasangan rambu-rambu, spanduk dan sign board terkait K3. Alat berat sendiri ialah Crawler Crane 250T dengan Wrecking ball seberat 2T sebagai alat utama pembongkaran.
“Kenapa tidak melakukan cara pengeboman? Karena kalau memakai cara pengeboman akan memakan waktu lama. Untuk melakukan analisa saja bisa lebih dari 3 bulan lamanya, ditambah orang kita (Indonesia) belum ada ahlinya, sehingga akan memakan biaya cukup besar juga,” kata Edi menambahkan.
Edi juga berharap, dalam pembongkaran tersebut dapat berjalan lama dan sesuai waktu yang direncanakan. Agar masyarakat sekitar dapat beraktivitas secara normal. (DK)
