Lingkar Ganja Nusantara (LGN) sepintas bagi banyak kalangan akan berfikir bahwa nama tersebut merupakan tempat berkumpulnya para pengguna ganja dan para pengedar ganja. Namun sebaliknya, LGN ini ramai dikunjungi anak-anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan, karena di LGN ini diajarkan untuk bagaimana mengenal alam dan cara mengolah sampah.
Dhira Narayana, salah satu pendiri LGN mengatakan, pihaknya selalu mengedepankan di bidang sosial, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia internet. Tak sedikit informasi yang besentuhan dengan pendidikan langsung dipublikasikannya agar cepat diketahui oleh masyarakat.
“LGN merupakan komunitas gerakan sosial dan pemberitaan, pemberitaan dalam segi news dan movement, untuk pemberitaan kita nyadur dari berita internasional dan kegiatan sehari-hari kita nah itu kita masukin website,” ungkapnya.
Sedangkan untuk gerakan, pihaknya menggagas gerakan membaca alam yang juga dimunculkan di media sosial. “Disini kita mengajarkan kepada anak-anak betapa pentingnya alam, dan bagaimana cara mengolah sampah, mulai dari sampah organik dan anorganik, di rumah kompos dan rumah hijau LGN,” tambahnya.
LGN juga merupakan tempat wisata pendidikan bagi anak-anak dan karena ditempat ini diajarkan cara menanam, merawat, dan melestarikan pohon, serta ada wahana bermain berpetualang dengan alam.
“Orang selalu mengiranya LGN ini kumpulan orang-orang pamakai ganja padahal nggak, dan dari berbagai jenis kalangan itu juga mendukung kita, disini kita lebih mengenalkan alam kepada anak-anak, karena tanaman nggak mungkin bisa berjuang sendiri, perlu bantuan manusia,” ujarnya.
Seperti nama komunitasnya, LGN juga memperjuangkan dan membudidayakan tanaman Ganja yang saat ini masih dinilai negatif manfaatnya. Padahal, bila diteliti manfaat ‘Ganja’ sangat banyak manfaat positif seperti di bidang medis.
Dhira pun berharap agar tempat wisata pendidikan ini tidak disalah artikan, walaupun ada bahan-bahan yang terbuat dari ganja, kerena memang ganja itu bermanfaat, tapi bukan untuk disalah gunakan. (arf)